Kehidupan beragama yang citrawi (ideal) sebuah masyarakat majemuk seperti masyarakat kita adalah dalam makna statis adanya kerukunan antar mereka, secara dinamis adalah adanya amal bersama (dialog karya) sebagai pernyataan fungsionalisasi kehidupan agama di tengah masyarakat yang tengah membangun. (Saidi,1984:67).
Apa yang ada di dunia ini tidak berhenti, apalagi statis semuanya bergerak, berinteraksi, berjalan. Dari cara berpikir seperti ini maka setiap sesuatu memiliki fungsi dan eksistensi tinggal bagaimana kita mengerti, memahami dan menempatkannya.
Yang ada tersebut bukanlah mesti dalam bentuk benda, apakah itu benda mati atau benda hidup, bahkan sesuatu yang bersifat abstrak seperti keluarga, masyarakat atau hukum bahkan budaya dan di dalamnya juga pendidikan.
Individu adalah satu konsep yang dinamis contohnya saat seorang di rumah menjadi kepala keluarga, tetapi ketika keluar rumah ia menjadi anggota masyarakat, bahkan di kantor ia menjadi pimpinan atau bos.
Dinamis juga ditandai dengan adanya perubahan pada waktu, boleh jadi hari ini ia adalah anggota masyarakat tetapi esok diangkat menjadi ketua Rukun Warga, boleh jadi sebulan kemudian sebagai pimpinan ia dirotasi menjadi staf di tempat lain.
Sama halnya dengan individu dalam kehidupan beragama semua mengarah pada citrawi (ideal) secara dinamis membentuk sebuah masyarakat majemuk.
Jadi kita harus memahami dalam masyarakat kita tidak ada yang statis, semua bergerak, dan terjadi perubahan, apakah perubahan karena waktu, perubahan karena tempat bahkan perubahan karena interaksi di dalamnya.
Bila perubahan itu terjadi karena aspek internal maka mungkin saja untuk menyesuaikan dengan keadaan, begitu juga bila perubahan itu karena lingkungan atau keadaan dari aspek luar, maka keterpaksaan atau justru ditinggalkan.
Budayawan Ridwan Saidi memberikan gambaran bahwa diperlukan interaksi antara aspek dari dalam dengan hal yang terjadi dari luar.
Dalam hal ini dicontohkan bahwa adanya kerukunan antar masyarakat, secara dinamis adalah adanya amal bersama (dialog karya) sebagai pernyataan fungsionalisasi kehidupan agama di tengah masyarakat yang tengah membangun.
Jelas dialog itu perlu, interaksi itu penting, dan karya berbagai itu yang utama. Tidak ada di dunia ini yang tidak bisa dibagi, kecuali sesuatu yang telah mati, di sinilah tanda bahwa kita yang ingin hidup di dunia ini tidak berhenti, apalagi statis semuanya bergerak, berinteraksi saling mengunjungi dan silaturahmi.
Marilah kita selalu berpikir seperti dalam kaidah beragama, individu yang terbaik di dunia ini adalah yang paling bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi individu lain.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.