Persoalan guru di Indonesia sangat kompleks mulai dari permasalahan kuantitas jumlah guru, fasilitas yang masih kurang baik, kompetensi mengajar, distribusi penempatan guru, perlindungan dalam proses mengajar hingga masalah kesejahteraan yang menyangkut gaji.Tentu semua persoalan ini berdampak terhadap kualitas pendidikan dengan produk akhir peningkatan kualitas siswa di sekolah menginat guru merupakan pilar utama dalam seluruh proses sistem pendidikan.Utamanya terkait kesejahteraan guru yang selama ini menjadi belenggu dalam peningkatan indeks pendidikan sebagai cermin pembangunan di bidang pendidikan yang memiliki kedudukan strategis dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.(Sugiat Santoso, 2024).
Apa hubungan antara guru dengan suatu bangsa? Tidak ada, kalaupun ada jauh sekali, guru itu di kelas, bangsa itu di ada di negara bahkan sampai ke luar negara.
Sebagian guru sibuk dengan administrasi pembelajaran untuk satu rombongan belajar 25 sd 38 siswa, sementara bangsa itu jutaan bahkan lebih.
Namun boleh-boleh saja kita hubung-hubungkan kita cari kaitan yang mungkin ditelusuri bahwa guru ada hubungannya dengan bangsa, atau sebaliknya bangsa itu terkait dengan guru.
Apa ada hubungan guru dengan suatu bangsa? Mungkin juga ada paling tidak ada tiga bukti yang bisa kita ajukan.
Bukti pertama; ada istilah bapak bangsa, tetapi ada pula istilah guru bangsa, walaupun tidak ada bangsa guru yang ada bapak guru, atau mungkin bangsawan.
Bukti kedua; satu bangsa yang hampir punah, namun karena pimpinannya sadar maka ia tanya masih beraga guru yang hidup tersisa? Dan bangsa itu terbukti ini berhasil maju.
Bukti ketiga; justru berbeda apakah guru kita di kelas merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari upaya menciptakan bangsa yang lebih baik. Atau apakah para pemimpin bangsa memikirkan guru yang menjadikan mereka memiliki kualitas selama ini.
Pembuktian tidak mesti dengan angka, data dan fakta, sebagian peradaban masa lalu telah menjadi lembaran sejarah bahwa suatu bangsa akan punah bila tidak memberi peran terhadap guru.
Mengapa, karena profesi guru memang memiliki peran strategis; pertama untuk menelusuri dan menjadikan sejarah sebagai warisan yang harus dijaga dan dipertahankan, kedua mengajak semua orang hari ini untuk menghargai menjaga dan mempelajari nilai budaya agar tetapi hidup dan bertahan.
Dan yang penting ketiga adalah mempersiapkan generasi muda untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang mengharuskan budaya tetap terpelihara dan menjadi tonggak peradaban bangsa.
Bila ini dipikirkan dengan baik, dan direncanakan dengan benar, maka tidak ada masalah namun perhatian terhadap pendidikan jangan sekali-kali dikurangi.
Satu sisi kita dapat informasi menarik bahwa; Persoalan guru di Indonesia sangat kompleks mulai dari permasalahan kuantitas jumlah guru, fasilitas yang masih kurang baik, kompetensi mengajar, distribusi penempatan guru. Mungkin inilah yang perlu dipikirkan dengan baik dan benar.
Pembuktikan kedua mengarah bahwa peradaban adalah puncak keberhasilan kebudayaan im-materi, sementara bangunan gedung, jalan tol maupun fasilitas mewah adalah hasil dari kebudayaan materi.
Kita mencatat dan mempelajari bagaimana kebudayaan Mesir Kuno membangun Piramida, dilengkapi dengan peradaban menghantarkan mereka memiliki satu sistem kemasyarakatan yang baik, tetapi juga tidak bertahan.
Bukti lain adalah kebudayaan bangsa Persia, Mongolia, tentu yang kita lihat bukan sekedar bangunan tua, Tembok Cina. Tetapi peradaban mereka mewariskan sifat dan watak pekerja yang ulet.
Bila ini semua disadari, maka para pemikir, baik itu politikus, ilmuan dan seluruh elemen bangsa mungkin sejarah dan peradaban akan selangkah, seiring dan bertahan. Namun apabila elemen bangsa tersebut berjalan sendiri, sejarah telah membuktikan inilah kehancuran kebudayaan immateri tadi.
Untuk itu berkolaborasi antar elemen bangsa tadi dalam membangun masa depan yang lebih baik, itu adalah kata kunci. Perhatian terhadap guru adalah segelintir dari dunia pendidikan untuk melestarikan kebudayaan di atas.
Politikus Sugiat Santoso adalah satu elemen bangsa yang mencoba menggugah kesadaran dari sisi guru perannya dalam pendidikan. Perhatian beliau tentu tidak sekedar mendengar, dan memahami, lewat penelitian dan kajian mendalam serta diiringi kesadaran bahwa bangsa dan guru itu ada hubungannya.
Sugiat menegaskan bahwa; utamanya terkait kesejahteraan guru yang selama ini menjadi belenggu dalam peningkatan indeks pendidikan sebagai cermin pembangunan di bidang pendidikan yang memiliki kedudukan strategis dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Bila seorang Sugiat sudah menyentuh pikiran kita, maka lewat lembaga resmi pengontrol pemerintah, kita dapat berharap tentang masa depan bangsa, lewat guru yang memiliki peran sentral dalam pendidikan.
Lantas apakah pihak pemerintah hanya berjalan linier, menjalankan sesuatu hanya yang ada dalam perencanaan, atau menyelamatkan pendidikan lewat otak atik anggaran semata?
Inilah yang menjadi perhatian serius seorang wakil ketua komisi XIII DPR RI. Mungkin saja dari Senayan beliau mencoba memantik satu pemikiran, untuk kita jabarkan lewat berbagai solusi demi masa depan.
Apakah ada hubungan antara guru dengan bangsa? Jawabannya tegas, guru itu bagian bangsa yang ingin bertahan untuk masa depan. Bila satu bangsa tidak memperhatikan guru, maka bangsa itu berarti telah bunuh diri untuk sejarah yang sedang dibuatnya.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.