Salah satu tugas perguruan tinggi adalah mendidik mahasiswa menjadi ahli yang cakap. Salah satu segi seorang ahli adalah mutu pemecahan persoalan yang dihadapinya. Dokter, insinyur, guru yang baik adalah orang orang yang dapat menyelesaikan segala persoalan dalam bidangnya dengan baik dan tuntas. (Utomo dan Ruijter,1994:84).
Dunia ini tidak selamanya seperti yang kita impikan, justru kita diperkenankan mimpi sesuai dengan keinginan itupun belum tentu didapatkan.
Namun mimpi adalah hal yang wajar dan bersyukurlah bagi orang yang masih bisa bermimpi, karena mimpi hampir sama dengan khalayan. Bedanya mimpi ketika tidak disadari, sementara khayal dapat dilakukan dalam keadaan sadar.
Bermimpi dan berkhayal itu terjadi di dunia nyata, dan biasanya yang kita impikan selalu berdasarkan dari dunia nyata yang sedang kita alami. Mengapa demikian karena yang dialami selalu tidak seperti yang diinginkan, banyak hal terbalik dari yang diharapkan, dan disanalah ada masalah.
Masalah yang ditemukan dalam keadaan sadar itu berarti masalah tersebut dalam kontrol dan kendali kita, dengan itu pula kita dapat menyelesaikan dan mungkin saja menggapai apa yang diharapkan.
Perguruan tinggi sebagai representasi dari orang-orang pintar bagaimana memimpikan masa depan, mengkhayalkan keinginan, sampai pada merencanakan dengan akurat untuk dapat dijadikan kenyataan.
Bersamaan dengan itu di sana pula banyak ahli yang mampu menangkap apa yang sedang terjadi bahkan apa yang menjadi masalah dalam dunia kenyataan hari ini.
Sampai pada satu kompetensi dimana lulusan sebuah perguruan tinggi adalah orang-orang yang mampu menyampaikan masalah secara baik dan benar, kemudian menawarkan solusi untuk menjadi alternatif penyelesaian masalah.
Di perguruan tinggi ada yang disebut dengan dosen, ia diberi wewenang untuk mengampu satu kompetensi yang akan dibekalkan pada mahasiswanya. Dosen adalah orang yang memiliki kemampuan menyampaikan bagaimana sejarah orang menghadapi masalah, dan menyelesaikannya.
Maka dosen dan penelitian tidak terlepas dari tugas dan kewajibannya, ketika ia akan menyampaikan pembelajaran, berbagai teori terdahulu tentang cara menyelesaikan masalah lewat literatur maupun studi jurnal hasil penelitian.
Lanjutannya adalah dosen mengkonstruksi mata kuliahnya untuk dapat dijadikan bekal bagi mahasiswa bagaimana memahami masalah yang terjadi di masyarakat hari ini, dan cara menyelesaikan. Jadi jelas dosen dan masalah tidak jauh, dan bahkan itulah kegiatannya sehari-hari.
Seorang yang ahli dalam bidang tertentu akan menjadi mumpuni ketika ia alfa pada bidang yang lain, maksudnya agar seorang dosen konsentrasi untuk mendalami, memahami dan merekayasa bagaimana masyarakat menghadapi masalah dan menemukan jalan keluarnya.
Dosen yang concern pada bidan ilmu tertentu ia akan melakukan penelitian terhadap mata kuliahnya, agar tidak using, mengembangkan strategi pembelajaran agar tidak membosankan, serta menyebarkan hasil penelitian kepada masyarakat bersama mahasiswanya agar terus berkelanjutan.
Namun demikian ada catatan lain, dosen mata kuliah apapun harus memahami filosofi, metodologi serta etika. Filosofi dimaksudkan agar dosen bersandar pada dasar keilmuan yang kuat bahwa mata kuliah yang diampu memiliki peran penting dari mana akar keilmuan, bagaimana cara mengembangkan, sampai untuk apa dipelajari dan dimanfaatkan dalam kehidupan.
Metodologi artinya, seorang dosen tidak dapat disangkal lagi, ia harus harus memiliki keterampilan penelitian terhadap bidang yang ditekuninya, dari penelitian yang paling kecil sekalipun akan besar manfaatnya agar apa yang diajarkan benar-benar update dengan masyarakat yang sedang terjadi.
Sampailah pada etika, di mana mata kuliah yang diajarkan tidak lari dan harus diberikan sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat, masyarakat, atau di komunitas sekecil apapun.
Jadi jelas, dosen, mata kuliah dan masalah dan pemecahan serta masyarakat adalah hal yang selalu menyatu, karena di sanalah akan lahir dosen profesional.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.