Oleh: Farida Noris Ritonga
garudaonline – Medan | Pria paruh baya itu hanya bisa menatap nanar gambar istrinya yang terpajang dalam sebuah figura warna hitam. Ia kembali mengenang peristiwa tiga tahun silam, saat Indonesia luluh lantak dihantam pandemi Covid-19. Di tengah panik dan kebingungan, ia harus merelakan Istri dan anaknya dipeluk kematian di bangsal rumah sakit, tanpa penanganan.
“Semua dokter dan perawat sibuk, kami hanya diarahkan masuk ke ruangan, pasien membludak, sebagian pakai tabung oksigen, tapi lebih banyak pasien hanya diberi masker, tak dapat obat apapun,” katanya sembari menggeleng lemah.
Akhir 2019, untuk kesekian kali bumi diguncang wabah. Beberapa negara bertindak cepat mengatasi virus yang ditengarai berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Dikarenakan sudah berpengalaman menghadapi virus, ditambah lagi alat-alat kesehatan yang canggih serta tenaga medis yang terlatih, negara-negara ini, Australia misalnya, lekas berbenah usai wilayahnya terpapar pandemi.
Berbeda dengan Indonesia, negara berpenduduk kurang lebih 270 juta jiwa ini tak berdaya ketika virus yang ditandai dengan gejala pneumonia mengawali kunjungannya di penghujung 2019. Ledakan kasus positif Covid-19 membuat semua rumah sakit kewalahan menangani pasien. Pemerintah dinilai tak sigap menutup penerbangan dari negara zona merah pandemi, yang membuat varian corona menyebar ke mana-mana.
Namun, pandemi Covid-19 telah menunjukkan perlunya meningkatkan kapasitas negara dalam mengelola krisis kesehatan. Hal ini termasuk dalam hal pengadaan alat kesehatan yang memadai, perencanaan respons cepat, dan pelajaran yang diambil dari pengalaman pandemi.
Berkaca dari kasus ini, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyadari betapa pentingnya membenahi sistem kesehatan di Indonesia agar lebih berdaya guna dan memadai. Indonesia, dengan keragaman budaya, geografi, dan populasi yang besar, memiliki tantangan kesehatan yang unik. Untuk mencapai visi Indonesia sebagai negara yang maju, tentunya transformasi kesehatan sangat urgen dilaksanakan. Transformasi ini melibatkan berbagai aspek, termasuk pelayanan kesehatan, infrastruktur, pendidikan, dan kesadaran masyarakat.
“Kita melakukan enam transformasi pertama adalah layanan primer ini yang paling penting di promotif preventif, yang kedua adalah transformasi layanan rujukan rumah sakit, ketiga transformasi sistem ketahanan kesehatan ini kalau ada pandemi lagi supaya kita lebih siap dari sisi obat-obatan, alat-alat kesehatan, tenaga kesehatan cadangan itu masuk ke sana, termasuk surveilans terhadap penyakit menular kita ingin pastikan baik lokal, nasional, maupun regional itu harus siap,” katanya.
Budi melanjutkan transformasi keempat adalah transformasi sistem Pembiayaan Kesehatan. Hal ini sebagian besar ada di BPJS, namun ada juga asuransi swasta dan harus dipastikan bahwa ini sustainable. Transformasi kelima adalah SDM Kesehatan dan keenam adalah transformasi Teknologi Kesehatan, ini terkait teknologi informasi dan bioteknologi.
“Itu adalah 6 kerangka besar yang akan kita kejar sampai 2024,” ujar menteri yang memiliki latar belakang pengusaha itu.
Transformasi Layanan Primer
Salah satu langkah utama adalah memastikan akses pelayanan kesehatan yang merata di seluruh negeri. Ini termasuk pembangunan pusat kesehatan yang berkualitas, peningkatan pelatihan tenaga medis, dan penyediaan obat-obatan yang terjangkau. Dengan cara ini, masyarakat di daerah terpencil pun dapat menerima perawatan medis yang diperlukan.
Budi mengatakan saat ini ada sekitar 12 ribuan Puskesmas yang tersebar di semua wilayah Indonesia. Ia menilai jumlah tersebut tidak akan mencapai pemerataan pelayanan kesehatan. Ada sejumlah program yang akan dilakukan di antaranya menata ulang jaringan fasilitas layanan kesehatan.
Ia akan merevitalisasi Posyandu agar menjadi lebih formal dengan anggaran yang sesuai. Nantinya Posyandu ini bisa diatur oleh Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Posyandu ini akan bertindak secara lebih aktif bukan hanya melayani bayi dan ibu tapi akan melayani seluruh siklus hidup termasuk remaja, dewasa, dan lansia.
“Jadi setiap Puskesmas bisa melakukan layanan laboratorium misalkan 100 kali tes, kemudian di atasnya laboratorium kesehatan kabupaten/kota, di atasnya lagi laboratorium provinsi, kemudian regional, dan nasional,” ucap Budi yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Inalum (Persero).
Transformasi Layanan Rujukan
Meskipun upaya transformasi kesehatan di Indonesia telah menghasilkan progres yang signifikan, tetapi masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya, akses kesehatan yang tidak merata. Daerah terpencil seringkali mengalami kesulitan dalam mendapatkan layanan kesehatan yang sama dengan daerah perkotaan.
Penyakit jantung misalnya, kendalanya adalah tidak semua provinsi memiliki rumah sakit dengan fasilitas untuk pasang ring di jantung.
“Data yang saya miliki dari 34 provinsi yang bisa melakukan operasi pasang ring itu hanya 28 provinsi. Terus kalau pasien sudah dipasang ring juga tidak bisa, maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung terbuka, ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi kalau tidak salah ke 22 provinsi,” tuturnya.
Target Budi, pada tahun 2024, rumah sakit di seluruh provinsi di Indonesia harus bisa melayani penyakit jantung, stroke, dan kanker. Selain itu, Budi juga mengumpulkan dokter berprestasi untuk dipertemukan dengan dokter terbaik dari luar negeri untuk menjalin kerjasama. Begitu juga sebaliknya, dokter dari luar negeri akan didatangkan ke Indonesia dengan harapan dapat meningkatkan kualitas dokter di Indonesia.
Ketahanan Kesehatan
Pencegahan adalah kunci untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia. Program vaksinasi, kampanye kesehatan, dan edukasi masyarakat merupakan bagian integral dari upaya ini. Indonesia telah berhasil meluncurkan program vaksinasi massal untuk berbagai penyakit, termasuk imunisasi untuk anak-anak dan dewasa. Kampanye kesehatan seperti pengendalian malaria, pencegahan stunting, dan peningkatan perilaku hidup sehat menjadi fokus utama.
Dalam hal ini, Budi memastikan bahwa vaksin diagnostik dan terapeutik tersedia di Indonesia. Minimal 50% diproduksi di dalam negeri dari hulu ke hilir.
“Rencananya sudah disusun, dan lebih menyasar ke teman-teman di Farmasi dan bidang industri. Jadi kalau mereka melakukan produksi dalam negeri semua government procurement, akan berikan prioritas ke mereka,” tutur Budi.
Pembiayaan Kesehatan
Terkait transformasi pembiayaan kesehatan, kementerian kesehatan akan melakukan transparansi dan perhitungan yang baik dan tepat. Hal itu untuk menghindari terjadinya masalah antara penyedia jasa dan yang membayar jasa. Di samping itu, regulasi mengenai skema pembiayaan akan segera dirampungkan dengan membuat annual health account, agar kegiatan bersifat adil dan transparan.
SDM Kesehatan
Sejatinya, ketersediaan dokter satu per 1000 penduduk. Namun jumlah dokter di Indonesia masih belum terpenuhi ditambah lagi distribusi yang belum merata. Kekurangan tenaga medis, terutama di daerah pedesaan, adalah masalah serius. Peningkatan pelatihan dan perekrutan tenaga medis di daerah terpencil perlu disegerakan.
Dapat dikatakan, dalam bidang kesehatan, pemerataan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui academic health system.
Academic health system merupakan sebuah model kebijakan yang mengakomodir potensi masing-masing institusi ke dalam satu rangkaian visi yang berbasis pada kebutuhan masyarakat. Konsep ini merupakan integrasi pendidikan kedokteran bergelar, dengan program pendidikan profesional kesehatan lainnya yang memiliki rumah sakit pendidikan atau berafiliasi dengan rumah sakit pendidikan, sistem kesehatan, dan organisasi pelayanan kesehatan.
Melalui academic health system, diharapkan dapat menghitung jumlah dan jenis lulusan SDM Kesehatan dan memenuhi kebutuhan wilayah, mendefinisikan profil dan value SDM Kesehatan yang diperlukan di wilayah tersebut, serta menentukan pola distribusi SDM Kesehatan yang sustainable mulai dari layanan primer hingga tersier.
“Kebutuhan dokter ini mendesak, harus ada akselerasi, dan 10 tahun terakhir ini akselerasinya sangat lambat. Jadi ini harus dipercepat baik dokter umum maupun dokter spesialis,” ucap Budi.
Teknologi Kesehatan
Teknologi dapat berperan besar dalam transformasi kesehatan. Pengembangan aplikasi kesehatan, penggunaan telemedicine, dan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dapat meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas pelayanan kesehatan.
Selain aplikasi PeduliLindungi, salah satu transformasi teknologi kesehatan yang sedang diupayakan adalah memastikan rekam medis di rumah sakit dicatat dan direkam dengan baik secara digital.
“Jadi rekam medisnya standarnya itu sudah kita atur kamu-kamusnya, sudah kita susun. Jadi yang misalnya obat sakit perut merek ABC itu mesti sama kodenya di seluruh rumah sakit. Kemudian pelayanan lain pun kodenya mesti sama,” katanya.
Selanjutnya, rekam medis ini akan dirampungkan ke dalam database rumah sakit. Tujuannya, jika pasien bermaksud pindah rumah sakit, maka pasien tidak perlu melakukan rontgen ulang atau tes darah ulang. Tentunya upaya ini akan menghemat waktu bagi si pasien maupun pihak rumah sakit itu sendiri.
Bioteknologi
Bioteknologi merupakan cara manusia memanfaatkan kemajuan IPTEK untuk kehidupan. Bioteknologi yang dimanfaatkan untuk kesehatan biasanya termasuk bioteknologi modern yang menggunakan bahan, peralatan, serta teknologi canggih dalam prosesnya.
Budi mengharapkan bioteknologi bisa dipakai sebagai alat diagnosis yang canggih. Jadi, ketika pasien ingin memeriksakan kesehatannya, tidak hanya sebatas ambil sampel darah, MRI, atau CT Scan.
“Ke depan diagnosisnya menggunakan genom sequencing karena dengan ini bisa dilihat secara benar-benar rinci, yang ada di tubuh kita itu kondisinya seperti apa, kesehatan kita, malah ke depannya bisa jadi seperti apa,” ucapnya.
Mesin genome sequencing di Indonesia saat ini berjumlah 12. Budi berencana menambah sekitar 30 mesin lagi untuk digunakan di rumah sakit rujukan nasional seperti RS Kanker Dharmais, RS PON untuk stroke, RSCM untuk penyakit metabolik seperti diabetes dan ginjal, RS di Yogyakarta, kemudian RSPI untuk infeksi, dan RS Sanglah untuk aging and wellness.
Transformasi kesehatan di Indonesia adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan. Namun, dengan komitmen yang kuat dan kerjasama dari semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga kesehatan, serta masyarakat, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai kesejahteraan kesehatan yang lebih baik bagi seluruh penduduknya.
Gebrakan transformasi kesehatan menunjukkan bahwa semangat perbaikan terus tumbuh, pemerintah telah mengambil langkah-langkah konkret untuk menjadikan Indonesia sebagai contoh perubahan positif dalam sistem kesehatan. Hal ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi negara ini dan membantu mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan demi Indonesia maju. (*)