2 Mei adalah Hari Pendidikan Nasional, seluruh insan pendidikan ada yang bersuka cita, ada yang berdoa, ada pula yang refleksi bahkan ada yang mengenang sampai ke pusara guru mereka. Itulah Hari Pendidikan Nasional diperingati dari sekolah-sekolah, sampai Istana Negara atau paling tidak di Kementerian Pendidikan Nasional.
Pada tanggal 2 Mei tahun ini sedikit berbeda, Pak Marmuj sebagai seorang guru sedang berada di ibu kota, karena ia seroang guru dari desa yang berhasil mengikuti program doktor turut diundang ke istana negara.
Upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional pun berlangsung, dari menaikkan bendera merah putih, sambutan sampai menyaksikan acara atraksi dari sekolah unggulan terpilih bertaraf internasional, didahului penampilan sekolah unik, bersahaja dari sebuah provinsi di tanah air.
Setelah acara setengah harian pun selesai, tibalah malam keakraban silaturahmi dengan pejabat negara. Pak Presiden mengundang seluruh guru terpilih mewakili daerah dengan berbagai prestasi, dan latar belakang yang panjang untuk diceritakan.
Tapi paling tidak itulah alasan yang menjadi kriteria tertulis panitia seleksi sehingga mereka pantas mendapat kesempatan masuk istana negara untuk memperoleh penghargaan.
Keakraban sesama peserta begitu semringah….. semua orang terkesan kitalah yang paling baik dan berjasa dalam pendidikan di negeri ini.
Acara sedikit formal diatur sedemikian rupa, tujuh guru dari berbagai latar belakang dihadapkan kepada presiden sambil berdiri di tengah-tengah acara.
Pak Presiden bertanya pada guru yang pertama
Presiden:
Bapak, guru dari daerah mana?
Guru Pertama:
Saya bertugas di daerah Jawa Barat pak Presiden.
Presiden:
Lho bisa sampai ke istana coba cerita sedikit, silahkan….
Guru Pertama:
Saya kelau mengajar, pergi jam 6 pagi jalan kaki dua jam dan kemudian saya pulang jam 6 sore itupun masih berjalan kaki lagi dua jam, sampai di rumah menjelang magrib.
Pak Presiden manggut-manggut pantas kamu dapat penghargaan.
Presiden:
Boleh pilih sepeda untuk dibawa pulang ya.
Pak Presiden bertanya pada guru yang kedua.
Presiden:
Bapak, guru dari daerah mana lagi?
Guru kedua:
Saya bertugas di derah Kepulauan Nias Sumatera Utara tepatnya di Pulau Pulau Batu pak Presiden
Kalau untuk mengajar SD Pergi hari senin naik kapal, kemudian saya mandah satu pekan, sabtu sore saya baru pulang menjumpai keluarga.
Pak Presiden pun terkesima….
Memang patut kamu dapat penghargaan, terima kasih.
Presiden:
Boleh hadiah sepeda ya untuk keluarga… silahkan bawa pulang.
Pak Presiden bertanya kepada Guru yang ketiga
Presiden:
Nah ibu, guru dari daerah mana pula…..
Guru ketiga:
Saya berasal dari Kepulauan Riau pak Presiden, saya bertugas jadi guru P3K, kalau mengajar harus berangkat tanggal satu pulang tanggal 31 begitulah setiap bulan saya jalani.
Pak Presidenpun diam sejenak, wah bagaimana keluarga ditinggalkan ya…..
Ok-ok…… itu masih ada sepeda hadiah untuk ibu boleh dibawa pulang…..
Pak Presiden bertanya kepada Guru yang Keempat
Presiden:
Ini adalagi ya, bapak dari daerah mana……
Guru keempat:
Saya berasal dari Irian Jaya Pak Presiden,
Pak Presiden menyela dan bertanya langsung….
Presiden:
Maksudnya Irian di mana tepatnya?
Guru keempat:
Saya dari Meraoke daerah perbatasan pak Presiden….
Kalau saya mengajar saya harus bertugas berangkat bulan Januari, dan kembali ke keluarga bulan Desember, itu sudah 19 tahun saya jalani Pak Presiden.
Hemm…… Presiden terdiam sejenak……
Presiden:
Terima kasih terima kasih…… ya sudah Sepeda juga ya….. bawa pulang, mudah-mudahan bermanfaat.
Mata pak Presiden langsung mengarah ke guru yang ketujuh,
Padahal ada dua guru lagi mengenakan dasi diantaranya.
Presiden:
Sekarang saya tanya kamu siapa nama bapak?
Guru ketujuh:
Saya Pak Marmuj pak Presiden.
Presiden:
Lah bapak dari mana lagi hayo…. tadi sepertinya sudah seluruh Indonesia, bapak dari mana apa dari luar negeri….
Pak Marmuj:
Bukan Pak Presiden saya dari Medan-Jakarta……..
Presiden:
Lho apa maksudnya kok Medan-Jakarta….
Apa bapak ini supir bus……
Pak Marmuj:
Saya guru SD di pinggir kota Medan, dan kini sedang tinggal di Jakarta Pak Presiden.
Semua orang menunggu apa pula cerita dari Pak Marmuj kali ini.
Presiden:
Coba-coba cerita bagaimana kisahnya Medan-Jakarta, ini menarik ini….. ada guru Medan-Jakarta ya…
Pak Marmuj:
Saya berangkat dari Medan sudah tiga tahun lalu sampai kini tidak pulang-pulang Pak Presiden… jadi saya sudah lama tidak jumpa keluarga.
Presiden:
Lho…. memangnya kenapa kan bisa pulang sudah ada jalan tol.
Pak Marmuj:
Tidak bisa pak Presiden karena saya mendapat beasiswa program doktor dan belum tamat, karena beasiswanya hanya satu kali naik pesawat berangkat dan satu kali naik pesawat pulang..
Jadi….
Ya itulah pak Presiden, saya waktu pergi sendiri, ini sudah tiga tahun sampai sampai ingin punya istri lagi….
Hahahahahhahahah.
Seluruh orang yang ada di sekitar Pak Presiden tertawa……..
Presiden:
Jadi kamu ingin pulang atau ingin cepat tamat….
Pak Marmuj:
Ingin tamat dan pulang Pak Presiden.
Pak Presiden nanya pada Pak Menteri Pendidikan,
Presiden:
Apa benar kuliah jadi doktor itu harus lama-lama.
Pak Menteri menjawab:
Pak untuk kuliah jadi doktor memang ada regulasinya 3 sampai 6 tahun…..
Presiden:
Ya sudah, bapak nggak usah dapat sepeda ya. Cukup dapat SK pengganti Pembimbing saja……
Pak Marmuj:
“6459kwmowe9um968n7wjynew7wn68jy8n68jyy8n-wo”
Pak Marmuj, Pak Marmuj…….
Acara Ramah tamah hari guru pun usai, semua pulang ke hotel masing-masing, membawa segudang cerita, dari ketatnya protokoler, tata cara salaman, sampai layanan istana photo dengan pak presiden, wah….. sungguh.
Pak Marmuj pulang dari hotel kembali ke kamar kecil yang dikontrak selama kuliah.
Berharap SK Pengganti Pembiming segera terbit, iapun dapat menyelesaikan studinya.
Ternyata hidup ini memang harus menghadapi segala masalah, sekolah pun ada masalahnya. Bahkan menulis disertasi paling lama justru merumuskan latar belakang masalah.
Pak Marmuj dan Istana Negara sebuah kenangan, prestasi, silaturahmi, tapi di sana juga ternyata ada solusi sesuai dengan pengalaman kita masing-masing.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; setiap kita bekerja sesuai dengan kesanggupan masing-masing, maknai dan cari keberkahan darinya, maka akan bernilai ibadah.
Kedua; dimanapun kita bekerja bila sudah diniatkan untuk ibadah, jadi guru di daerah kota, desa, batas negara semuanya memiliki tantangan. Tetapi pengertian dari seluruh keluarga itulah sesungguhnya doa dan semangat dalam hidup kita.
Ketiga; studi lanjut tidaklah semata karena tuntutan profesi, lebih dari itu rentang waktu selama kita belajar adalah masa untuk berjihad, jadi selama studi selama itulah kita akan menjadi bagian dari fisabilillah.
Ketujuh; kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita mencari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber