Bulan Ramadan memasuki pekan kedua, sekolah pun sudah masuk seperti biasa, hanya jam belajar sedikit dikurangi. Ini adalah regulasi maka harus diikuti karena memang sekolah adalah sub sistem dari pendidikan nasional yang memiliki otoritas terhadap satuan pendidikan yang ada di bawahnya. Termasuk di dalamnya bahwa kegiatan keagamaan yang dapat dilakukan adalah Pesantren Kilat bagi anak sekolah.
Sebagai seorang guru senior Pak Marmuj memiliki tanggung jawab terhadap acara Pesantren Kilat ini, namun karena sudah guru, maka ia mengajak mahasiswa dari perguruan tinggi keagamaan untuk membantu menjadi instruktur.
Tepat sekali karena mahasiswa pun membutuhkan tempat pengabdian sekaligus melatih untuk satu saat nanti menjadi pendidik. Kreen, latihan mengelola pesantren kilat diberi nama instruktur itulah pikir teman-teman mahasiswa.
Sepakat Pak Marmuj hanya membina, menjaga, mengamati dan sekaligus memberi pengarahan bila diperlukan. Setelah briefing untuk perencaan kegiatan, maka semua persiapan telah dimatangkan, tibalah hari di mana pesantren kilat dilakukan di sekolah.
Setelah pembukaan berlangsung dengan sedikit seremoni dihadiri kepala sekolah, semua dewan guru, maka dimulailah kegiatan Pesantren Kilat yang diserahkan sepenuhnya kepada tim instruktur dari mahasiswa.
Pak Marmuj; silahkan abang-abang instruktur melaksanakan bertugas, biar kami mengawasi di luar saja. Ok.
Tim instruktur pun bertugas, bergegas dan memulai dengan semangat untuk kegiatan Pesantren Kilat selama tiga hari di sekolah ini. Hari pertama berlangsung dengan baik, perkenalan sampai harapan serta tujuan apa yang ingin diperoleh dari kegiatan telah tertulis bahkan disepakati.
Tibalah hari kedua pagi hari semua telah siap menerima materi. Seorang instruktur bangkit dari duduknya dan berdiri; adik-adik semua siapa yang selama ini masih selalu bolong-bolong shalatnya. Ayo berdiri!!! Semua peserta terdiam.
Instruktur; ayo adik-adik kita diajarkan untuk jujur, sekali lagi siapa yang selama ini shalatnya masih bolong-bolong?
Satu orang berdiri, diikuti dua orang, dan akhirnya hampir separuh dari peserta semua berdiri.
Instruktur; baiklah ini sudah cukup yang paling utama adalah menunjukkan kejujuran. Silahkan duduk kembali.
Instruktur; adik-adik pertanyaan saya yang kedua, siapa yang selama ini masih bolong-bolong puasanya, silahkan berdiri.
Spontan tanpa ragu lima peserta dan kemudian bertambah menjadi belasan peserta pun berdiri.
Instruktur yang masih tetap berdiri sambil berjalan keliling peserta memberikan apresiasi; Ya. Kita harus mengakui bahwa kita masih banyak yang belum melakukan dengan baik, selalu berbohong, tidak shalat, tidak puasa dan lainnya.
Instruktur; ok sudah semua duduk, mari kita renungkan diri kita sendiri, bahwa ternyata masih banyak kesalahan dan kekurangan yang kita miliki, shalat, puasa dan lainnya masih banyak yang belum kita lakukan dengan baik.
Untuk itu marilah kita niatkan untuk memperbaiki dan memulai dengan kesadaran agar dapat kita lakukan dengan konsisten.
Instruktur; baik, setuju…………(sambil menguatkan suaranya instruktur seakan memberi semangat untuk berubah).
Peserta; setuju…….
Barulah instruktur duduk bersama instruktur lainnya.
Kegiatan pesantren kilat kali ini memang terasa begitu spesial bagi beberapa peserta, pada hari terakhir seorang instruktur berdiri lagi memulai sesi dengan membacakan satu naskah cerita sedikit dramatis.
Cerita seorang yang miskin mengais makanan di tempat pembuangan sampah, semua ia lakukan untuk menyambung kehidupan. Sambil membaca naskah instruktur sambil melirih dan kadang seakan menegaskan keadaan yang benar, tetapi kadang pula melirik ke peserta. Bacaan dilanjutkan.
Saudaraku…..kami memang makan dari tempat sampah tapi tak mengapa, walau kami melihat ada di sana yang makan berlebihan bahkan selalu membuang ketika tak tersantap karena salah perhitungan.
Semua peserta seakan terhipnotis terbawa di alam lain, seperti dua dunia yang berbeda tapi tak seimbang apalagi saling berteguran. Antara si kaya yang berlebihan dengan membuang makanan, sementara simiskin mengais walau dari daun ada yang tersisa dari makanan.
Seperti biasa disaat itulah instruktur membawa satu kotak kardus untuk meminta seluruh peserta memberikan sebagian dari uang jajannya agar disumbangkan kepada saudara di luar sana.
Terkumpullah puluhan bahkan mendekati ratusan ribu, kemudian dihitung dan disampaikan kepada seluruh peserta mereka akan menyumbangkan langsung ke orang yang berhak menerimanya.
Dan akhirnya instruktur pun mengakhiri acara pelatihan Pesantren Kilat, siap-siap memanggil guru dan kepala sekolah untuk menutup acara secara resmi.
Pak Marmuj; terima kasih adik-adik mahasiswa, kalian sudah melakukan yang terbaik untuk anak-anak kami di sekolah, semoga menjadi amal.
Mahasiswa: ah….kami yang berterima kasih Pak Marmuj, mungkin kami masih belajar, dan perlu belajar lagi, mohon masukan Pak.
Pak Marmuj; ok kalau begitu….. ada tiga catatan saya.
Pertama ketika instruktur meminta peserta yang sholatnya masih bolong untuk berdiri, itu sudah bagus apalagi instrukturnya duluan berdiri, itu artinya dia memberi contoh, dan duluan jujur.
Instruktur; terbelalak….. ia pulak ya.
Pak Marmuj;
Kedua ketika instruktur meminta bantuan kepada peserta untuk sumbangan kepada fakir miskin semua menyumbang, sementara instruktur juga menyumbang tetapi bukan uang hanya membantu menghitung uang. Itupun sudah baguslah.
Instruktur; haha……maaf Pak Marmuj tahu saja.
Pak Marmuj; ya sudahlah itu sudah baik.
Yang ketiga……..
Kepala sekolah; Pak Marmuj ayo, kita sudah mau penutupan, bisa merapat ini, segera.
Pak Marmuj; siap pak….
Adik-adik tahu yang ketiga, instruktur itu artinya orang yang memberi instruksi, jadi jangan lupa sebelum memberi perintah kita juga harus melakukan jadi itu namanya suritauladan.
Mahasiswa; Pak Marmuj sepertinya sudah biasa mengelola Pesantren Kilat ya.
Pak Marmuj; ialah……sebelum saya memberi instruksi kepada kalian saya kan sudah pernah menjadi instruktur dulu, dulu pada zaman saya mahasiswa dulu….Semua mahasiswa tertawa…hahahahahhaha.pantaslah Pak Marmuj…Pak Marmuj….memanglah.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; kegiatan Pesantern Kilat yang dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai unit dari sistem pendidikan, harus merujuk pada regulasi, jadi ikuti sesuai dengan SOP dan aturan yang berlaku.
Kedua; instruktur Pesantren Kilat adalah kemampuan untuk memberi instruktur, merencanakan, mengelola, mengendalikan serta mengembangkan kemampuan peserta tentang materi tertentu.
Ketiga; kegiatan Pesantren Kilat harus dilakukan oleh tim, dari panitia, instruktur dan pihak penanggungjawab bahkan orangtua siswa. Jadi kerja tim akan memberi keberhasilan yang berdampak, bukan sekadar seremoni apalagi hanya untuk rutinitas program.
Setelah kegiatan apakah ada portofolio tindak lanjut yang dilakukan peserta, maka komunikasi orang tua dan pihak sekolah itu yang paling utama dari Pesantren Kilat.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.