Menjelang 17 Agustus hari perayaan kemerdekaan Republik Indonesia, semua sekolah menyambutnya dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah lomba baik itu lomba olahraga, maupun lomba membaca dan lain sebagainya.
Pak Marmuj yang mengajar di kelas satu SD mencoba memberikan arahan, kira-kira lomba apa yang akan diikuti oleh anak. Memang semua jenis perlombaan bisa saja dikuti, selagi itu memang untuk kegiatan yang bermanfaat dan memberi kebaikan bagi seluruh murid-muridnya.
Kali ini Pak Marmuj benar-benar sedikit bingung, perlombaan apa yang harus diberikan kepada anak, sambil berdiri dan memandang 29 anak di depannya, kemudian ia berjalan beberapa langkah di kelas melihat jendela dan akhirnya memperhatikan dua gambar presiden dan wakil presiden di dinding.
Hem……ini bisa juga dijadikan perlombaan dalam hati Pak Marmuj. Tetapi yang terbayang oleh Pak Marmuj justru murid mungkin lebih tepat untuk lomba membaca teks Pancasila yang da di bawah lambang negara Republik Indonesia yakni Burung Garuda. Ah……ini kan masih relevan dengan menyambut 17 Agustus 1945 pikir Pak Marmuj.
Sampailah pada upaya memperkenalkan Teks Pancasila, murid karena belum bisa membaca, mereka lebih diarahkan menirukan apa yang dibaca oleh Pak Marmuj, setelah satu, dua kali namun sebagian besar murid belum juga dapat menghafalkan. Pak Marmuj sesungguhnya menyadari bahwa memang murid bukan diminta menghafal karena itu bukan dari kompetensi yang diinginkan.
Pada bagian akhir dari usaha Pak Marmuj ia mencoba memberi kesempatan kepada semua murid.
Pak Marmuj: ayo murid-murid yang baik, siapa yang mau maju ke depan untuk membaca Teks Pancasila?
Murid; diam……… saling berpandangan tak ada yang menunjukkan tangan isyarat keberanian.
Pak Marmuj; kalau begitu coba kau Marke, ayo kedepan.
Murid Marke; iya pak….. lantas iapun berdiri dan berjalan ke depan.
Pak marmuj; coba apa kamu bisa membaca ulang teks Pancasila?
Murid Marke; diam…..belum bisa pak guru.
Pak Marmuj; ayo….coba pelan-pelan perhatikan, kalaupun salah tak mengapa, Pak Marmuj mencoba menolong, membimbing dan memberi penguatan.
Ayo….anakku yang baik, coba lah…..
Akhirnya murid pun mencoba membaca Teks Pancasila di hadapan teman-temannya.
Murid Marke; Burung Garuda
Dengan sigap murid Marke membaca kuat, suara sedikit lantang, semua murid lain terdiam…..
Pak Marmuj; ayo semua tepuk tangan…..
Semua muridpun bertepuk tangan……
Satu; Bintang bersegi lima
Dua: Rantai Pengikat kuda
Tiga, Pohon Beringin Tua
Empat, Kerbau Bertanduk dua
Diam sejenak……Murid Marke mencoba memahami gambar berikutnya……..
Lima, Rantai Pengikat Kuda
Murid lain semua bertepuk tangan….hore……………
Pak Marmuj pun ikut tepuk tangan………..
Pak Marmuj; e…. satu lagi anakku……yang gambar dekat rantai……
Murid Marke; itu kapas untuk membalut luka…..
Pak Marmuj dan seluruh murid di kelas meriah tepuk tangan…………….
Dalam hati Pak Marmuj semoga ini awal dari cara saya mengenalkan Pancasila kepada Murid-Murid.
Mengenalkan materi yang bersifat verbal apalagi abstrak memang perlu strategi, metode dan teknik, salah satunya dengan kontekstual. Ketika Pak Marmuj kuliah di fakultas kependidikan masih ingat bahwa; Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa.
Menurut Depdiknas, metode pembelajaran ini harus mampu mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Depdiknas memberi batasan seperti di atas, tentu dengan berbagai alasan bahwa memang guru harus membantu, membimbing dan mengarahkan siswa agar matari dapat dipahami dengan sesederhana mungkin.
Apapun yang dikenal oleh anak tentu harus disesuaikan dengan pengalaman sehari-hari mereka, karena pengetahuan itu sendiri akan berarti bila dapat dikaitkan, dihubungkan, difungsikan dan dimanfaatkan untuk memecahkan masalah. Dan masalah itu ada dalam kehidupan anak.
Seperti pendapat seorang tokoh pembelajaran Kontekstual Alaine B.Jonson, bahwa; Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan untuk menolong para siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari.Caranya ialah dengan menghubungkan subjek-subjek akademik yang sudah dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari
Melengkapi pendapat di atas, Pak Marmuj mencoba mensharing di google ternyata benar bahwa; Tentu dengan pembelajaran metode ini nilai manfaat yang dapat diperoleh dari kedua belah pihak, baik siswa maupun guru akan dapat dirasakan.
Sebagian dari nilai manfaat tersebut adalah;
1. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan sistematis.
2. Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami dengan menerapkan.
3. Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan.
Pak Marmuj; oh… ia sambil mengangguk angguk……….
Murid; hore……………..meriah…….pak………
Pak Marmuj pun baru sadar banyak suara ramai, ternyata murid-murid sudah bersorak karena bel jam keluar istirahat sudah berbunyi.Sungguh pengalaman Pak Marmuj di tengah situasi yang sulit, ia tetap dapat mengatasi bila bukan hanya duduk diam, tetapi berdiri memandang dan kemudian berjalan lahirlah apa yang disebut inspirasi.
Hem….memanglah Pak Marmuj….Pak Marmuj.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan, dan keterampilan baru dalam membentuk sikap dan kepribadian.
Kedua; menggunakan konteks lingkungan sebagai bagian dari pengenalan untuk menambah pengetahuan itu adalah penting, karena lingkungan anak menjadi latar belakang utama dalam mengembangkan pembelajaran.
Ketiga; apapun materi pembelajaran harus selalu disesuaikan dengan lingkungan anak, sehingga kapan pun materi tersebut diberikan akan dapat dipergunakan sebagai bagian dari pengembangan sikap dan kepribadiannya.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita mencari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.