Pada pekan-pekan terakhir ini di sekolah lembaga pemerintah maupun swasta banyak kegiatan, salah satunya seremoni peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan berlangsung meriah, ada yang mengundang jemaah dari berbagai kalangan, bahkan ada pula yang mengundang ustadz ustadzah dari ibu kota. Ini adalah fenomena atau kegiatan kalender yang memang sudah terjadwal dan terprogram dari Panitia Hari Besar Islam, jadi sebenarnya tidak ada yang Istimewa.
Adalah Pak Marmuj sebagai guru agama juga terlibat baik langsung maupun tidak langsung terkait dengan acara seperti peringatan dimaksud. Namun untuk tahun ini sedikit berbeda, karena Pak Marmuj meminta seluruh muridnya mengikuti kegiatan peringatan sedikitnya tiga atau empat di berbagai tempat.
Tujuannya jelas agar semua anak mendapat pengetahuan, pengalaman yang berbeda bagaimana kegiatan peringatan. Dengan portofolio yang telah disiapkan, maka seluruh murid Pak Marmuj pun menghadiri dan menyiapkan laporan secara berkelompok kegiatan masing-masing.
Tiba hari dimana murid mengumpulkan tugas dengan cara memperesentasekan secara berkelompok.
Pak Marmuj; murid-murid sekalian silahkan menyampaikan laporan.
Murid kelompok pertama; kami menghadiri kegiatan Isra Mikraj di kantor pemerintahan sebelah salah satu yang kami dapatkan bahwa ketika ustaz menyampaikan ceramahnya diawali dengan kalimat sebagai berikut; Mari kita peringati Nabi yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang benderang.
Pak Marmuj; ya….ya…..
Murid kelompok kedua; kami menghadiri kegiatan Isra Mikraj dari dusun kami mendatangkan ceramah dari kota, ketika mengawali ceramahnya ustadzah menyampaikan pembukaan sebagai berikut: Marilah kita peringati Nabi yang telah membawa kita dari alam kejahiliyahan ke alam yang penuh peradaban.
Pak Marmuj; ya….saya tahu……
Kelompok ketiga melanjutkan presentasenya.
Kami dari kelompok tiga menghadiri peringatan Isra Mikraj. Ketika mulai ustadz menyampaikan; Marilah kita peringati Nabi yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Pak Marmuj: ya……saya tahu ini……
Murid-murid sedikit bingung, karena semua yang dipresentasekan ditanggapi oleh Pak Marmuj dengan kalimat saya tahu, saya tahu.
Akhirnya seorang murid mencoba bertanya; Pak tahu maksudnya apa ya pak.
Pak Marmuj memberi penjelasan.
Kalau ucapan pembuka salamnya “Mari kita peringati Nabi yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang benderang” Ini saya tahu dan cocok kalau kita ceramah di pegawai kantor PLN.
Murid: oh…iya pak.
Pak Marmuj; nah kalau ucapan pembukanya “Marilah kita peringati Nabi yang telah membawa kita dari alam kejahiliyahan ke alam yang penuh peradaban” ini cocok untuk masyarakat jalanan, dan mungkin saja kalau kita ceramah di penjara atau lembaga pemasyarakatan.
Sebelum murid bertanya, Pak Marmuj langsung menjelaskan yang ketiga.
Pak Marmuj; untuk yang terakhir, kalau pembukaan pidato dengan kalimat “Marilah kita peringati Nabi yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan” ini cocok untuk ceramah di lembaga pendidikan, seperti di sekolah-sekolah.
Murid: oh…… begitu ya pak.
Pak Marmuj; ya….kita menyampaikan sesuatu harus menyesuaikan di mana kita bicara. Sungguh bulan Rabiul awal yang diwarnai oleh banyaknya kegiatan hari besar semoga bukan hanya sekedar seremoni, tetapi banyak pelajaran yang dapat dijadikan makna hidup.
Walaupun dalam pembukaan sebuah pidato sekadar bagaimana menata kata-kata, tetapi dari sana kita dapat jadikan pembelajaran. Yang belajar bukan saja murid, jamaah, tetapi juga para ustadz dan ustazah atau siapa saja yang memang selalu bersentuhan dengan seremoni besar Islam.
Seorang murid bertanya; Pak ….kalau kita ceramah kepada khusus ibu-ibu pengajian bagaimana pembukaannya ya pak.
Pak Marmuj; 398t-wgm5hq[-03[-ty. E….. begini, pembukaannya kita mulai dari “Mari kita peringati Nabi yang telah mengangkat harkat dan martabat kaum hawa menjadi lebih terhormat”. Jelas……
Murid: jelas pak. Kalau begitu saya akan ceramah di Youtube sajalah pak.
Pak Marmuj; 48ghq=vn[-g-w e9mpivmd2-e9 silahkan silahkan.
Pak Marmuj; sudah murid-murid yang penting belajar pidato jangan banyak angan-angan yang penting belajar….
Pak Marmuj menghadapi berbagai sikap murid memang harus bijaksana.
Pak Marmuj..Pak Marmuj….memanglah.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; Keterampilan berpidato adalah sesuatu yang dapat dipelajari, dikembangkan dan diasah dengan berbagai pelatihan.
Kedua; berpidato itu adalah menyampaikan pesan, namun kepada siapa pesan itu akan disampaikan itu adalah pertimbangan utama.
Ketiga; kepada siapa saja yang akan kita sampaikan tentang materi pidato, maka tujuh menit pertama adalah hal yang luar biasa, dari sana kita menentukan kesuksesan pidato selanjutnya.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.