Hari-hari terakhir ini sebagian umat Islam disibukkan dengan persiapan hari raya Kurban, ada yang sibuk melihat tanggal berapa, ada pula yang siap-siap berpuasa sunnah, tak kalah pentingnya persiapan untuk berkurban.
Dari pinggir kota Medan tidak kalah pula tampak kesibukan dimana BKM Masjid mempersiapkan kegiatan kurban dengan membentuk kepanitiaan. Dari sejak mendata siapa saja yang berkurban, bagaimana tata cara pemotongan, pendataan warga yang mendapatkan dan lain sebagainya.
Namun ada satu yang paling penting orang yang mencari hewan kurban, disinilah Pak Marmuj menjadi bagian dari seksi kepanitiaan tersebut.
Setelah panitia kurban melakukan rapat tiga kali, ternyata permintaan terus bertambah, awalnya hanya tujuh ekor sapi untuk 49 para pengkurban, risiko di hari-hari terakhir bertambah banyak.
Pak Marmuj sebagai panitia pengadaan hewan kurban pun mencari jalan keluar sesegera mungkin mendapatkan sapi sebagaimana kriteria untuk dapat dijadikan hewan kurban.
Telepon ke daerah utara telah kehabisan stok sapi. Telepon ke daerah timur, tawaran harga belum pas, sampailah ke kenalan lama di daerah selatan jauh yakni daerah Simalungun tepatnya kota Saribu Dolok. Bagaimana kita akan dapatkan tiga ekor sapi lagi????. Telepon nyambung, dan terjadi kesepakatan, tiga ekor sapi disiapkan.
Rapat panitia kurban kali ini sampai larut malam, hingga sampai di rumah pak Marmuj pun kelelahan dan tertidur pulas. Istri Pak Marmuj dengan setia menyelimuti untuk kehangatan tidur malam yang sangat melelahkan.
Menjelang pukul 23.00 malam, antara sadar dan tidak, Pak Marmuj mendengar ada yang memanggil dari luar, yang tidak lain ternyata seorang sopir mobil pick up (Pak Sopir).
Pak Sopir : Pak Marmuj bagaimana jadi kita berangkat ke Saribu Dolok.
Pak Marmuj : ok siap…..
(dengan sigap Pak Marmuj ayo berangkat kita akan dapatkan tiga ekor sapi lagi).Pak Sopir : Kita lewat jalan tol ya pak biar cepat sampe.
Pak Marmuj : lanjutkan, yang penting aman…..
Berangkat dari Medan pukul 00 tengah malam, dengan niat akan ke Saribu Dolok membawa tiga ekor sapi untuk dikurbankan pada hari Idul Adha. Sepanjang perjalanan, sebanyak itu pula cerita, dari anak sapi, induk sapi sampai tempat penggemukan sapi, menemani Pak Sopir agar tetap terjaga.
Pukul 02 menjelang dini hari merekapun sampai di kota Pematang Siantar.
Karena sudah larut malam, merekapun mencari tempat peristirahatan dipinggir jalan, maka jumpalah warung kopi daerah Timbang Galung.
Setelah 15 menit istirahat, mereka meneruskan perjalanan menuju Saribu Dolok,
Pak Sopir : Pak Marmuj kita harus segera berangkat karena kita harus cepat agar sampai sebelum pagi.
Pak Marmuj : Ok, siap, kita akan dapatkan tiga ekor sapi lagi.
Setelah satu jam perjalanan mereka kebingungan, hasrat hati ingin menghubungi rekan pemilik sapi yang telah disepakati dikarenakan sinyal telepon seluler tidak ada, akhirnya mereka berhenti bertanya ke warung yang masih buka.
Pak Sopir : Pak apakah ini jalan yang mengarah ke Saribu Dolok.
Pemilik Warung : Ya ke arah selatan bisa terus pak.
Sopir : Pak ini namanya daerah mana ya,
Pemilik Warung : ini adalah Tiga Dolok.
Sopir : ^%%$#@$%
Sopirpun kembali ke mobil, dan menyampaikan posisi ke Pak Marmuj.
Pak Marmuj : Ada apa pak sopir.
Pak Sopir : Pak kita ini sedang di daerah Tiga Dolok.
Pak Marmuj : Sekarang jam berapa?
Pak Sopir : Jam tiga pak.
Pak Marmuj : ha……..apa jam tiga…
Pak Sopir : ada apa pak……. apa ada masalah.
Pak Marmuj : apakah pak sopir tahu, bahwa kita dari Medan sudah tiga jam perjalanan baru sampai Tiga Dolok. Sementara kita mau ke Saribu Dolok. Bapak Sopir tahu, berarti……
Pak Sopir : berarti apa Pak Marmuj……………
Pak Marmuj : Wah jauh juga daerah Tiga Dolok ini ya, sampai tiga jam kita baru sampai. Tujuan kita mau ke Saribu Dolok, berarti 1000 +`:%$#*& 993 jam lagi perjalanan kita.
Pak Sopir : yang benar lah Pak Marmuj.
Pak Marmuj : Ok lah kalau begitu kita pulang saja dulu ke Medan, kita akan cari jalan lain.
Pak Supir : jadi….jadi…..jadi………
Pak Marmuj : Ok. Sekarang kita pulang….. titik.
Di tengah perjalanan Pak Sopir dan Pak Marmuj diam seribu bahasa, tidak ada pembicaraan, tidak ada berhenti di rest area, sampailah mereka menjelang azan subuh di pinggir Kota Medan.
Suara azan pun menjadikan Pak Marmuj kebingungan mengapa sopir yang tadi duduk disampingnya membelai kepalanya. Ternyata istri tercinta Pak MarPak Marmuj menyingkap selimut hangat membangunkan Pak Marmuj.
Istri : Pak pak bangun…bangun.
Pak Marmuj : astaghfirulllahulal azim.
Istri : itu sudah azan, sepertinya bapak mimpi
Pak Marmuj : Alhamdulillahil ladzi ahyana ba'da ma amatana wailaihin nusyur.
terbangun dari mimpinya yang sungguh capek gelisah karena memikirkan sapi yang belum dapat tiga ekor lagi.
Keesokan harinya Pak Marmuj pun benar-benar mempersiapkan diri untuk berangkat ke Saribu Dolok, agar tidak salah arah. Pak Marmuj mencoba searching ke aplikasi google earht ternyata benar bahwa jarak Medan ke Pematang Siantar 127 Km, kemudian ke tiga Dolok 23 kilometer, jarak dari Tiga Dolok ke Saribu Dolok 75 kilometer, kalau lewat Tiga Rungu.
Namun dibimbing oleh Google map bila langsung dari Medan ke Saribu Dolok hanya 98 Kilometer, dengan jarak tempuh normal 3 jam 12 menit lewat kota Brastagi tentunya. Itupun kalau tidak macet.
Berangkat kita….. kita akan dapatkan tiga ekor sapi lagi, itulah yang ada dibenak Pak Marmuj. Sungguh keberangkatan dengan niat yang ikhlas, mereka akhirnya mendapatkan tiga ekor sapi dari Saribu Dolok, dan sudah siap untuk dijadikan hewan kurban.
Hem….. Pak Marmuj…. Pak Marmuj…. memanglah…..
Menjadi panitia kurban bukan hanya sampai terbawa ke rumah, mimpinya pun sampai bersama hewan kurban. Ya. Yang penting kita sudah dapatkan tiga ekor sapi.
Sekian.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, bila itu tidak ada jalan keluarnya, maka itu bukanlah masalah.
Kedua; tidak semua masalah dari sisi kelilmuan harus diselesaikan dari pendekatan disiplin ilmu itu sendiri, justru dari ilmu yang lain akan memberikan banyak solusi. Masalah matematika angka tiga dan seribu memang ditengah-tengahnya ada 997, tetapi dalam geografi faktanya berbeda.
Ketiga; terlalu khawatir terhadap satu persoalan, ini membuktikan kita harus total dalam mempersiapkan satu kegiatan, namun ikhtiar setelah semua dipersiapkan, dan lakukan, hasilnya serahkan kepada yang maha kuasa.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi peristiwa, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber