Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Kami persembahkan kehadirat-Mu amal yang sudah, sedang dan akan kami jariahkan, semoga IAIN Al-Jami`ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah “Sumatera Utara” tetap bersemayam di lubuk hati muslim, tetap buah dan cahaya mata, qurratu ‘ain masyarakat, tetap beroleh berkah, bagi hidup kehidupan bangsa dan negara sehingga pada suatu waktu Insya Allah penilaian menjadi satu bahasa, setiap fakultas Perguruan Tinggi, semua memerlukan teknokrat rohaniyah yang bersumber dan beralmamater IAIN, Allahu Akbar. (Ismail Sulaiman, 1975:48).
Allahu Akbar, boleh sekali, boleh tiga kali boleh berkali-kali tergantung siap menyuarakan, dan siapa pula yang menjadi jemaah, tergantung momen bagaimana kegiatan berlangsung. Ucapan sebagai penguat semangat, tekat dan bahkan janji sesuatu di hadapan Tuhan, merupakan hal luar biasa dari seorang rektor tahun 1973. Tentu ada alasan mengapa para saksi sejarah melihat momentum ini terjadi, kita akan interpretasi sesuai dengan keadaan hari ini yakni sebagai berikut:
Di tengah pembangunan nasional, Indonesia memasuki babak transisi politik pemerintahan Orde Baru pimpinan pak Harto tentu pembangunan rohaniah lewat lembaga pendidikan tinggi adalah hal yang membanggakan. Di samping telah sekian lama Indonesia memiliki 13 perguruan tinggi negeri agama Islam, sementara Sumatera Utara daerah paling strategis diberi mandat untuk mendirikan IAIN.
Sungguh Allahu Akbar, pesan dari Sumatera Utara kepada Jakarta yang langsung didengar oleh Munawir Sjadzali (Menteri Agama RI), anak Medan siap bersejajar dengan Indonesia.
Kilas lintas sejarah, berbagai tokoh tercatat mengusir penjajah, berbagai daerah menjaga marwah dan martabat anak bangsa, tetapi demi kepentingan lebih besar, tak ada yang egois merasa lebih dari lainnya.
Kita adalah “Sumatera Utara”. Dari daerah paling timur selatan tanah Mandailing, dari Toba petuah Sisingamangaraja, bahkan pesan pantun Melayu dari Langkat tanah betuah, sepakat Tanah Deli adalah untuk Sumatera Utara.
Dan didirikanlah IAIN dengan nama mewakili semua ‘IAIN Sumatera Utara” kebanggaan di atas semua suku, agama dan ras yang akur karena tujuannya sama. Tak ada tujuan akhir dari kata Allahu Akbar kecuali dengan harapan semua yang dilakukan para pendiri, dapat diteruskan dan kebermanfaatannya dirasakan masyarakat Sumatera Utara.
Lewat empat fakultas dapat berkembang lebih jauh menjadikan teknokrat berwawasan Islam, begitu juga sebaliknya mungkin transdisiplin menjadi Wahdatul Ulum adalah jawaban hari ini. Buah keikhlasan pak Ismail Sulaiman semua warga almamater tercinta semoga tetap kita jaga bukan sekadar petuah, tetapi yang terus menjadi penjaga hati.
Suara Allahu Akbar tidak mesti sekali, boleh beberapa kali, dan dapat diulangi lagi, dan kini bukan berwujud suara saja tetapi ada di player, website, twibbon, ada di mana-mana baik alam nyata sampai alam maya. Allahu Akbar boleh sekali yang penting sungguh dalam hati.
Selamat milad IAIN-UIN Sumatera Utara Medan, dari tahun 1973, kami bersyukur, dan terus berdoa semoga nilai-nilai perjuangan tentang kebersamaan tetap dapat dipertahankan.
Selamat milad ke-50 IAIN-UIN Sumatera Utara Medan, Allahu Akbar tonggak sejarah telah dipancangkan, keteguhan niat telah dikuatkan, semoga cita cita luhur terwujud untuk masyarakat Sumatera Utara dan dunia.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.