Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Ada tiga kemungkinan metoda mempelajari filsafat: sistematika filsafat, sejarah filsafat dan pembahasan kritis filsafat. (Gazalba, 1981:18).
Bila kita ingin mengetahui sesuatu, kata ketahui dulu bahwa sesuatu itu mungkin bisa diketahui. Diketahui dengan cara apa baru dicari jalan mendapatkannya. Rumuskan dulu apa yang ingin diketahui, identifikasi sebanyak-banyaknya cara untuk mengetahui, dan mulailah langkah untuk melakukannya, boleh juga dengan melihat awal muasalnya sampai bahas dari berbagai sudut pandang tentang sesuatu.
Narasi di atas, bisa membingungkan, bisa menjadi narasi yang menantang, atau justru memberhentikan pemikiran kita. Bingung memang tempat paling membahayakan, tetapi jembatan emas menuju sebuah kepastian, maka bingung itu perlu tetapi disadari dan dilalui jangan berhenti pada bingung.
Narasi itu perlu karena untuk menjabarkan sesuatu agar dapat dipahami oleh semua orang perlu dengan bahasa yang mudah dimengerti walaupun tidak semua harus dilayani. Bisa saja kita berhenti alias mencukupkan pesan dari sebuah kalimat, karena tidak lagi memancing untuk ditindaklanjuti lewat pikiran, lewat penelitian, atau lewat pembahas lainnya.
Begitulah berfilsafat selalu ada yang dilakukan dari cara-cara kita melakukannya, dengan ketentuan yang formal maka sistematika itu sangat penting. Sistematika terkesan adalah langkah yang teratur, kegiatan yang sempurna, sampai pada lengkapnya satu pembahasan.
Jadi dalam melakukan kegiatan pendidikan kita dituntut untuk taat azas yakni; merencanakan pembelajaran, mengembangkan strategi dan metode, memanfaatkan media dan sumber belajar, melakukan evaluasi pada peserta didik, dan akhirnya menindaklanjuti untuk perbaikan di masa mendatang.
Melihat satu masalah atau obyek pembahasan, maka tidak dapat berdiri sendiri tetapi kita harus memulai dari awal bahkan sebelum atau sejarah dari obyek tersebut. Ini akan menjadi penting, karena kejadian hari ini adalah rangkaian dari masa lalu, dan terjadi hari ini, kemungkinan akan menjadi bagian dari masa depan.
Sejarah itu penting, apakah membahas tokoh, tempat, kejadian semua saling tekait. Seorang pendidik ketika menghadapi seorang anak, maka ia harus mengerti latar belakang keluarga, sosial serta psikologi anak secara keseluruhan. Latar belakang bukan menjadi diferensiasi perlakuan, tetapi dasar bagi memberi pelayanan yang lebih tepat untuk pengembangan potensi.
Sampai di sini kita akan menyadari bahwa tidak ada kejadian tunggal dalam kehidupan ini, semua saling terkait baik kecil maupun besar, masa lalu maupun sekarang, di sini maupun di tempat lain. Pembahasan terhadap persoalan harus diuraikan mana yang memang benar memiliki keterkaitan utama, mana yang hanya sampingan, di sinilah berpikir kritis diperlukan.
Dalam pendidikan guru tidak hanya melihat fenomena pada diri anak adalah masalah peserta didik semata, pasti ada kaitannya dengan suasana kelas, dan atmosfir sekolah, bahkan sosiologi dunia pendidikan di negeri ini. Jangan sekali-kali menjadikan anak adalah sasaran utama masalah pendidikan, tetapi dibalik itu pasti ada keadaan yang menjadi penyebabnya.
Pendidik inspiratif menyadari benar, bahwa dunia pendidikan tidak berdiri tunggal, tetapi memiliki banyak faktor. Mengembangkan kegiatan pendidikan dengan cara sistematis, memahami latar belakang secara tepat, sampai menyelesaikannya secara keseluruhan adalah hal bijaksana.
Kita percaya guru yang baik adalah mereka yang mengharapkan anak lebih baik dari dirinya. Saya tidak percaya anak didik lebih pintar dari saya, maka saat itulah saya bukan lagi menjadi seorang guru.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.