Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Apakah filsafat mempunyai masa depan di Indonesia?. Filsafat yang sebenarnya adalah pemikiran kritis dan tertib, mempunyai fungsi yang tak tergantikan dalam masyarakat Indonesia yang sedang membangun; sebagai kritik ideologi. (Suseno, 1992:1).
Setiap manusia itu mampu berpikir, merasa dan berkehendak, bila diasah dengan baik, maka akan menghantarkan jati dirinya menjadi manusia yang utuh dan sempurna sebagai hamba Allah di muka bumi.
Menuju kesempurnaan sampai tingkat paripurna, maka berbagai definisi kesempurnaan terus ramai dibincangkan, banyak cara yang dilakukan untuk mencapainya, dan akhirnya rumusan tujuan hidup selalu mengerucut pada satu hal yakni kebahagiaan.
Kesempurnaan manusia bila didasarkan pada potensi berpikir, maka cara berfilsafat adalah salah satu jalan, karena dengan berfilsafat kita dapat berfikir, mana yang harus dipikirkan mana tidak perlu dipikirkan, bahkan mana batasan untuk jadi pikiran mana yang tidak.
Berfilsafat mengajarkan kita nilai-nilai dasar tata cara berpikir radikal, universal dan sistematis. Salah satu ciri berfilsafat ia menyadari bahwa manusia tidak akan sempurna kalau hanya diselesaikan dengan filsafat.
Bagaimana cara mencapai kesempurnaan hidup, maka berfilsafat sangat menyadari, hidup ini bukan hanya dipikirkan, tetapi juga dirasakan. Bila kita berangkat dari alam pikiran an sich maka keseimbangan dalam perbuatan akan pincang, dan kita harus menyadari perlunya tesa berpikir diimbangi dengan antitas yakni merasa.
Menyepakati tentang tujuan hidup adalah kebahagiaan, harus dijadikan satu semangat yakni kehendak atau nafsu mencapainya. Kehendak yang berlebihan tanpa didasari berpikir yang baik, merasa yang seimbang, maka akan berbahaya. Untuk itulah tujuan hidup pada dasarnya dapat direncanakan dengan berpikir kritis, merasa seimbang, dan melakukan sesuai dengan kemampuan.
Pendidikan tiada lain adalah memberikan bimbingan arahan bagaimana tata cara berpikir, memanfaatkan perasaan, sekaligus untuk satu kehendak atau tujuan hidup. Sekolah dari TK sampai Pascasarjana semuanya bercerita tentang jadilah manusia yang mampu berpikir, mengendalikan perasaan sekaligus mengembangkan kehendak yang bertujuan.
Pendidik inspiratif tidak berdiri hanya pada satu bagian berpikir saja, atau merasa saja, bahkan tidak hanya untuk menikmati kehendak saja, tetapi mengelola keseimbangan ketiganya.
Bila hal di atas ditanamkan pada anak sekolah, maka generasi muda di Indonesia, sudah terbiasa mengelola masalah menjadi bagian dari kehidupan, dan tetap fokus kebahagiaan adalah yang utama dengan cara mengabdi kepada Tuhan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.