Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Inilah hakikat manusia menurut ajaran Islam. Manusia tersusun dari unsur materi, yaitu tubuh yang mempunyai hayat dan unsur immateri yaitu ruh yang mempunyai dua daya; daya rasa di dada dan daya pikir di kepala. Daya rasa, jika diasah dengan baik, mempertajam hati nurani, dan daya pikir jika dilatih, mempertajam penalaran. (Harun Nasution,1995:38).
Tubuh adalah materi maka dapat bertumbuh bila diberi asupan apakah untuk bertahan hidup atau akan lebih berkembang.
Nutrisi adalah pilihan asupan dengan gizi maka keseimbangan antara usia dengan pertumbuhan akan menjadi normal, intinya manusia akan hidup dengan normal bila dilayani kebutuhan biologisnya secara seimbang, nomal dan berkelanjutan.
Hayat adalah kata yang dapat mewakili dari pertumbuhan manusia secara normal tetapi bukan sekedar biologis, namun mengarah pada bagaimana manusia hidup dan berkehidupan, lahirlah kata interaksi, eksistensi dan seterusnya.
Maka hidup tidak bisa sendiri tetapi butuh pihak lain, apakah itu orang lain, lingkungan, situasi atau bahkan keadaan yang membesarkannya seperti keluarga, masyarakat, atau kebudayaan.
Ruh itu bersifat immateri tidak tampak tetapi ada dalam kehidupan nyata. Bahkan keadaan selalu direkayasa dari immateri ini dalam bentuk daya rasa dan daya pikir yang dimiliki seseorang.
Daya rasa akan berkembang dengan baik bila selalu dilakukan interaksi dengan orang lain, karena semakin banyak berinteraksi atau banyak bergaul dengan berbagai perangai, maka seseorang akan semakin kaya rasa dalam bermasyarakat.
Makanya rasa itu dirasa dari pengalaman tidak baik, atau kegiatan yang menyenangkan, dan justru di tengah samudra persoalan hidup itulah seseorang akan menemukan hati nurani yang asli.
Daya pikir akan terlatih apabila seseorang memulai untuk bereksistensi, ia akan merencanakan sesuatu, mengelola berbagai hal, bahkan ia akan mengambil keputusan dengan penuh pertimbangan.
Pelatihan yang diikutinya tidak mesti bersifat formal dalam satu fakultas, tetapi menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan atau organisasi, akan mempertajam kemampuannya dalam menggunakan daya pikir.
Hidup ini sederhana menyeimbangkan perasaan, menentukan keputusan pada saat yang tepat agar menjadi diri sendiri, itulah bimbingan Islami.
Pendidik inspiratif tidak perlu terlalu jauh mengelola seluruh isi dunia, tidak mesti menguasai seluruh persoalan hidup, tetapi menempatkan mana yang sesuai dengan perasaan dan pikiran di atas kejujuran.
Dengan itu pula maka sampailah pada hakikat diri dan ia pun menyetujui bahwa manusia mempunyai hayat dan unsur immateri yaitu ruh.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.