Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Gurunya guru pernah menjadi muridnya seorang murid. (Mardianto, 2023).
Dalam kegiatan ujian magister saya selalu menyampaikan, calon ilmuwan yang akan anda sandang dikarenakan tiga sebab prasyarat yakni; pertama anda telah memokuskan diri untuk satu cabang ilmu sehingga dengan ilmu tersebut memberikan satu pintu untuk berkonstribusi terhadap kemaslahatan dunia.
Kedua, anda telah melakukan pembuktian tentang satu bagian dari ilmu yang anda dalami, dengan cara meneliti, mengembangkan logika keilmuan sehingga teruji untuk majelis akademik. Ketiga, anda telah menemukan satu tali keilmuan dari anda, dosen pembimbing, teori rujukan, sampailah kepada si empunya ilmu.
Seorang ilmuwan, semakin banyak dipelajari semakin sedikit diketahui, karena sadar betapa luasnya ilmu apalagi dibanding tempat dan waktu untuk mendapatkannya. Insya Allah logika ini menghantarkan pembuktian, si empunya ilmu adalah tak terjangkau, bahkan tak terukur apalagi terbayang keluasannya.
Ilmu manusia benar hanya satu tetes air di tengah laut samudera luas. Fokus dan mendalami satu bidang ilmu itu adalah bagian penting bagi seorang ilmuwan, tetapi ia juga sadar bahwa ilmunya akan berkolaborasi dalam membangun dan mengembangkan umat yang lebih luas.
Seorang ilmuwan tidak akan pernah berhenti pada kajian teori. Belajar di kampus, menelaah buku, kini telah bergeser mengkaji hasil penelitian dari berbagai jurnal. Padahal sesungguhnya ilmuwan itu berangkat dari fakta yang ada di lapangan, kemudian mengkaji dan mendalami, dan kemudian dibuktikan lagi di lapangan.
Betapa eloknya seorang ilmuwan di kampus selalu terjun ke masyarakat tentang ilmu yang dikajinya, kemudian memberi solusi terhadap permasalahan. Bila ada ilmuwan hanya di kampus, itu berarti ia lebih disibukkan dengan teori, atau memang sedang meneliti kehidupan kampus.
Seorang ilmuwan akan sadar bahwa apa yang dipelajari, apalagi diketahuinya sesungguhnya telah ada sejak dahulu. Hanya tali keilmuan atau parental yang menghantarkan dia, sehingga masuk ke dalam komunitas ilmuwan pada bidang ditekuni.
Nabi Muhammad SAW adalah manusia sempurna yang menghubungkan umat manusia dengan parental keilmuan sebelumnya. Alquran memberi petunjuk bagaimana silsilah kenabian sampai ke manusia pertama bahkan pencipta. Kini, tinggal ilmuwan bagaimana mendapatkan silsilah sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Pendidik inspiratif mengerti, ilmu dimilikinya adalah sangat sedikit dibanding luasnya dunia pendidikan, maka bersyukurlah dengan apa yang dimiliki. Ia juga menyadari, waktu mengajar menghadapi berbagai macam anak, sesungguhnya itulah guru dan pengetahuan utama.
Bersyukurlah, karena dari lapangan itulah ilmu didapat walaupun kajian teori untuk melengkapi. Dan pendidik inspiratif semakin menghormati, bahwa ia mempunyai guru yang mengenalkan parental keilmuan.
Tidak ada guru yang berhenti, yang ada adalah gurunya guru pernah menjadi muridnya seorang murid. Dan guru akan meneruskannya sampai ia memiliki murid yang menjadi guru berikutnya.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.