Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Mimpi jadi dokter, mimpi menjadi astronot, kemudian hampir patah hati, bahkan bagaimana kalau bunuh diri terjun ke sungai asahan karena keinginan tidak tercapai. Itulah gambaran ketika saya menjadi siswa Madrasah Tsanawiyah di kampung Asahan. Pengetahuan yang pas-pasan ditambah fasilitas di Madrasah Aliyah adanya hanya jurusan IPS, bagaimana mau jadi dokter, jadi astronot, nonsense.
Berani kuliah di IAIN masuk di Fakultas Syariah alasan cuma satu di sini ada mata kuliah astronomi, masih pingin jadi astronot orang kampung. Tapi waktu mengisi formulir ditanya senior mau masuk fakultas apa, ternyata dia fakultas Tarbiyah, padahal saya dulu benci jadi guru. Alasan sederhana ikutlah Tarbiyah supaya nanti bisa pinjam buku, itu saja.
Belajar membaca disuasanai oleh rumah satu kos dengan senior ada buku biru berjudul Filsafat Ilmu, ada halaman di dalamnya cerita tembok IPA dan IPS harus dibongkar. Sungguh menghujat hati dan perasaan, sebagian gundah ada dalam buku tersebut, sampai tamat baca buku penerbit Sinar Harahap Jakarta ini.
Dan di akhir cerita ini semua buku Jujun S Suriasumantri yang diterbitkan ada empat buah yakni; 1 System Thinking, Jakarta Bina Cipta, 2. Ilmu dalam Perspektif , Jakarta Gramedia, 3. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Sinar Harapan, dan 4. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik, Jakarta Gramedia saya baca, lahap dan tamat berkali-kali lagi.
Tuntasnya ketika dalam satu kesempatan di UNJ Jakarta beliau menguji program doktor saya bisa berjumpa langsung dengan Prof Jujun, sungguh pengalaman yang luar biasa.
Tetapi ada yang lebih melengkapinya lagi, buku ketiga yang sangat saya senangi, dikritik habis oleh Dr Ir Hidayat Nataatmadja diletakkan satu bab khusus pada bukunya berjudul Kebangkitan Al-Islam penerbit Bandung, Risalah. Seperti membaca Tahafut al Falasifah dan kemudian Tahafut al Tahafuti saja.
Tapi yang menjadi inti dari tulisan ini adalah sebagai berikut: Jujun S Suriasumantri, menuliskan dalam satu bukunya; Pendidikan merupakan upaya untuk memperluas dan memperdalam cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap dan perilaku manusia. (Jujun, 1987:45).
Kutipan di atas terasa penting bagi saya karena memang cakrawala pengetahuan adalah hal penting yang harus dikuasai oleh seorang pendidik bila mau berkembang. Tetapi harus ingat pendidik tidak boleh masuk pada logika yang keblablasan.
Sindiran Jujun dalam hal ini dituliskan dalam buku lagi yakni:
Bila hari ini kebenaran didustakan
Bila hari ini kenyataan dipalsukan
Tunggu, hari esok
Di mana kemanusiaan dihinakan.
Bila hari ini orang lain ditidakbenarkan
Bila hari ini orang lain ditidakadilkan
Tunggu, hari esok
Di mana kau sendiri dapat giliran
Jadi mengapa ragu? Prinsip
Sandaran hukum mesti ditegakkan
Kemanusiaan akan membusuk
Dalam kuasa sewenang-wenang.
Jujun “Thesa Hari ini” 23 Agustus 1966.
Sudah berpuluh tahun buku ini kita baca, tetapi tak pernah usang, karena memang isinya menceritakan bagaimana menjadi ilmuwan, bagaimana mengembangkan ilmu, serta nilai apa yang harus dijaga ketika memanfaatkan ilmu.
Ilmu itu sederhana diawali dari fakta dan diakhiri dengan fakta, teori apapun yang ada di tengah-tengahnya. Sungguh mengajarkan kepada kita pendidik inspiratif bahwa pengalaman langsung di kelas, bila kita amati, kita kreasi kemudian kita kembangkan menjadi model pembelajaran adalah baik, dan akhirnya akan berakibat pada kelas yang baik. Teori apa pun yang kita baca maka sesungguhnya pengalaman di kelas lah yang paling utama.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.