Today, we are faced with the age of information and globalization are very complex, both in terms of the source, the area, the nature and degree. In simple terms, this century known as' exploitation of information'. We do not know exactly what and how the range of information that have occurred on this earth. The presence of Islamic Communication is needed as a solution to overcome the problems of both media content, and dissemination purposes. In Islam the concept of the messages that are presented to promote the creation of useful knowledge, wise and can reflect the unity of faith toward. (Abdul Karim Batubara, 2013).
Ketika kita bangun tidur salah satu yang dilakukan adalah membuka telepon seluler, tujuannya adalah untuk mencari informasi apa yang terjadi saat kita tidak sadar. Sungguh kita seakan ingin mengetahui dunia ini 24 jam total dalam satu putaran waktu seharian.
Kehilangan telepon seluler sepertinya kehilangan dunia, maka untuk mempertahankan kepemilikan dan hak atasnya sepertinya menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Itulah fakta, fenomena bahkan budaya hari ini.
Faktanya anggota sebuah keluarga dengan dua orang anak, maka empat buah telepon seluler itu adalah hal biasa, bahkan satu orang dapat memiliki dua atau tiga telepon seluler itu bukan luar biasa.
Walaupun di sisi dunia lain, ada lapisan orang usia tertentu apakah belum usia anak (balita) atau sudah lanjut usia (lansia) mereka ada yang tidak memiliki apakah sengaja atau memang tidak punya.
Fakta lain yang menjadi fenomena adalah satu orang dengan satu telepon seluler dapat memiliki tiga atau empat bahkan lebih platform jaringan sosial. Dari Whats Up, Twitter, Facebook, dan lain sebagainya, seperti tidak dapat dipisahkan dari perjalanan waktu, mungkin ini memaknai “detik demi detik penuh arti”.
Apakah platform yang satu sama dengan yang lain tentu masing-masing memiliki kelebihan dan keunggulan. Namun kadang yang disampaikan sebagai sebuah isi berita dari semua platform itu sesungguhnya sama, hanya kemasannya yang berbeda. Di sinilah kita sudah dianggap menjadi budaya bermedia sosial secara berlebihan dan bahkan tumpang tindih tak karuan.
Dr Abdul Karim Batubara melihat fakta, fenomena dan budaya di atas adalah hal penting harus disikapi. Menurut beliau bahwa; dewasa ini, kita dihadapkan pada abad informasi dan globalisasi yang sangat kompleks, baik dari segi sumber, wilayah, sifat dan derajatnya.
Itulah dunia yang begitu kita bangun ada dihadapan kita, itulah kenyataan dunia dimana ketika kita bangun pagi semua telah tersaji memburu siapa yang ingin akses atau membeli. Itulah budaya yang memberikan kita menjadi bagian dari perjalanan menuju kematian seakan tanpa kesadaran.
Apakah hal di atas kita anggap biasa-biasa saja, ketika itu terjadi maka kita telah menjadi bagian dari penciptaan budaya tersebut. Kita disadarkan lagi bahwa; secara sederhana, abad ini dikenal dengan istilah ‘eksploitasi informasi'.
Kita tidak mengetahui secara pasti apa dan bagaimana ragam informasi yang telah terjadi di muka bumi ini. Pertanyaan selanjutnya apakah ini dianggap masalah, maka bila itu masalah pasti ada jalan keluarnya. Tetapi buktinya banyak seminar telah membahas, selalu diskusi untuk mencari solusi, atau kajian akademik untuk perencanaan jangka panjang. Hasilnya sama saja jalan sendiri-sendiri. Mungkin hari ini, bila kita apatis terhadap jalan keluar, mari kita atasi dengan jalan ke dalam.
Abdul Karim Batubara sekali lagi mengajak kita untuk mengerti dan memahami sesungguhnya; kehadiran Komunikasi Islam sangat dibutuhkan sebagai solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan baik dari segi isi media, maupun tujuan penyebarannya.
Bukan sekadar cerita komunikasi sebagai sebuah fakta, fenomena atau budaya, lebih dari itu dalam Islam konsep pesan-pesan yang disampaikan mengedepankan terciptanya ilmu pengetahuan yang bermanfaat, bijaksana dan dapat mencerminkan kesatuan iman sebagai tujuan.
Akhirnya kita dapat mengakhiri hidup seharian dengan menutup telepon seluler lebih awal, karena itu adalah sekadar alat atau media bukan bagian dari kehidupan utama.
Boleh saja kita memiliki berbagai platform media, tetapi mari kita isi dengan bijaksana, terlebih lagi bukan hanyut dari segala macam isi beritanya. Dari sanalah justru kita yang memberi warna ada hal yang baru untuk konten yang lebih berkah.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.