Dosen sebenarnya mempunyai peranan strategis, selain mengajar dan mendidik harus membekali dan mendorong mahasiswa agar menulis karya ilmiah. Dosen sebagai ilmuan diharapkan menganut falsafah kelapa, bukan falsafah pisang. Kelapa terus menerus berbuah, sedangkan pisang hanya sekali berbuah, lalu mati. (Abdullah, 2020:1001).
Belajar dari apa saja yang ada di muka bumi, selagi kita masih ada waktu dan kesempatan, maka semua yang ada di depan mata adalah bagian dari sumber ilmu pengetahuan.
Mengapa mesti belajar dengan tumbuhan, karena tumbuhan ada di depan mata kita memberi hikmah bagaimana ia dapat tumbuh tanpa berpindah, bergerak apalagi migrasi.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa tumbuhan semua hidup dari biji, dari batang, dari daun, bahkan dari bunga, masing-masing memiliki anatomi yang berbeda satu dengan lainnya tidak ada yang iri.
Pohon kelapa tumbuh dari biji atau buah kelapa yang ditanam, sekeras apapun batangnya tidak akan tumbuh bila ditanam. Namun ubi walaupun batangnya tidak sekuat pohon kelapa, justru dari batang tersebut ia dapat tumbuh berkembang.
Akan halnya dengan pisang, ditakdirkan ia berbuah sekali, tetapi dari seluruh anatominya bermanfaat bagi manusia; dari umbut dapat dijadikan keripik kemudian dimakan, dari batang dapat dijadikan tali temali, dan bahkan makanan, dari buah jelas memiliki kandungan yang sangat bergizi, bahkan daunnya bernilai guna, bernilai ekonomis.
Banyak cerita dan pembuktian jantung pisang dapat menyembuhkan penyakit tertentu, ini melengkapi nilai manfaat dari pohon pisang.
Memang benar tanam pisang sekali panen sekali, sementara tanam kelapa tanam sekali panen berkali-kali. Banyak hikmah dari keduanya sesuai dengan kehidupan yang kita jalani, apalagi dikaitkan dengan konteks profesi, situasi serta tantangan yang terjadi.
Mendidik mahasiswa memang membutuhkan berbagai strategi, hal ini lebih didasarkan pada betapa kompleksnya kita memahami dunia mahasiswa.
Berbagai teori dan pendekatan melahirkan strategi pembelajaran untuk perguruan tinggi, sampai mahasiswa di ajak membaca berbagai buku, tetapi dunia nyata di lapangan itu lebih berarti.
Dari kurikulum SKS sampai Kurikulum Merdeka, semuanya adalah upaya memberi kesempatan agar mahasiswa dan dosen memiliki kerja sama dalam memahami berbagai prinsip kehidupan, untuk dijadikan bekal pengetahuan. Dan akhirnya kembali ke mahasiswa, apakah akan digunakan atau tidak.
Seorang dosen akan lebih bangga bila mahasiswa dapat belajar mandiri, tanpa motivasi ingin mendapatkan nilai dari dosen, atau tidak semuanya bagian dari upaya membekali dirinya ketika akan jadi sarjana.
Jadi dosen yang sesungguhnya adalah mereka yang memiliki nilai tambah bagi mahasiswa ketika ia menghadapi masalah, atau menjadi motivasi ketika mahasiswa ingin meraih cita-cita.
Filosofi tumbuhan apapun sesungguhnya dapat bermakna, maka seorang Prof.Abdullah sudah mengingatkan kita, sebagai seorang dosen harus memiliki filosofi, bukan terikut dengan keadaan.
Sekali lagi beliau mengingatkan kita peran strategilah yang sangat menentukan bagaimana kita membekali mahasiswa agar siap hidup sendiri, tanpa belajar dengan dosen lagi satu saat nanti.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.