Penerapan program Bimbingan Konseling (BK) yang terstruktur, dengan fokus pada mediasi dan tutorial, secara signifikan menekan tingkat pelanggaran disiplin. Evaluasi berkala terhadap pelaksanaan program mengungkapkan bahwa peran guru BK dalam memberikan bimbingan telah terbukti efektif dalam meningkatkan kedisiplinan siswa secara berkelanjutan. (Amal Hayati, 2024).
Salah satu dari 18 nilai pendidikan karakter yang diregulasi oleh kementerian pendidikan nasional adalah disiplin, hal ini disebabkan karena betapa pentingnya disiplin dalam kehidupan kita.
Bayangkan kita shalat lima waktu secara rutin dan disiplin sangat berdampak pada kepribadian yang terbangun darinya, begitu juga sebaliknya. Kita harus berani menyatakan bagi siapa saja yang melaksanakan shalat lima waktu secara disiplin di awal waktu, kemudian dilakukan secara berkelanjutan, maka ia akan memiliki karakter disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah disiplin merupakan bakat, warisan atau budaya? Banyak hal dapat didiskusikan, kita selalu mendengar keluarga dari profesi Tentara Nasional Indonesia atau kepolisian lebih disiplin dibanding dengan keluarga lainnya.
Apakah hal tersebut terpengaruh dari budaya kerja di kesatuan, atau atas dasar kesadaran. Boleh jadi anak petani hidup tanpa aturan yang ketat menjadi disiplin karena di sekolah wajib masuk pukul 07.15. dan yang penting dari cerita ini adalah bila anak tersebut tidak masuk maka ia mendapat sanksi.
Apa saja yang ada di masyarakat adalah gambaran umum yang harus diterjemahkan menjadi kurikulum pendidikan. Karena dengan kurikulum ini kita dapat mengetahui latar belakang anak, potensi yang dimiliki serta tujuan pendidikan yang akan diterapkan.
Inilah bagian penting dari program Bimbingan dan Konseling sekolah dimana memberikan pendampingan bagaimana siswa dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan positif. Paling tidak lingkungan apapun yang dialami anak, harus dijadikan bahan atau kajian sebagai pembentuk karakter yang berguna untuk masa depan mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh saudara kita Amal Hayati awalnya bertujuan untuk mengevaluasi dampak program bimbingan dan konseling (BK) terhadap pengurangan pelanggaran kedisiplinan siswa di MAN 2 Model Medan.
Beliau mengembangkan berbagai instrumen untuk mendapatkan data yang valid, untuk itu dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, data dianalisis melalui teknik statistik deskriptif untuk menilai efektivitas layanan BK dalam menjawab kebutuhan siswa.
Hasilnya luar biasa, kita mendapatkan temuan menunjukkan bahwa mediasi dan tutorial, secara signifikan menekan tingkat pelanggaran disiplin. Ini artinya bahwa peran guru BK sangat dibutuhkan bukan hanya untuk tindakan kuratif, tetapi lebih pada preventif.
Sekali lagi Amal Hayati menegaskan bahwa; evaluasi berkala terhadap pelaksanaan program mengungkapkan bahwa peran guru BK dalam memberikan bimbingan telah terbukti efektif dalam meningkatkan kedisiplinan siswa secara berkelanjutan.
Bila kita setuju, maka mari kita persepsi ulang dimana guru BK bukan mencari masalah, tetapi ia adalah solusi untuk sekolah yang ingin berprestasi. Sudah terjawab disiplin itu bukan warisan, bukan bakat, tetapi nilai yang harus kita budayakan, dari sini sekolah berprestasi dapat kita harapkan esok hari.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.