Dalam pandangan integralisme, realitas atau wujud adalah suatu kesatupaduan dari segala sesuatu yang ada; yang mutlak dan Esa dengan yang nisbi dan beraneka. Kesatupaduan itu disebut “integralita wujud” atau “kesatupaduan realitas”. Dasar dari kesatupaduan realias itu adalah dua buah asas perjenjangan yang saling tegak lurus satu sama lain. Kedua perjenjangan itu adalah perjenjangan mendasar (hirarki horizontal) dan perjenjangan menegak (hirarki vertical). (Mahzar, 1983 :148).
Hidup ini pasti punya tujuan, walau kita berasal dari hal yang berbeda, tetapi tujuan selalu sama yakni ingin berbahagia. Bahkan batasan kebahagiaan sebagian besar orang menyetujui kekekalan bahagia baik hari ini, esok, sampai tua mungkin lebih dari itu, matipun ingin tetap bahagia.
Sungguh seorang Armahedi Mahzar mencoba memberi gambaran bagaimana langkah dan perjalanan seseorang menuju kebahagiaan dengan empat langkah seperti gambar berikut :
Keempat langkah tersebut adalah:
Pertama, individu yang mengenali dirinya secara psikis, ia ada dari pemaknaan tentang kesadaran dan keyakinan. Hal ini mengajarkan kepada kita untuk menuju kebahagiaan kita harus menyadari diri sendiri dengan sebaik-baiknya apa dan siapa diri kita, sehingga kita dapat melangkah untuk memahami makna kehidupan dengan iman, Islam dan ihsan.
Kedua, adalah individu yang mengerti bahwa secara fisik dirinya akan memiliki kekuatan bila kehidupan dan keragaman yang ada pada dirinya selalu bersinergi. Artinya kita harus menyadari potensi fisik, kemampuan dan kelemahan yang ada pada diri kita tentang hidup dan kehidupan.
Ketiga, kesadaran individu sebagai anggota masyarakat, di mana ia harus mematuhi seluruh hukum sosialita, dan memberdayakan infrastruktur kehidupan untuk saling menjaga, membantu dan melengkapi. Tidak ada individu yang sempurna sebelum ada penilaian kelulusan bahwa ia adalah orang terbaik dalam komunitasnya.
Keempat, kesadran transedental yang sangat eksotik, hal ini tercermin bahwa individu bekerja memang untuk dirinya, tetapi ia ingat orang lain, dan akhirnya untuk kepatuhan terhadap sang pencipta. Bila itu terjadi tidak ada beban tentang keterbatasan diri, tidak ada potensi konflik kepentingan antarindividu, karena semua telah menyadari sebagai makhluk, memiliki keterbatasan dan nikmati keadaan itu.
Armahedi Mahzar memang benar-benar berpikir integralistik, bukan parsial apalagi sektoral. Berlatarbelakang ilmu fisika, mencoba memahami hakikat Islam dengan bahasa yang lebih universal, jadilah empat langkah kehidupan menuju kebahagiaan sebagai sebuah paradigma berpikir integral.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.