Pendidikan Karakter Gen Z di Era Digital sangat penting, bila dilakukan dengan baik akan bertujuan untuk memperkuat pendidikan karakter bagi pelajar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan memedomani nilai-nilai luhur Pancasila, diharapkan pelajar dapat memanfaatkan teknologi digital dengan positif dan konstruktif. (Pasaribu, 2024).
Setiap generasi peduli dengan generasi lanjutannya, saya tidak peduli, maka saya bukan bagian dari alih generasi tersebut. Mengapa mesti peduli, bukankah persoalan alih generasi itu ada di tanggung jawab pemerintah, atau sekolah dan keluarga masing-masing.
Inilah yang terjadi di sebagian masyarakat kita, sebagian orang tidak perduli, dan sebagian tidak ambil pusing, bahkan mengalihkannya pada konsentrasi lain yang lebih menguntungkan.
Alih generasi harus dipersiapkan dengan matang, perencanaan lewat analisis masa depan yang baik, maka berbagai pihak menganggarkan pembiayaan untuk persiapan Indonesia Emas Tahun 2045.
Ahli perencanaan mengumpulkan berbagai data, menghadirkan futurolog untuk memberi tanggapan, hasilnya lahirlah blue print atau cetak biru pendidikan masa depan. Sayang yang membacanya hanya orang-orang kantoran.
Para ahli pembiayaan, mereka beramai-ramai investasi terhadap persiapan masa depan khususnya dari sektor formal, lembaga pendidikan didirikan, balai diklat ditawarkan, sampai teknologi pun diinovasi dan dihadirkan.
Sebagian ada berbisnis murni tentang investasi SDM ini, dan sebagian memang ingin menjadi bagian dari membangun peradaban, sungguh itulah alih generasi.
Ada lagi akademisi, duduk manis di singgasana kampus, menjalankan rutinitas teori, praktik-teori praktik, kuliah skripsi wisuda tamat, atau proposal-penelitian-laporan- keuangan-pertanggungjawaban-terbit jurnal-selesai.
Siklus yang sudah menjadi bagian tak terhindarkan, bahkan tak terbendung, sampai menjadi kalender utama dosen, termasuk guru besar di dalamnya.
Mereka diajak juga untuk sekadar cerita alih generasi, sekedar seminar, penelitian, dan berbagi di panggung ilmiah yang formal, terhormat, berbiaya, atau zoom. Biasalah ini penyakit makhluk yang ada di zona nyaman.
Apakah alih generasi sudah dapat ditawarkan, atau diberikan kepada ketiga pihak di atas dan selesai…. mungkin kita masih perlu merenung lagi.
Generasi itu memang tampak ada di sekolah karena mereka konsentrasi mempersiapkannya, masalah yang mereka hadapi itu ada yang tidak tampak, karena lingkungan maya lebih mempengaruhi mereka.
Itulah yang menjadi bagian dari kesadaran seorang Dadang Darmawan Pasaribu, lewat KAHMI Sumut beliau berkolaborasi dengan tempat di mana alih generasi berlangsung.
Sungguh tema terkait dengan pendidikan karakter apakah itu penguatan, pembinaan maupun menyadarkan, semua paling tidak menjadi bagian dari pentingnya kolaborasi untuk menghadapi alih generasi tadi.
Dadang bukanlah akademisi murni, apalagi politisi ulung, bukan pula pengusaha dengan uang miliaran rupiah, hanya dengan kepedulian beliau menunjukkan alih generasi dapat dilakukan dari hal kecil, yang menjadi tanggung jawab seorang aktivis.
Pendidikan Karakter Gen Z di Era Digital menurut beliau adalah sangat penting, ini harus disuarakan bukan dari kursi empuknya anggota dewan, tetapi dilihat langsung dari fakta lapangan. Kita diajak setuju bahwa apabila dilakukan dengan baik akan bertujuan untuk memperkuat pendidikan karakter bagi pelajar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Jadi walaupun ada program studi PPKN di perguruan tinggi, ternyata di ruang komunitas kepedulian seperti organisasi juga mampu melakukannya. Pancasila, karakter dan alih generasi memang kita perlu teori, tetapi aksi nyata itu lebih ditunggu hari ini.
Sekali lagi Pancasila, karakter dan alih generasi kita perlu kepedulian semua pihak. Namun mari kita tidak berlama berpangku diri di singgasana, lebih baik aksi nyata dengan mereka yang sedang mengalaminya.
Inilah bagian dari generasi yang peduli, bukan justru meributi hal-hal yang telah dilakukan orang, seorang Dadang Darmawan Pasaribu mungkin pantas dua kata untuk beliau, Peduli untuk Negeri.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.