Karakteristik penelitian kualitatif, berlatarbelakang alamiah digunakan sebagai sumber data utama, peneliti tertarik untuk meneliti fenomena yang tejadi secara alamiah bukan dalam kondisi di laboratorium. Bertentangan dengan bentuk-bentuk penelitian lainya, maka penelitian naturalistic menggunakan proses yang (1) luwes, (2) siklikal, dan (3) interaktif. (Salim, 2018:35).
Apa saja yang terjadi di dunia nyata dapat dihitung dengan angka, dapat disusun menjadi data, dan kemudian diberi makna jadilah fakta, kemudian tergantung persepsi kita akan dijadikan berita apa saja. ini sesungguhnya urutan dari logika kita ketika menangkap dari dunia nyata ke dunia rekayasa.
Pertama, antara angka dengan data terdapat konsistensi, disini gejala merupakan hal penting, seorang peneliti secara sengaja harus menangkap mencatat dengan teliti agar tidak satupun tertinggal, lebih bahaya ada yang lebih tetapi tetap dicatat.
Kedua, antara data dan fakta ada gejala yang muncul ke permukaan untuk dapat dilihat, dipahami dan dijadikan dasar untuk memberikan satu tangkapan penelitian. Tidak ada gejala yang tidak dapat ditangkap oleh instrumen penelitian, karena memang instrumen itu sendiri dirancang untuk merangkap semua hal terkait gejala. Ada gejala yang tampak secara perlahan, tetapi ada pula yang spontan dan hanya sekali saja.Algoritma dari munculnya gejala inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi para ilmuan untuk merekamnya sebagai sebuah fakta.
Ketiga, antara fakta dan fakta lainnya kita melihat ada fenomena, ini bisa terjadi karena memang siklus alami atau karena rekayasa manusia. Fenomena alami selalu terikat dengan hukum alam walaupun kadang kita temukan hal yang unik dan luar biasa tetapi itu tetaplah fenomena alami. Sementara fenomena rekayasa manusia ada yang disengaja terjadi dan kemudian dianggap berjalan sesuai dengan rencana, ada pula yang terjadi padahal tidak direncanakan, sekali lagi itu juga tetap fenomena.
Bila kita berangkat dari rekayasa angka yang didapat, kemudian menghubungkan dengan data dan fakta maka logika deduktif menjadi model penelitian kita.
Pendekatan kuantitatif membawa berbagai teori sebelumnya untuk menangkap gejala, dan membernarkan teori tersebut, atau menentangnya, atau justru menguatkan untuk dilanjutkan.
Bila kita setuju bahwa angka adalah alami, data adalah kebenaran, dan fakta adalah nyata, kita ikuti apa yang terjadi, kemudian dilihat pola dari fenomena yang terjadi maka logika induktif sangat efektif dalam mengambil kesimpulan.
Penelitian kualitatif berangkat dari apa adanya untuk mencari hal baru, akhirnya menemuka teori baru setelah menangkap antara gejala, dan fenomena.
Dr Salim bertahun tahun mengajarkan penelitian pendidikan yang lebih mengedepankan alami atau memaknai fenomena yang unik di atas dunia ini.
Benarlah beliau menegaskan bahwa; penelitian naturalistic menggunakan proses yang (1) luwes, (2) siklikal, dan (3) interaktif. Artinya lewes terhadap apa yang terjadi di lapangan penelitian, bukan membawa platrom yang kaku sebelum ke lapangan, tetapi mengikuti perubahan-perubahan gejala dengan alami.
Lalu siklikal dimaksudkan, bahwa tidak puas dengan satu gejala, apakah sama polanya dengan gejala lain, atau sama di waktu berbeda, sampai pada fenomena apakah berulang secara kebetulan atau alamiah.
Akhirnya interaktif yang memberikan makna bahwa antara satu gejala dnegan gejala lain pasti memiliki hubungan tidak ada gejala tunggal di atas dunia ini.
Interaksi antara satu gejala dengan lainnya itulah yang akan melahirkan fenomena baru dan akhirnya teori baru. Penelitian itu di dunia nyata, bukan direkayasa lewat sampel apalagi sekadar laboratorium untuk uji coba saja.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.