Sambil memanfaatkan semua ilmu yang telah anda peroleh, yakinilah bahwa kelak anda akan mampu memberikan sentuhan positif pada kehidupan dan kegiatan belajar semua siswa yang pernah memanggil anda guru. Anda akan membantu seluruh siswa siswa anda untuk mencapai potensi mereka agar mereka dapat menjadi individu yang produktif dan mampu memberikan sumbangsih untuk masyarakat, serta menempuh hidup yang bahagia, penuh nilai, dan bermanfaat. Mantan-mantan siswa ini nantinya akan mengingat diri anda sebagai sang guru spesial yang telah membuat segala perbedaan. (2015: 812).
Setiap kita berbeda satu dengan lainnya, karena dengan perbedaan itulah maka kita tetap menjadi kita, sebagian yang sama menjadi kami dan sebagian yang unik menjadi aku.
Kita, kami dan aku sungguh unik, selalu ada dalam satu posisi berdiri satu barisan, berjalan satu boleh beda kendaraan tetapi justru mendefinisikan tujuan adalah sama walaupun beda pandangan.
28 peserta didik di hadapan kita belajar dengan membawa individu masing-masing, latar belakang yang unik tapi yang penting mereka punya latar belakang.
Mereka menyebut keluarga yang berbeda satu dengan lainnya tetapi sepakat ada yang harus diceritakan untuk didengar, ada pula yang cukup berhenti di gerbang sekolah. Menjadi sama ketika dipanggil siswa, karena satu barisan ingin mempelajari nilai tentang kehidupan.
Berhenti sampai di situ, kita tidak perlu merumuskan tujuan sekolah adalah sama, karena kata profesi menawarkan perbedaan sesuai dengan bakat dan kemampuan.
28 peserta didik membawa keunikan masing-masing, pendidik memahami hal ini, apakah mereka harus disamakan dalam satu barisan, atau mereka harus berdiri pada posisinya.
Jawaban pertama bahwa semua anak walau berbeda mereka harus masuk pada kotak yang sama dalam teori Behaviorisme dikenal dengan Black Box.
Keseragaman memang dibutuhkan untuk memberikan efek yang membekas sesuai dengan teori umum tentang kemanusiaan. Jawaban kedua tidak jauh yang pasti antitesa dari yang pertama yakni setiap manusia unik, maka perlu layanan yang berbeda satu dengan lainnya.
Kognitivisme memberi ruang bagaimana seseorang belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing, rangsangan hanya kondisi yang menjadi pertimbangan. Apakah kita perlu jawaban ketiga, keempat atau ketujuh, tentu karena 28 anak tidak selesai ditaksonomi oleh kedua ranah di atas.
Sebagai pendidik di sinilah maka anda akan membantu seluruh siswa siswa anda untuk mencapai potensi mereka agar mereka dapat menjadi individu yang produktif dan mampu memberikan sumbangsih untuk masyarakat.
Tujuannya jelas karena dengan cara tersebut anda akan memberi pertimbangan mereka dalam menggapai keberhasilan diri khususnya untuk menempuh hidup yang bahagia, penuh nilai, dan bermanfaat.
Kapan hasil itu terjadi, tidak serta merta apalagi instan, kalaupun instan itu bukan pendidikan yang dilakukan secara sengaja. Pendidikan itu dilaksanakan dengan kurikulum, maka jangka waktu selalu menjadi kukuran termasuk keberhasilan.
Maka benar bila dinyatakan; mantan-mantan siswa ini nantinya akan mengingat diri anda sebagai sang guru spesial yang telah membuat segala perbedaan.
Boleh saja guru setelah pensiun, baru mendengar muridnya berhasil, atau sebaliknya murid belum bisa berhasil karena masih ada gurunya.
Sebagai contoh tidak ada anak muda yang menjadi guru besar yang luar biasa, kalau masih ada gurunya di depan yang masih menjadi guru besar belum pensiun.
Mungkin ini jawaban ketiga, mari kita inspirasi seluruh peserta didik, bahwa mereka boleh saja tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya tanpa harus membandingkan dengan keberhasilan pendidik hari ini.
Rupanya kita baru sadar bahwa keberhasilan seorang pendidik adalah ketika peserta didiknya lebih berhasil dari dirinya dan menyebut dia bukan muridku, tetapi murid kami juga salah, yang benar adalah murid kita.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.