Kepribadian seseorang, caranya seseorang, pemikirannya, perbuatannya dan tindakannya itu semua didasarkan pada hatinya.
Untuk apakah manusia berbuat?
Manusia itu tergantung pada hatinya
Hati yang curang dan berbohong menunjukkan manusia curang dan berbohong
Hati yang penuh kasih sayang menunjukkan manusia yang penuh kasih sayang
Hati yang hidup menunjukkan manusia yang hidup
Hati yang mati menunjukkan manusia yang mati
Tak memandang gelar seseorang
Kekayaan seseorang, pangkat atau jabatan
Jika hatinya tak besar maka dia tak akan bisa jadi besar
tapi jika hatinya tidak besar maka seseorang tak akan bisa menjadi besar
dalam segala keadaan, kaya atau miskin, luas atau sempit
Jadi hatilah yang menjadi seseorang itu menjadi besar atau kecil. (Muhammad Ali,1978)
Petinju legendaris sepanjang sejarah yang memiliki banyak gelar satu ketika di hadapan perwakilan seluruh negara di dunia ini pada forum PBB menyampaikan pesan spiritual di atas.
Sungguh menyentuh banyak kalangan di mana manusia yang selama ini mengejar dunia, menjadikan materialisme sebagai ukuran segala tindakan dan keberhasilan menjadi terhenyak seketika. Itulah sebuah perjalanan spiritual yang dialami oleh seorang yang sarat dengan perjuangan hidup, dari diskriminasi etnis, pendidikan, sampai politik.
Gambaran seseorang dalam setiap tindakannya adalah bagaimana ia bersikap terhadap apa yang ada di hadapannya, bila ia memiliki berpikir positif maka ia akan menjadikan lingkungan sebagai pendukung atau peluang untuk berbuat baik.
Begitu juga sebaliknya bila ia berpikir negatif maka semua yang ada di hadapannya adalah tantangan yang harus ditaklukkan, bahkan menjadi ancaman untuk dihindari atau dimusnahkan. Bahkan semua bisa terbalik di mana dunia ini seakan diciptakan sebagai sebuah arena pertarungan siapa yang siap berperang maka dia akan menang.
Tetapi ada pula yang menganggap dunia ini adalah ladang amal untuk berbuat, berbagi tentang kebaikan, maka terbukalah setiap saat sebagai kesempatan. Manusia itu tergantung pada hatinya. Kini kita tinggal memilih apakah menempatkan diri dan lingkungan sebagai sebuah kebaikan atau justru bahaya yang selalu mengancam.
Namun demikian kita harus mengakui bahwa pengalaman seseorang memberi pengaruh terhadap apa yang ada dalam hatinya. Bila pengalaman itu buruk bukan tidak mungkin ia melampiaskan pada masa setelahnya. Hati yang curang dan berbohong menunjukkan manusia curang dan berbohong, disadari ini tidak baik tetapi itulah kenyataan yang dialami oleh saudara kita.
Begitu juga hati yang penuh kasih sayang menunjukkan manusia yang penuh kasih sayang bila ini sebuah harapan tentu kita harus mendukung dan memberi lingkungan pada seluruh saudara kita.
Dan akhirnya benarlah hati yang hidup menunjukkan manusia yang hidup, kemudian hati yang mati menunjukkan manusia yang mati. Lingkungan pendidikan dan pengalaman benar-benar memberi pengaruh besar terhadap apa yang terjadi pada hari seseorang.
Namun demikian Muhammad Ali mengingatkan sekali lagi bahwa; tak memandang gelar seseorang, kekayaan seseorang, pangkat atau jabatan. Ini membuktikan bahwa pendidikan yang terencana saran dengan nilai-nilai tentang kehidupan sebaiknya menjadi dasar, proses dan evaluasi.
Seseorang akan memperoleh pendidikan dengan baik, terukur dari sifat, sikap dan aktualisasi dirinya setelah tamat, atau memperoleh ijazah. Apakah ia akan memiliki sifat pembohong, menunjukkan kepalsuan semuanya masih dalam tanggungjawab pendidikan.
Hidup ini benar bukan rekayasa kita sebagai individu, bahkan bentangan sejarah bukan semata milik kita sendiri, atau bahkan keadaan bukanlah kreativitas otoritas sang pencipta. Dengan belajar, sekolah berpendidikan mengelola pengalaman kita akan mendapatkan apa makna hidup dan tujuan.
Akhirnya setelah memiliki pendidikan, berbagi pengalaman sekaligus menemukan jati diri dalam kehidupan maka seseorang akan memperlihatkan hati kecil yang paling dalam. Jika hatinya tak besar maka dia tak akan bisa jadi besar. Tapi jika hatinya tidak besar maka seseorang tak akan bisa menjadi besar.
Muhammad Ali pernah miskin, pernah kaya, pernah memiliki waktu yang sempit dan pernah memiliki keluangan waktu, tetapi ia sekali sadar bahwa semua itu hanya akan bernilai bila hati yang mengukurnya. dalam segala keadaan, kaya atau miskin, luas atau sempit.
Untuk apa itu semua kita perbuat? Karena sesungguhnya kita ini akan dinilai dari kepribadian lewat, caranya seseorang, pemikirannya, perbuatannya dan tindakannya itu semua didasarkan pada hatinya. Apakah kita akan melegenda di lingkungan kerja kita, di komunitas kita, maka hati-hatilah dalam semua tindakan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.