The purpose of this study was to determine the teacher's strategy in dealing with hyperactive children through puzzle game therapy in group A at the IT Jabal Noor Private Kindergarten Medan Krio. The research used is a qualitative type of research. The subjects used were only hyperactive children in group A aged 4-5 years in Jabal Noor IT Private Kindergarten, totaling 3 children. This study uses the teacher's strategy in dealing with hyperactive children through puzzle game therapy. The results of the research cycle I obtained data on changes in children who are hyperactive, child development is still low. Of the 3 children, 2 children were categorized as starting to develop and 1 child developing as expected. In cycle II, it was carried out by correcting the difficulties of children in following the teacher's strategy in puzzle games to obtain maximum improvement. In the second cycle there was a significant increase, from 1 child the criteria developed very well as many as 2 people, while the criteria developed according to expectations as many as 1 child. There are no children who get the criteria for starting to develop and there are no children who get the criteria for not developing (Nun Zairina, 2021).
Belajar adalah sebuah proses untuk mencapai sebuah tujuan. Proses belajar dipengaruhi oleh banyak hal baik dari internal anak maupun dari eksternal, keduanya turut memengaruhi keberhasilan mencapai tujuan belajar.
Begitu juga tujuan pembelajaran akan tercapai bila didukung oleh banyak hal baik kondisi saat belajar, maupun diluar belajar itu sendiri. Maka persoalannya bagaimana anak dapat mencapai tujuan pembalajaran secara efektif?
Dari faktor internal maka gejala pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hal utama yang menjadi pembahasan. Pertumbuhan anak secara biologis menjadi syarat kesiapan ia belajar.
Adanya standar untuk masuk Taman Kanak-Kanak harus berusia 5 tahun atau lebih bukanlah hal mengada-ada. Kajian ini bertahun-tahun dilakukan kesiapan anak dapat lepas dari orang tua, sampai kesiapan ia bersosialisasi dengan anak-anak lain adalah hal utama.
Guru di Taman Kanak-Kanak tidak terlalu terburu untuk memberi penambahan pengetahuan kognitif, tetapi lebih pada kesiapan anak secara biologis berpisah dengan lingkungan yang selama ini menjadi bagian dari kehidupannya.
Sementara itu, pada faktor perkembangan anak diarahkan upaya memahami lebih jauh, di mana anak-anak akan beralih ke masa anak. Bermain mengekplorasi segala sesuatu dengan leluasa adalah hal utama bagi anak.
Kesiapan anak diberi bimbingan, diarahkan dan diberi tantangan itu yang penting, bukan sebaliknya diperintah, apalagi dibatasi, terlebih diberi target itu sangat berbahaya.
Jadi di Taman Kanak-Kanak kita setuju tidak ada ujian atau menguji batas kemampuan anak, dan kita pun sepakat apapun kemampuan anak itu adalah bakat yang harus dipupuk dan dikembangkan. Maka ia berhak mendapat bimbingan yang layak dari seorang guru.
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar adalah lingkungan formal maupun informal anak. Bila anak dimasukkan ke satuan pendidikan seperti Taman Kanak-Kanak, maka orang tua harus siap dengan risiko.
Pertama jangan mimpi anak 100% seperti yang diharapkan orang tua, karena ia telah diberi lingkungan lain.
Kedua anak jangan sekali-kali dipaksa untuk menyelesaikan tugas, karena ia memiliki masa dimana lebih banyak mengeksploasi atau menjelajah bukan menyelesaikan satu masalah. Ketiga berilah lingkungan yang nyaman bagi anak agar ia dapat beaktivitas sesuai dengan kemauan dan kehendaknya, selagi itu tidak berbahaya maka membatasi adalah tidak dibenarkan.
Nun Zairina melakukan penelitian yang sungguh luar biasa, apa yang didapatkan bila anak diberi perlakuan tertentu seperti permainan puzzel ternyata memberi kesempatan anak bermain dengan mengeksplorasi dirinya.
Bermain sambil belajar memang itu yang utama, bukan belajar dengan kurikulum apalagi mata pelajaran dengan segudang buku yang harus diselesaikan tugasnya. Bahkan dalam penelitian beliau menegaskan bermain dengan puzzel akan merangsang anak yang lamban kognitifnya menjadi aktif, dan yang hiperaktif akan lebih beradaptasi.
Sungguh ini adalah satu solusi bagi pendidikan anak di era modern bernuansa gadget di tengah-tengah kita.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.