Indonesian human index is world widely very low. As evidence shows, only few schools in Indonesia receive world recognition due to low teacher's quality. Islam, a majority religion in Indonesia, as a matter of fact concerns education. Using literature review, this study focuses on new government policies such as new regulation on teachers and university lecturers and school-based management and how they influence Islamic teacher education. The findings suggest that improving teacher's quality is a complex process including the development of hardware, software, and brain ware. It needs, among others, government's willingness to allocate bigger budget to improve teacher's competence and professionalism. In the Islamic perspective, however, teachers need to balance between their material and mental fulfillment. To improve their quality, Muslim teachers need to adapt themselves to the change and progress in world education development. (Natsir, 2007).
Pembangunan sumber daya manusia adalah hal mutlak dan menjadi prioritas utama, hal ini bukan teori, bukan pula kesepakatan tetapi adalah dalil yang menjadi dasar bagaimana kita merencanakan suatu bangsa.
Harapan tentang tercapai atau tidak tujuan suatu bangsa, selalu menempatkan pembangunan sumber daya manusia menjadi prioritas, apakah lewat anggaran pendidikan, sinergi dengan berbagai sektor sampai pada menempatkan pendidik pada posisi yang sebenarnya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prof Nanat, ia mendasarkan pada Indeks manusia Indonesia sangat rendah di seluruh dunia. Melalui dasar tersebutlah kemudian beliau memberi bukti, hanya sedikit sekolah di Indonesia yang mendapat pengakuan dunia karena rendahnya kualitas guru.
Sampai-sampai Prof Nanat sesuai dengan keahliannya mencoba mengkaitkan hal di atas dengan Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia yang sebenarnya peduli terhadap pendidikan.
Lantas apa yang sesungguhnya terjadi, apakah memang benar-benar tidak ada kaitan antara pendidikan, Islam serta Indeks sumber daya manusia? Satu aspek saja dibahas seperti berfokus pada kebijakan pemerintah baru seperti peraturan baru tentang guru dan dosen universitas serta manajemen berbasis sekolah dan bagaimana kebijakan tersebut memengaruhi pendidikan guru Islam.
Prof Nanat secara serius melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan kualitas guru merupakan proses kompleks termasuk pengembangan perangkat keras, perangkat lunak, dan perangkat otak.
Diperlukan, antara lain, kemauan pemerintah untuk mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru. Namun, dalam perspektif Islam, guru perlu menyeimbangkan antara pemenuhan materi dan mental mereka.
Untuk meningkatkan kualitas mereka, guru muslim perlu menyesuaikan diri dengan perubahan dan kemajuan dalam pengembangan pendidikan dunia..Memang pendidikan terus berubah, perkembangan dunia terus maju, bahkan akselerasi di antara keduanya semakin kompleks.
Berdasarkan berbagai analisis di atas, kita bisa melihat bahwa pengembangan kualitas guru dalam pendidikan Islam tidak hanya bertumpu pada aspek kesejahteraan berupa pemenuhan kebutuhan jasmani, namun juga diseimbangkan dengan pemenuhan kebutuhan rohani (mental).
Generasi pendidik hari ini, berbeda dengan masa lalu, bahkan karakteristik anak didik jauh lebih dari apa yang kita pikirkan sebelumnya. Para guru harus menghadapi perubahan yang sangat drastis, karena memang setiap guru harus memiliki mental yang kuat untuk menyebarkan ilmu walaupun tanpa diberi sumbangan, sebab ia memiliki keyakinan bahwa Allahlah yang mengatur rezeki setiap hamba-Nya.
Tetapi dalam tulisan ini, Prof Nanat mengingatkan kita semua, kembali mengusung semangat sejarah bahwa pendidikan itu telah dibuktikan lewat cara yang lebih beradab.
Menurut beliau dalam perspektif pendidikan Islam, pengembangan kualitas guru itu merupakan rangkaian yang saling berkaitan dan menguntungkan semua pihak.
Dalam masyarakat Islam seseorang yang pernah mengajarkan ilmu adalah guru yang harus dihormati sampai kapan pun bahkan harus dimuliakan dengan memperhatikan kesejahteraannya seperti yang dicontohkan oleh para khalifah rasyidin.
Dari sini kita boleh berharap kualitas sumber daya manusia mungkin akan kita capai di tahun Indonesia Emas 2045.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.