Manfaat mempelajari psikologi agama bagi pendidik adalah dapat mengetahui seberapa besar pengaruh agama terhadap peserta didik. Seberapa banyak pengetahuan agama yang dapat dipelajari dan diamalkan peserta didik. Apa-apa saja yang membuat mereka tidak taat beragama bahkan melecehkan agama. Manfaat bagi peserta didik, dapat mengetahui fungsi agama yang dianut dan diyakini kebenarannya sebagai tuntunan dalam mengarungi hidup dan kehidupan dunia sampai akhirat. (Ramadan Lubis, 2019:12).
Kita pernah membaca kisah seorang Umar bin Khattab yang dalam perjalanannya pernah menjadi orang paling membenci Islam, kemudian dalam waktu sekejap menjadi orang yang paling mencintai Islam.
Kita juga banyak melihat sendiri, orang yang sejak lahir telah beragama Islam karena orang tuanya telah beragama Islam, justru ia biasa-biasa saja, dan sampai mempunyai anak lagi, kadang justru pada dirinya menjadi bagian dari masalah.
Itulah perjalanan psikologi bagaimana seorang mengerti, memahami, melaksanakan, mengevaluasi bahkan sampai pada mencintai berbanding tinggi dari segala-galanya.
Islam yang begitu luas pembahasannya, sejarah yang begitu panjang catatannya, sampai pada terlalu jauh untuk menjangkau tujuan akhir kehidupannya, menjadi kompleks bila tidak ditata sedemikian rupa.
Pendataan ini bisa dalam bentuk pengetahuan berupa fakta, konsep prinsip maupun hukum dalam taksonomi M David Marril. Atau Islam sebagai aqidah, syariah dan akhlak dalam pembagian M Yusuf Qardlawi, atau sebagai bagian dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik bagi Binyamin S Bloom, Massia dan Krathwool.
“Apa” nya dari Islam yang akan diajakkan pada anak, sangat tergantung, siapa yang belajar, kapan dia belajar, serta apa tujuan yang akan dicapai. Bila benar bahwa manfaat mempelajari agama bagi peserta didik adalah dapat mengetahui fungsi agama yang dianut dan diyakini kebenarannya sebagai tuntunan dalam mengarungi hidup dan kehidupan dunia sampai akhirat, tentu perlu cara bagaimana mengajarkannya.
Salah satu yang harus diperhatikan dalam mengajarkan agama adalah pertimbangan peserta didik agar pengetahuan agama yang mereka dapatkan dari dipelajari dan diamalkan peserta didik. Inilah yang kemudian diharapkan membuat mereka terhindar dari tidak taat beragama bahkan melecehkan agama.
Pengembangan strategi pembelajaran agama, dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana keadaan secara utuh apa yang dialami, dirasakan, dipikirkan dan diinginkan oleh peserta didik terkait dengan agama. Peserta didik dan agama dapat ditaksonomi tinggal memilih seperti; mengetahui dan memahami agama, mengamalkan, dan seterusnya.
Begitu juga dengan pendidiknya, bila peserta didik yang dituju hanya ingin mengetahui dan memahami agama, maka pendidik cukup memberi referensi, mendorong dan memberi tantangan bacaan agar mereka banyak belajar tentang agama.
Namun bila yang diinginkan agar mengamalkan, maka pendidiknya harus mencontohkan, bahkan dirinya menjadi model dalam pendidikan.
Psikologi pendidikan akan benar-benar bermanfaat bagi pendidik, bila ia sendiri mengamalkannya, apa yang dirasakan, difikirkan dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah guru dan materi pendidikan yang tak terbantahkan.
Pendidik yang baik adalah mereka yang telah mengalami dari apa yang mereka ajarkan, dan yang utama mampu menginspirasi peserta didik sesuai dengan tuntutan zaman atau keadaan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.