Hymne Guru
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan ‘kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terimakasihku tuk pengabdianmu
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia.
(Sartono, 1980).
Selamat hari guru belum habis untuk dibicarakan, belum berhenti untuk diperbincangkan, belum selesai untuk didiskusikan. Banyak pernyataan, dari sikap sampai rekomendasi semuanya mengarah agar guru di masa depan harus diperhatikan, lebih baik, lebih terhormat, lebih dihargai dan lebih-lebih lainnya.
Itulah euforia ketika guru diperingati sebagai sebuah seremoni, dan sedikit terkooptasi oleh organisasi atau nuansa sedikit politis dan lainnya.
Di sudut kelas, di sekolah, sesungguhnya guru tidak banyak menuntut, karena sekali lagi ia hanya ingin apa yang diajarkan agar diamalkan, itu saja.
Kini ia kembali ke kelas untuk menemui siswanya. Dan di hati kecil seorang guru ia terus berterima kasih, sayup-sayup ia masih mendengarkan kalimat yang membahagiakan.
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru.
Inilah ketulusan semua insan yang pernah menjadi murid, karena siapapun di muka bumi ini tidak ada jabatan atau profesi yang lebih mulai kecuali ibu bapak guru. Wajar terpujilah bila pilihan profesimu adalah seorang guru.
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku.
Tidak ada bekas guru di dunia ini, semua murid selagi hidup di dunia ia akan tetap menjadikan gurunya sebagai bagian dari semangat hidup.
Selalu teringat guru Sekolah Dasar, bukan sekadar pelajaran yang ia berikan, tetapi perhatian bahkan marahnya pun adalah semangat yang sampai hari ini terus terpatri dalam sanubari kita sebagai muridnya.
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku.
Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar setelah dewasa bagai mengukir di atas air. Belajar kepada guru bagai mengukir di dalam hati. Bila semua dilaksanakan dengan alasan hati, maka keikhlasan akan diterima, bila kegiatan diterima dengan hati maka keberkahan akan menunggu di sana. Itulah bakti seorang guru yang tak pernah membandingkan antara ilmu yang dimiliki dengan kepintaran yang diberikan.
Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu
Apapun yang kami lakukan sebagai murid, bahkan apapun profesi kami, semua tidak akan pernah tergantikan oleh profesimu sebagai guru. Pengabdian yang engkau berikan sesungguhnya tak terbayar oleh materi apapun di dunia ini. Hanya kata terima kasih yang terukir dalam setiap benda yang ada di dunia ini adalah pengingat kemanapun kita pergi disana ada guru yang berkonstribusi.
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Murid yang telah engkau beri pelajaran, kadangkala mengalami kejenuhan, kebosanan bahkan gelap mata dalam menghadapi kompleksitas kehidupan ini. Namun ketika engkau panggil, lewat ingatan, semua buyar dan menjadi penyemangat lahir kembali. Guru engkau selalu datang pada saat kami butuhkan.
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Hidup terus berjalan, dunia terus berputar, siklus persoalan berganti menjadi jalan keluar. Semua muridmu tidak pernah mengingkari pasti didalamnya ada guru yang berperan, bila ingin selamat mencapai tujuan. Tidak ada yang tak pernah menghadapi masalah, namun guru selalu memberi contoh teladan bagaimana bertahan untuk mengarungi persoalan yang lebih luas dari samudera kehidupan.
Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia
Guru, semoga engkau bukan terjerat oleh profesi yang selalu menjadikanmu kehilangan makna diri. Mendidik, menjadi tauladan tidak lah dapat diukur oleh gaji apalagi sekedar sertifikasi, dari hati nurani yang paling dalam, kalau sudah jadi guru maka 27 jam engkau tetap memikirkan nasib anak bangsa demi masa depan.
Terima kasih pak Sartono bait lagu guru yang engkau ciptakan, tahun 1980-an kini tetap bertahan, bahkan menjadi pengendali diri bahwa guru harus dilindungi oleh profesi. Semoga semua yang engkau lirikkan lewat hymne guru adalah ibadah yang tak berhenti sampai kita tak berguru lagi, alias mati.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.