Meskipun terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub sistem, organisasi itu sendiri sebenarnya merupakan subsistem di dalam sistem yang lebih besar. Jenis-jenis sistem biasanya diklasifikasikan menjadi dua yakni sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem tertutup biasanya seperti dari ilmu fisika, sementara sistem terbuka biasanya dari ilmu-ilmu sosial yang menerima energi dari luar sistem. (Robbins,1994:13).
Saya adalah terdiri dari seluruh unsur yang ada dalam tubuh baik jasmani, rohani maupun eksistensi. Sementara saya secara progresif adalah dari apa yang saya makan, tetapi juga dari apa yang dipandang orang tentang saya.
Saya selalu berubah, berkembang dan terus berkemampuan sampai mati.
Sebagai sebuah sistem pertama saya harus selalu memenuhi kebutuhan biologis, seperti makan, minum, istirahat, olahraga dan lain sebagainya.
Sebagai sebuah sistem kedua saya juga harus mengembangkan kebutuhan psikologis, contohnya saya menyukai dan berhasrat untuk mendapatkan sesuatu, memberi dan mencoba menghindari hal-hal tertentu.
Sebagai sebuah sistem ketiga saya setiap saat mempertimbangkan apakah saya dan orang lain setuju dengan pikiran, perasaan dan kemauan saya.
Contohnya ingin tertawa bersama karena gembira, ingin menangis bersama karena bersedih, atau juga ingin membangun bersama karena cinta.
Dalam sistem yang penuh dalam pengendalian saya sendiri, cenderung tertutup karena sejak perencanaan, pelaksanaan sampai proses dan hasilnya total sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Itulah sebuah sistem ada yang harus kita kendalikan, tetapi menuntut tanggung jawab, khususnya untuk kehidupan kita sendiri. Siapa saja yang membangun sistem tertutup, atau pengendalian terhadap sebuah sistem, maka semakin besar pula tanggung jawab yang ada pada dirinya.
Paling tidak apakah sistem tersebut menyelamatkan dirinya atau tidak, contohnya bila seseorang mempunyai perusahaan, organisasi tertutup, maka kita tinggal lihat apakah ia yang mengendalikan atau ia yang dikendalikan.
Dalam sistem yang lebih dikendalikan pihak lain, apakah orang lain, bersama atau faktor yang lebih luas, cenderung disebut sistem terbuka. Sejak awal sebelum kita terlibat sistem tersebut sudah ada, ketika kita ingin bergabung atau menjadi bagian dari sistem terebut, sistem itu tetap berjalan, dan mungkin saja ada atau tidak peran kehadiran kita, sistem tersebut tetap eksis.
Justru di sini kita ditantang, apakah masuk dalam sistem ingin menentukan arah sistem kepada yang lebih baik, atau justru kehadiran kita merusak sistem. Risiko dari sistem terbuka selalu lebih kecil, karena banyak faktor yang lebih fleksibel, tetapi juga lebih banyak kendali pada berbagai faktor yang ada.
Belajar tentang sistem itu perlu, karena memang kita lahir ke muka bumi ini sudah sejak awal adalah bagian dari sistem siklus manusia, seperti lahir, hidup dan mati, tidak ada yang keluar dari sistem tersebut.
Apakah kita dapat hidup yang berkualitas, atau justru kita sendiri mau bermalas-malas menentukan apa yang ada dalam jangkauan sendiri, bergerak sebatas tempat tidur, melihat seukuran layar telefon seluler, semua dalam pengendalian diri dengan memijit tombol. Semua itu penuh dengan risiko dan tanggung jawab, itulah sistem terbuka dan tertutup.
Pendidikan itu sebuah sistem, ingin terlibat dalam dunia pendidikan, maka diminta memilih, mau jadi pendidik, atau peserta didik, atau tenaga kependidikan, atau pengamat di luar.
Turut serta atau tidak diri kita dalam pendidikan, sistem pendidikan tetap berjalan, itu artinya sistem itu telah baik, kuat dan progresif.
Sistem pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengakomodir seluruh warga pendidikan. Harapan saya tidak dapat diakomodir pendidikan, maka bukan sistem pendidikan yang salah, tetapi harapan saya yang memang bukan pada ranah pendidikan.
Jadi jangan memaksakan diri berada dalam sistem bila memang pikiran kita belum dapat menerima apa itu pendidikan sebagai sebuah sistem.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.