Penerapan suatu metode kedalam setiap situasi pengajaran haruslah mempertimbangkan dan memperhatikan dari berbagai kemungkinan-kemungkinan, yang dapat mempertinggi mutu dan efektivitas suatu metode tertentu. Kalau tidak maka bukan saja akan berakibat proses pengajaran menjadi terhambat, akan tetapi dapat berakibat lebih jauh, yaitu tidak tercapainya tujuan pengajaran sebagaimana yang telah ditetapkannya. (Yusuf,1997:6).
Mengajar adalah sebuah keterampilan dalam ilmu pendidikan mengajar dapat disebut ilmu sekaligus seni. Secara akademis ilmu mengajar (paedagogik) terus dikaji, berkembang dan mengupdate berbagai kemungkinan.
Seiring dengan itu sebagai sebuah seni mengajar membutuhkan situasi, dimana formulasi-formulasi baru selalu saja terjadi di setiap kegiatan. Jadi ini adalah bukti bahwa mengajar itu ilmu sekaligus juga seni, mungkin juga ada faktor x di dalamnya.
Kita selalu mendengar atau bahkan mengalami dimana ada seorang yang tamatan fakultas keguruan tetapi ia canggung dalam mengajar, tetapi ada pula tamat dari fakultas non keguruan, namun ia begitu piawai dalam mengajar.
Faktor x boleh saja menentukan, tetapi sulit dikontrol, bahkan tidak dapat direncanakan, karena memang tidak ada dalam kurikulum yang bersifat akademis.Mengajar sebagai sebuah ilmu pengetahuan diawali dari dasar ideologi yang terdiri dari filsafat, psikologi.
Kemudian diturunkan menjadi ilmu lahirlah pendekatan, model, strategi dan metode, dan akhirnya turun lagi menjadi seni mengajar yang didalamnya ada pola dan gaya. Jadi bandul antara ilmu dan seni sesungguhnya dapat dipertemukan di dunia akademis.
Fakultas keguruan mengajarkan bagaimana aliran-aliran dalam ilmu pendidikan dari sejak filsafat idealisme, realisme sampai eksistensialisme semua adalah landasan bagaimana kita memandang manusia untuk tumbuh dan berkembang.
Kemudian psikologi yang memandang perjalanan hidup manusia dari nativisme, empirisme sampai convergensi adalah hal penting, ini menjadi bagian dari upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mendekati pelajar.
Ilmu sebagai kajian di dunia akademik terus dilakukan penelitian baik untuk skripsi, tesis maupun disertasi, membahas bagaimana pendekatan dalam mengajar. Diawali dari pendekatan ideologi pancasila, pendekatan pendidikan individual, pendekatan pendidikan sosial atau kelompok.
Dalam sejarah skolastik memberi gambaran bagaimana pendidikan dilaksanakan secara formal, bersama, dan sekaligus berjenjang, merubah pendidikan individual yang sebelumnya menjadi andalah.
Dari pendekatan lahir berbagai asumsu dan postulat tentang pendidikan, bagaimana kita mengasumsi anak sebelum belajar, asumsi kegiatan yang dapat merubah mental seseorang, dan merekayasa lingkungan, inilah yang disebut model pembelajaran.
Dari model kemudian lahir beberapa cara melakukan pilihan-pilihan kegiatan untuk mencapai tujuan ini yang disebut dengan strategi. Jadi jelas strategi adalah kemampuan memiliki satu jalan dari banyaknya pilihan yang dilahirkan oleh model pembelajaran, dan pilihan itu didasarkan pada situasi, pencapaian agar efektif dan efisien.
Sampai akhirnya pada metode yaitu rangkaian merajut satu kegiatan kepada kegiatan berikutnya agar dapat mencapai tujuan.
Seni dalam mengajar adalah hak prerogratif yang diserahkan pada seseorang, bagaimana pendidik mengembangkan satu strategi, metode di kelas.
Walaupun semua telah tertulis di rancangan pembelajaran semisal RPS, RPP dan lain sebagainya, tetapi di lapangan hanya guru yang mampu mengorkestra pembelajaran. Apakah polanya dengan mendahulukan absen siswa atas kehadiran agar disiplin, atau langsung masuk materi agar semangat mengikuti pelajaran.
Semua tergantung guru di kelas, dari sini ia boleh saja berdiri, berjalan atau menghampiri seorang pelajar untuk memberi dukungan psikologis agar siap belajar. Nah sekali lagi seni itu adalah bagaimana seorang guru mengimprovisasi apa yang tertulis dalam dunia nyata di kelas atau di lapangan.
Guru atau pendidik yang mengerti tentang ideologi, ilmu dan seni dalam mengajar, ia pasti sadar saat kapan harus melihat rancangan pembelajaran saat kapan pula ia harus melakukan perubahan.
Semua adalah tertuju pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rancangan. Namun yang paling utama adalah guru mengerti dalam dunia pendidikan ia adalah membelajarkan bagaimana pelajar belajar, bukan membuat ketergantungan agar pelajar selamanya belajar kepadanya.
Jadi jelaslah guru yang berhasil adalah guru yang menjadikan muridnya menjadi guru untuk guru-guru berikutnya, lantas bagaimana metodenya, maka guru bukan meng guru i, tetapi menjadikan murid dapat menggurui dirinya sendiri.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.