A learning process will never be independent of application of a strategy of learning. Each learning strategy has a purpose and one distinct learning field although it also contains another. The findings suggest that there are various strategies and that an educator can apply in language teaching. There are several strategies that educators can use in the language teaching process, which includes; Elaborate strategies, elaborations strategies, organizational strategies, metacognitive startegi, as well as metacognitive and socioaffective strategies. (Tri Indah Kusumawati, 2022).
Pembelajaran adalah sebuah proses, karena di dalamnya ada input dan output ditengah-tengahnya terjadi satu kegiatan disebut proses. Proses pembelajaran tidak akan pernah terlepas dari penerapan sebuah strategi.
Setiap strategi pembelajaran memiliki tujuan serta satu ranah pembelajaran yang menonjol meskipun juga mengandung ranah pembelajaran lainnya.
Tujuan dimaksud bisa saja karena materi yang dikembangkan, atau peralatan yang disiapkan, atau bahkan peserta didik yang menjadi tujuan. Seperti halnya dengan strategi yang lebih mempertimbangkan materi dalam hal ini pengajaran bahasa, maka banyak hal yang harus diperhatikan.
Membaca, menelaah, dan menelusuri lebih jauh terkait dengan dokumen-dokumen atau naskah adalah hal penting dalam strategi pembelajaran bahasa.
Tri Indah Kusumawati ketika melakukan penelitian terkait dengan pembelajaran bahasa, banyak hal ditemukan. Dalam temuannya menunjukkan, ada beberapa macam strategi dan yang dapat diterapkan oleh seorang pendidik dalam pengajaran bahasa.
Beberapa strategi yang dapat digunakan pendidik dalam proses pengajaran bahasa, yang meliputi;
1. Strategi mengulang, yang terdiri atas mengulang sederhana dan mengulang kompleks. Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca ulang materi tertentu dan hanya untuk menghafal saja. Contoh lain strategi sederhana adalah menghafal nomor telepon, arah tempat, waktu tertentu, daftar pelajaran dan sebagainya. Mengulang sekali, beberapa kali bahkan berulang-ulang dilakukan sangat efektif untuk mendapatkan pengayaan terhadap pembelajaran bahasa. Istilah 5×2 itu lebih efektif dibanding 2×5 menjadi rumus dalam strategi mengulang ini, maksudnya lebih baik lima kali belajar dua jam, dari pada dua kali belajar selama lima jam.
2. Strategi elaborasi, adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermanfaat dan lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi mengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori diotak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada. Mempelajari sesuatu yang bermakna itu penting, karena apa yang akan dipelajari terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan cara itu maka apa yang dipelajari terus dapat diingat, dijadikan bagian dari kehidupan, dan bernilai positif dalam pengembangan pengetahuan berikutnya.
3. Strategi organisasi, sama halnya dengan strategi elaborasi, strategi organisasi membantu pelaku pelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru dengan struktur pengorganisasian yang baru. Strategi organisasi terdiri dari jenis pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi bagian yang lebih kecil. Ketika sesuatu yang akan kita pelajari terkesan besar, banyak dan kompleks, maka cara melakukan sistematisasi adalah penting. Bayangkan kitab suci Al Qur`an ketika hendak dibaca begitu tebal lembarannya, begitu banyak pesannya, tetapi ketika kita pahami bahwa terdiri dari 30 Juz, 114 surah maka akan membantu kita mempermudah untuk mengenal dan mengerti tentang isinya.
4. Strategi metakognitif, berhubungan dengan berpikir peserta didik tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan menggunakan strategi belajar dengan tepat. Banyak diantara guru kita mengajarkan seluruh materi yang ada di dunia ini, mencontohkan seluruh kebaikan yang ada pada dirinya, padahal yang utama bagaimana ia menjadikan peserta didik dapat belajar sendiri. Makna membelajarkan ternyata lebih efektif bila digunakan untuk melengkapi kata mengajar.
5. Strategi metakognitif dan sosioafektif. membagi strateginya ke dalam tiga kategori utama yaitu 1) strategi metakognitif, 2) strategi kognitif dan 3) strategi sosio afektif. Strategi metakognitif merujuk pada teori pemprosesan informasi yang menunjukan “ pelaksanaan” fungsi, yaitu strategi yang melibatkan perencanaan pembelajaran, perenungan proses pembelajaran pada saat pelaksanaan fungi berlangsung.
Ketika kita mengembangkan pembelajaran tentu bukan sekadar menyampaikan materi, atau usaha untuk mencapai satu tujuan saja, lebih dari itu dirancang dikembangkan sebuah suasana yang didalamnya akan tercipta bagaimana seseorang mau belajar.
Belajar dengan kesadaran itu yang utama, maka antara peserta didik yang belajar dengan lingkungan yang mendukungnya harus selalu sejalan, inilah tugas utama guru.
Penelitian tentang pembelajaran memang tidak pernah berhenti, seperti disebutkan di atas, apakah berdasarkan materi, siapa yang belajar, atau tujuan pembelajaran semuanya memiliki kebutuhan bahkan kepentingan masing-masing.
Paling tidak apa yang telah dilakukan oleh Tri Indah Kusumawati dalam penelitiannya menunjukkan banyak varian yang muncul ketika kita mengembangkan pembelajaran.
Varian tersebut menjadi pilihan kita mana yang lebih efektif untuk menghantarkan peserta didik di hadapan kita dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Kita harus ingat sekali lagi; yang penting bagaimana anak belajar, baru dari sana muncul bagaiman guru harus mengajar.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.