Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Konsep pendidikan Islam tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa lebih dulu memahami penafsiran Islam tentang pengembangan individu sepenuhnya. Hanya melalui perbandingan konsep manusia dan pengembangannya dengan berbagai konsep yang timbul dalam masyarakat modern, barulah kita dapat memahami sifat berbagai problem yang kita hadapi dan cara menjawabnya. (Ali Ashraf,1989:1).
Pendidikan adalah proses yang abstrak, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya dapat dilihat pada ide, kemudian bisa terdokumen secara material dalam bentuk blueprint, renstra, kurikulum, selanjutnya raport atau nilai dan akhirnya dapat dijadikan rujukan apa yang harus dilakukan di masa mendatang.
Sulit membedakan mana yang abstrak mana yang konkrit dalam pendidikan. Itulah maka pendidikan dipahami sebagai sebuah konsep, karena kita diajak untuk berpikir holistik dari awal sampai akhir tentang hidup manusia.
Konsep pendidikan berarti mengabstrakkan seluruh siklus dari sejak pemikiran, pelaksanaan sampai pengembangan, untuk itu harus dipahami pendidikan tidak berdiri sendiri, filsafat manusia, psikologi, lingkungan bahkan teknologi harus menjadi bagian dari konsep pendidikan.
Dengan berkolaborasi tentang upaya membangun sumber daya manusia, maka konsep pendidikan harus progresif selalu menyesuaikan dengan keadaan dan tuntuan tentang masa depan.
Pendidikan Islam sendiri memberi ruang untuk menjadi bahan diskusi tentang konsep, tetapi nilai yang harus dijadikan alas pijak pengembangan konsep adalah Al Qur`an dan Hadits. Boleh saja konsep mengadaptasi atau mengimprovisasi berbagai perkembangan, justru ketika membutuhkan pegangan nilai, Islam memberi panduan yang akurat.
Konsep manusia memang terus dikaji dikembangkan, hari ini apakah lewat penelitian, atau pengembangan fungsi manusia dalam kehidupan, sepertinya “manusia” sudah mengalami “autocloning”.
Betapa tidak, dengan bangga manusia menemukan teknologi yang mampu menggantikan dirinya, dengan senang hati manusia dapat membelah dan membagi jiwanya untuk situasi yang berbeda. Kita harus menerima dan menyadari bahkan terpaksa menyetujui manusia memiliki tafsir yang sangat fenomenal dan bahkan sedikit frontal.
Masyarakat modern yang dijadikan dasar untuk autocloning pasti menghadapi masalah, apakah pada level konsep, praktek, atau dampaknya dalam kehidupan nyata. Sungguh benar dalam manajemen modern analisis terhadap resiko satu inovasi baru harus diterima, pilihannya hanya memperkecil risiko.
Konsep manusia sampai saat ini tidak ada yang statis apalagi mati, tetapi progresif dan terus menyesuaikan dengan apa yang ditemukannya sendiri.
Pendidik inspiratif menyadari bahwa manusia, dari konsep sampai problematika adalah sebuah perjalanan panjang yang perlu pemikiran secara holistik. Jadi jangan sekali-kali menyatakan pendidikan dapat menyelesaikan semua persoalan, itulah maka kita perlu berkolaborasi sejak dari awal sampai akhir tentang manusia atau pengembangan Sumber Daya Manusia.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.