Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Hari ini belajar memang sudah tidak terbatas pada definisi ruang 7×9 meter di kelas, atau dari buku bacaan bergambar berseri bahkan berurut dalam kurikulum tertentu. Belajar sudah bertransformasi dari formal menjadi formulasi yang kompleks dan beragam, dari perjenjangan kini justru dapat menentukan sesuai dengan kemampun. Sungguh belajar menjadi pekerjaan yang luar biasa, ditata, dikembangkan, sehingga terus beradaptasi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan serta keinginan dari manusia.
Bila zaman dahulu kita kenal batu tulis, mungkin berikutnya kita juga kenal apa itu pensil, bulpoint dan sekarang papan kayboard, mouse dan lain sebagainya. Semua itu adalah bagian dari alat kita dalam belajar yang memiliki kelebihan pada zamannya, dan sebagian justru kini menjadi bahan antik yang menjadi kenangan sepanjang masa.
Adalah Pak Marmuj yang sampai saat ini masih menulis dengan pensil selalu tampak disetiap rapat, setiap diskusi sehingga ia selalu disebut dengan Pak Marmuj yang menyayangi pensilnya.
Di ruang guru pemandangan pensil dari yang baru, sampai sudah sepotong, sampai yang tinggal dua centimeterpun masih ada disimpan Pak Marmuj, memang guru yang tidak mau lepas dari pensil. Tapi ada yang unik ada pensil seperti tidak pensil, inilah ceritanya.
Seperti biasa pembicaraan kali ini tertuju pada pensil yang menjadi ciri dari seorang guru masa kini, tetapi tetap menggunakan pencil seperti zaman baholak.
Pak Marmuj; bapak, ibu semua ini saya baru dapat pensil kenangan masa lalu saya dulu, sayang rasanya dibuang, biarlah saya simpan.
Semua guru sebagian cuek, sebagian merapat, dan sebagian justru penasaran tentang pensil dimaksud.
Pak Marpin; Pak Marmuj kok sepertinya sayang kali dengan pensil-pensil ini? (sambil memegang satu pensil yang kecil diantaranya).
Pak Marmuj; ya….bapak tahu, pensil ini sebenarnya lebih tua dari saya, bahkan lebih tua dari sekolah kita, bahkan mungkin lebih dahulu lahir sebelum Indonesia ada. (suara Pak Marmuj memecah keheningan ruang guru).
Beberapa guru jadi terperanga…. ada apa……..pinsil kaitannya dengan Indonesia.
Pak Marpin; ini dia yang kita tunggu, kok bisa pak lebih tua maksudnya?
Pak Marmuj; ya pensil sesungguhnya sudah ada sejak zaman Yunani, bahkan abad ke 17 telah banyak digunakan oleh seniman di Eropa.
Bayangkan….bayangkan……sudah lama, dan ini salah satu warisan dunia…..pensil.
Pak Marpin; lanjutkan pak……
Pak Marmuj; pensil modern dengan ujung penghapus biasanya terdiri dari; inti pigmen padat (dari grafit atau arang), kayu, gagang, cincin logam dan penghapus.
Tapi mengapa pensil pensil ini tetap saya simpan, kalian harus tahu ada makna kehidupan yang mendalam dari sebatang pensil.
Beberapa guru akhirnya merapat, serius mendengarkan, dan sesekali guru lain menyeruput kopi menghantarkan Pak Marmuj keluar sosok aslinya.
Pak Marmuj; ini dengarkan ya satu-satu saya sampaikan.
Pertama; sebuah pensil diawali keluar dari kotak lusinan pensil.
Maknanya bila seseorang dikeluarkan dari kelompoknya tetapi justru itu kau dapat berbuat dan bermanfaat bagi pengguna. Tidaklah mesti kita selalu dalam kelompok atau komunitas tertentu untuk berbuat, maka keluarlah mungkin disana ada kehidupan dan ada kebermanfaatan.
Semua guru mulai mengangguk-angguk.
Pak Marmuj sambil menunjukkan ujung pensil.
Kedua; pensil untuk dapat digunakan maka diraut, ditajamkan berkali-kali.
Maknanya bila kita ingin bermanfaat maka kita perlu perjuangan yang kadang memang menyakitkan, tetapi justru dari sanalah kau mulai menunjukkan kemampuan terbaikmu dalam pengabadian.
Pak Marpen; lanjutkan pak….
Pak Marmuj;
Ketiga; pensil kadang patah, boleh jadi patah pada gagang namun selalu patah pada ujung.
Maknanya setiap kita berbuat selalu mengalami kegagalan, maka janganlah berhenti siaplah untuk langkah berikutnya. Seperti pensil-pensil ini kadang patah diraut lagi, patah lagi diraut lagi. Sungguh hidup ini tak boleh berhenti untuk memperjuangkan sesuatu, karena dari sanalah kita akan menjadi berharga bagi kehidupan di dunia ini.
Keempat; ujung atas pensil adalah penghapus biasanya terdiri dari karet atau bahan lainnya. Berfungsi untuk menghapus bila terjadi kesalahan.
Maknanya; dalam hidup ini jejakmu kadang dihapus, dari sanalah kau mencoba memulai hidup baru lagi harus selalu berbuat yang terbaik, dan melupakan kesalahan untuk menatap masa depan yang lebih baik lagi.
Dan banyak lagi….makna dari pensil yang belum terungkap sehingga tetap menjadi misteri bagi siapa saja yang belajar tentang pensil ini.
Semua guru tepuk tangan mendengarkan Pak Marmuj menyampaikan seakan filosofi dari sebuah pensil dengan contoh langsung menusuk tentang kehidupan nyata. Oh sungguh pensil memang tidak ada duanya, terus dapat digunakan.
Pensil tetap diproduksi walaupun dunia sudah beralih dengan komputer atas nama teknologi, pensil tetap digunakan karena praktis dan berciri bagi siapa saja yang ingin menuangkan ekspresi dalam sebuah kesempatan.
Menjelang masuk kelas berikutnya setelah jam istirahat, tiba-tiba;
Pak Marmuj; sebentar saya mau tandatangan hadir dulu.
Pak Marpen; Lho pak kok pakai pensil, kan harus pakai bulpoint.
Pak Marmuj; oh….maaf ini saya sudah punya pensil yang lebih canggih, bentuknya pensil tapi isinya tinta permanen…
Semua guru tertawa…hahahahaha. Pak Marmuj…Pak Marmuj…ada ada saja.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; setiap benda sekecil apapun pasti ada tujuan dan manfaatnya dalam kehidupan, dan tergantung siapa yang akan menggunakannya, maka tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan ini.
Kedua; pensil diciptakan adalah untuk memudahkan manusia belajar menulis, mencatat, bahkan melukis tentang sesuatu, tetapi yang utama dengan pensil akan mudah dihapus bila salah, diulangi bila ada yang lebih baik dari sebelumnya.
Ketiga; sebatang pensil mengandung sejuta makna, sepenggal perjalanan pensil memberi kita apa itu hidup dan kehidupan, dari perjuangan sampai sepenggal pemanfaatan bagi dunia yang lebih baik di masa mendatang.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.



















