Lebaran membawa berkah, setelah beribadah shalat id pun usai, tibalah waktu untuk saling berkunjung orang tua serta antar anggota keluarga. Mengunjungi keluarga dekat, sampai keluarga jauh yang jarang berjumpa, mendatangi tetangga sebelah rumah sampai batas desa semua dilakukan dengan suka ria. Tujuan dari kunjungan jelas adalah silaturahmi saling bermaafan, berbagi cerita sampai harapan apa yang akan ditambatkan untuk masa depan.
Di saat lebaran memang bukan hanya kebahagiaan anak-anak sebagian mendapatkan rezeki dari orang tua, tetapi silaturahmi yang terus dilanjutkan untuk kesinambungan. Di sinilah Pak Marmuj sebagai warga desa yang juga adalah anggota masyarakat, bertetangga dan jamaah masjid tak jauh dari tempat tinggal. Mulailah lebaran pertama penuh dengan kesakralan, lebaran kedua penuh dengan kelegaan karena jumpa dari keluarga inti, keluarga batih sampai keluarga besar saling berbesan.
Tibalah lebaran hari ketiga, ada yang tertahan di rumah menerima tamu, ada pula masih berjalan berkunjung silaturahmi ke luar kota. Adalah Pak Marmuj yang tinggal di pinggir desa sibuk menerima tetamu dari berbagai kalangan.
Tamu; apa kabar Pak Marmuj? Pak Marmuj; sehat, bagaimana dengan bapak. Tamu; sehat, kami datang untuk berhari raya ini paman dengan semua keponakan. Pak Marmuj; ya silahkan masuk, duduk ini ada makanan ayo kita santap bersama apa yang ada.
Sebagian tamu datang berkelompok, cerita basa basi (bahas sana bahas sini) semuanya berujung pada saling bermaafan. Setelah selesai kembali Pak Marmuj dan istri Pak Marmuj (bu Ismar) saling berpandangan ternyata melihat banyak gelas kotor, piring bertumpuk di wastafel. Bu Ismar; hem…..banyak juga tamu kita ya.
Hari lebaran keempat tiba, tetangga kanan kiri datang berkunjung bukan saja saling bergantian, tetapi kadang bertahan bercengkrama sampai larut malam.
Tetangga; wah apa kabar Pak Marmuj? Kita semua senang dapat berhari raya, ada tetangga kita yang pulang kampung, tetapi ada pula yang menunggu keluarganya belum datang dari perantauan. Pak Marmuj; iya saya senang silahkan masuk, silahkan cicipi apa yang ada di hidangan, ini untuk kita semua.
Malam sampai larut, tetangga satu persatu pun pulang. Waktu berjalan, jam bertukar angka berganti bahkan melewati hari, itulah suasana bila sudah bergembira kadang melepas rindu, cengkrama sampai lupa waktu.
Setelah pulang semua seperti sebelumnya bu Ismar mengumpulkan seluruh piring kotor, gelas dan semuanya di atas wastafel siap untuk dicuci.
Tibalah hari lebaran kelima, banyak jamaah masjid datang berkunjung ke rumah Pak Marmuj dari bapak ketua BKM, Imam Masjid sampai muazin, semua bersama mengucapkan selamat hari raya. Pak Marmuj; silahkan masuk, ayo makan apa yang bisa kita nikmati.
Ketua BKM; terima kasih Pak Marmuj, kita semua jemaah merasa senang selama ini kita sebagai jemaah masjid mungkin ada kesalahan dan kekhilafan, di hari baik dan bulan baik ini mari kita saling bermaafan.
Pak Marmuj; terima kasih saya dan keluarga juga demikian. Setelah semua pulang seperti biasa istri Pak Marmuj dihadapkan dengan tumpukan piring kotor, gelas bekas minuman, mencuci piringpun kadang ditangguhkan sampai esok hari.
Tiba hari lebaran keenam bakda ashar hari jumat. Tamu; assalamu`alaikum? Pak Marmuj; wa`alaikumsalam, silahkan masuk,.
Semua bergembira, Pak Marmujpun merasa pengertian, dan akhirnya iapun turut kebelakang membantu menyiapkan semua hidangan, karena bu Ismar paling tampak sibuk menyalami semua tamu. Semua tamu senang, mencicipi makanan, roti bahkan menceritakan merek toples sampai harga dan kredit dimana. Hem……begitulah tamu. Tak lama kemudian semua tamu pun pulang.
Karena pengertian Pak Marmuj pun membantu istri mencuci piring yang semakin banyak jumlah yang kotor.
Pak Marmuj; sungguh berat rupanya pekerjaan istri, bukan saja memasak, membersihkan rumah, tetapi sampai mencuci piring, hem…..sabar-sabar…
Ibu Ismar senyum sendiri melihat Pak Marmuj mencuci piring hingga menjelang magrib.
Bu Ismar; ayah…ayah…baru sekali tamu ibu-ibu pengajian sudah kecapean…..sudah, sudah mau azan Magrib, biar saya yang meneruskan. Pak Marmuj; alhamdulillah.
Lebaran memang membawa segudang cerita. Walaupun tuan rumah secara fisik tampak lelah, belum lagi cemilan habis, kudapan ludes, sirup terkuras semuanya adalah warna indah di hari lebaran. Benar Tamu yang datang bawa segudang cerita, juga beratus masalah, bahkan berjuta harapan, semua saling berbagi ada yang lebih ada yang kurang, ada yang sedih ada yang optimis dengan harapan. Tetapi semua itu tak sebanding dengan waktu yang hanya semalam, semua terbayarkan sebagai sebuah kebaikan.
Pak Marmuj; istriku sabarlah, semoga apa yang kita lakukan semua ini menjadi ibadah, tamu yang datang semua membawa berkah, dan mereka pulang membawa semua keburukan dan dosa rumah kita.
Bu Ismar; Memang ada adab dalam bertamu suamiku? Pak Marmuj; ada…ini dia.
Pertama, bertamulah pada jam pagi hari sampai siang, tidak direkomendasikan bertamu pada malam hari bila tidak bekepentingan. (bolehlah sesekali kalau lebaran)
Kedua, bertamulah setelah shalat jum`at tidak sangat dilarang bertamu sebelum shalat jumat karena semua akan besiap ibadah.
Ketiga, bertamulah ketika diundang, karena bila tidak ada undangan maka haram hukumnya menghadiri jamuan.
Bu Ismar; Ada lagi pak?
Pak Marmuj; ini yang paling penting.
Keempat, bertamulah dengan membawa buah tangan tetapi sesuai dengan kemampuan, tuan rumah akan senang memberi jamuan sesuai dengan niat tamu yang datang.
Bu Ismar; Maksudnya?
Pak Marmuj; jelas kalau tamu datangnya untuk silaturahmi, maka kita senang berbagi rezeki, tetapi kalau tamu niatnya hutang uang, maka sesungguhnya dia salah baca undangan.
Bu Ismar: oalah…………besok lebaran hari ketujuh, kita tungguhlah….
Pak Marmuj; setuju………………..
Pak Marmuj….Pak Marmuj……memanglah.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; ketika bertamu ke rumah orang lain niatkanlah untuk silaturahmi, saling berkunjung untuk meningkatkan persaudaraan.
Kedua; kegiatan berlebaran dengan cara mengunjungi saudara maka jadikan itu sebagai ajang untuk berbagi kabar, berbagi rezki, berbagi kebahagiaan. Sampaikan kebaikan kepada orang yang tepat, bukan pamer apalagi unjuk kekayaan dan kesuksesan.
Ketiga; salah satu indikator kebahagiaan keluarga yang tinggal di masyarakat adalah mempunyai tetangga yang baik. Tidak ada tetangga yang baik, yang baik adalah kita sendiri berbaik sangka dengan tetangga dan selalulah berbagi kebaikan dan kebahagiaan dengan mereka.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.