Suatu ketika Pak Marmuj mengajar di kelas pada hari senin, seperti biasa setelah kegiatan upacara bendera, kemudian kegiatan sekolah merdeka dan lain sebagainya siswa masuk kelas. Pak Marmuj pun semangat mengajar pada hari itu.
Setelah beberapa jam pelajaran berlangsung, namun di sudut kelas tampak ada seorang anak tertidur ketika jam belajar. Hanya karena menarik perhatian Pak Marmuj lalu iapun sebentar terhenti menjelaskan materi. Dan semua siswa tertuju pada seorang murid yang tertidur.
Melihat sekeliling kelas, benar adanya tidak terpampang peraturan dilarang tidur seperti di sebagian masjid, lantas apa yang akan dilakukan?
Pak Marmuj mendekat, dan memberi isyarat kepada teman-teman atau murid lainnya meletakkan telunjuk di depan kedua bibir Pak Marmuj. Pertanda diam, biarlah ia tertidur dan yang penting jangan dibangunkan apalagi dipermalukan.
Suara Pak Marmuj perlahan semakin kecil, dan iapun membuat strategi pembelajaran dengan cara yang lain alias skenario dua yakni membaca senyap.
Setelah beberapa waktu kemudian murid yang tadi tertidur justru terbangun, ia sedikit bingung mengapa semua diam, ia pun mencoba mengalihkan perhatian dengan pura-pura menulis sambil tertidur dan kemudian terbangun, dan akhirnya ia berbisik kepada rekan sebelahnya, “kita disuruh ngapain ya?”.
Sambil tersenyum rekan murid sebelah; “kita membaca…senyap”,
Pak Marmuj pun sambil memperhatikan perbincangan kedua murid tersebut.
Padahal Pak Marmuj ketika menunggu semua murid membaca senyap ia pun terkantuk dan hampir tertidur, tidak sadar rupanya memang menjelang pukul 12.00 WIB
Setelah membaca senyap, Pak Marmuj meneruskan pembelajaran dengan memberi kesempatan dua anak untuk menyampaikan ibrah dari cerita yang dibaca. Seperti sedikit terburu dan akhirnya sesuai dengan jadwal jam pelajaran Pak Marmuj menutup kegiatan pembelajaran.
Sebelum masuk ke ruang guru, Pak Marmuj masuk ke ruang musala, duduk dan terlelap. Seperti biasa ia googling tentang masalah yang sedang dihadapinya kali ini adalah tidur siang.
Berdasarkan buku Kitab Pedoman Pengobatan Nabi oleh Agus Rahmadi dan M. Biomed, kata “tidur” disebut lebih dari 10 kali dalam Al-Qur'an
sedikitnya ada beberapa manfaat tidur siang menurut buku tersebut yakni;
1. Tidur siang dapat memberikan manfaat seperti meningkatkan kewaspadaan, meningkatkan kinerja kognitif, dan memberikan relaksasi pada tubuh setelah lelah bekerja, dan dapat meningkatkan kinerja memori.
2. Dalam sebuah penelitian, tidur siang dengan durasi yang pendek belum tentu kalah efek positifnya dari tidur siang yang lama. Menurut presentasi Brooks dan kawan-kawan, 10 menit adalah durasi paling efektif saat tidur siang.
3. Bagi remaja, tidur siang sangat memperkuat memori deklaratif atau ingatan mengenai informasi faktual seperti halnya nama, wajah, tanggal, dan hal-hal bersifat fakta yang lain.
4. Penelitian lain menyebutkan, tidur siang 30 menit selama tiga kali dalam seminggu akan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 37%.
5. Menurut penelitian juga, tidur siang yang sehat juga dilakukan antara pukul 13.00-15.00 dan tidak lebih dari 45 menit. Jika berlebih justru menyebabkan pusing saat bangun tidur.
selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6393478/sunnah-tidur-siang-atau-qailulah-ini-waktu-terbaik-dan-manfaatnya.
Pada situs yang lain Pak Marmuj mendapatkan kabar SMP Kakogawa memutuskan untuk mencoba sistem anak tidur siang. Jam tidur siang mulai diimplementasi yang diadakan selama 10 menit setelah jam makan siang, dari jam 13:05 -13:15.
Pada jam tidur siang, lampu-lampu dimatikan, tirai kelas ditutup, dan seluruh siswa menidurkan kepala mereka di atas masing-masing meja. Para guru juga diperbolehkan untuk mengikuti aktivitas ini.
Pak Marmuj semakin serius, benar-benar luar biasa, tidur siang itu adalah mengumpulkan energi, dan menjadi kebaikan bagi orang yang memberi kesempatan untuk tidur siang tentunya.
Sampai pada satu ayat dalam surat Ar-Rum ayat 23:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖ مَنَامُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاۤؤُكُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.”
Diinspirasi dari ayat di atas kemudian Imam Al-Ghazali mengatakan dalam Kitab Bidayatul Hidayah, menurut pandangan Islam, tidur siang merupakan sebuah kompensasi atas ibadah yang akan dilakukan pada malam harinya.
“Jadi ketika kita tidur siang dengan niat qailullah, tak ubahnya kita mengambil jatah tidur nanti malam, karena pada malam hari nanti kita hendak berjaga untuk beribadah kepada Allah,” jelas Imam Ghazali.
Dari penjelasan Imam Ghazali ini, Pak Marmuj terasa ada yang menggoyang kakinya, iapun tersadar rupanya ia telah tertidur sejenak menjelang shalat juhur, karena mushallah sudah mulai dipenuhi oleh murid-murid.
Apa yang dilakukan Pak Marmuj, iapun sambil meletakkan jari tulunjuknya di depan dua bibirnya, dan mengatakan; tenang-tenang, tadi saya mimpi jumpa Imam Ghazali.
Murid pun terdiam…..
Hem…..Pak Marmuj Pak Marmuj, memanglah…….
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; setiap manusia perlu istirahat untuk melengkapi masa bekerja, sehingga semua mendapat waktu dan yang wajar.
Kedua; mengelola waktu istirahat dengan baik, salah satunya membiasakan tidur siang adalah satu hal yang perlu dilakukan. Demi kesehatan, demi kekuatan, dan utamanya untuk ibadah yang berkelanjutan.
Ketiga; Bekerja dan istirahat bukan sekedar persoalan waktu atau pembagian kesempatan, tetapi adalah bagian dari kita mencintai, menghargai dan menjadikan diri kita sendiri sebagai makhluk yang bersyukur.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber