Bagaimana kita mengetahui bahwa perubahan sedang berakselerasi? Pada hakikatnya, tidak terdapat cara yang mutlak untuk mengukur perubahan. Dalam kompleksitas alam semesta, bahkan dalam suatu masyarakat tertentu, sejumlah arus perubahan yang dapat dikatakan tak terbatas banyaknya terjadi secara serentak. Segala “benda” mulai virus yang terkecil sampai galaksi yang terbesar sebenarnya sama sekali bukanlah “benda-benda” melainkan proses-proses. (1987:27).
Akhir tahun 1980-an para akademisi di Indonesia heboh dengan buku terjemahan karya Alvin Toffler, padahal salah satu buku yang ditulisnya di awal tahun 1970-an.
Berpikir berdasarkan angka, data dan fakta itu selalu menjadi dasar logisnya para koresponden, maka ketika angka disusun data dibaca fakta dikumpulkan untuk mendukung, jadilah bukan sekadar berita, namun memberikan informasi kecenderungan apa yang akan terjadi.
Buku Kejutan Masa Depan yang menjadi referensi para akademisi politisi, sampai birokrasi bahkan teknokrat banyak menjadi dasar berpikir untuk menata masa depan.
Padahal di balik itu semua Toffler memberikan kita gambaran bahwa perlunya keterampilan membaca angka, data sekaligus trend tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
Sepuluh tahun kemudian dia menulis buku Gelombang Ketiga memberikan pesan bahwa perubahan terjadi dalam kehidupan dari keluarga, komunitas, niaga dan industri bahkan politik, serta pemerintahan.
Semua perubahan itu bukanlah acak atau tidak terhubung, bahkan teknologi, seni dan seks semuanya saling terkait, bahkan saling memperkuat, bahkan membentuk gelombang perubahan yang logis.
Buku Kejutan dan Gelombang memberi bacaan berikutnya. Hal ini upaya mengumpulkan berbagai laporan dari berbagai varian sumber informasi kini tidak sulit, dari angka, data kita dapat menjadikannya untuk bahan analisis apa yang akan terjadi di masa depan.
Kemudahan tersebut bukan sekadar prestasi teknologi lebih dari itu adalah adanya perubahan mindset manusia dan lingkungan. Ini adalah arus kuat yang harus dipahami sebagai sebuah gelombang besar memberi efek terhadap banyak akibat.
Untuk inilah maka kita harus memahami bahwa pada hakikatnya, tidak terdapat cara yang mutlak untuk mengukur perubahan. Dalam kompleksitas alam semesta, bahkan dalam suatu masyarakat tertentu, sejumlah arus perubahan yang dapat dikatakan tak terbatas banyaknya terjadi secara serentak.
Dan buku berikutnya Perusahaan Adaptif benar-benar memberikan berbagai fakta pada masa itu. Bahwa perusahaan harus merangkul cara komunikasi baru dan menyangga suatu persaingan ketat yang menaikkan dominasi pasaran tradisional.
Bagi pemimpin perusahaan, para investor, konsultan dan pendidik, bila bertahan dengan apa yang terjadi hari ini maka akan tutup alias dibuang. Bila ingin eksis, maka harus berubah beradaptasi dengan fleksibilitas, dan tanggap terhadap apa yang terjadi dan akan terjadi.
Dalam kaitan inilah maka pertanyaan penting harus disampaikan; Bagaimana kita mengetahui bahwa perubahan sedang berakselerasi?
Apa yang akan kita pikirkan hari ini, tidak lebih memahami apa yang ada di dunia ini, dari hal bahkan segala “benda” mulai virus yang terkecil sampai galaksi yang terbesar sebenarnya sama sekali bukanlah “benda-benda” melainkan proses-proses. Semua bergerak, semua berjalan, semua saling terhubung.
Segalanya bergerak maka tidak ada yang berhenti, bahkan diam sekalipun adalah sebuah keadaan yang didalamnya ada sesuatu penyebab, kemudian terjadi dan sesaat kemudian pasti ada akibat dari diamnya seseorang.
Semua berjalan berarti tidak ada yang mundur kebelakang, walaupun kita lihat ada perusahaan, pendidikan yang bubar atau berhenti, bukan berarti ia menoleh kebelakang untuk menjalani, tetapi ia tidak dapat beradaptasi dengan apa yang ada di hadapannya. Maka berjalanlah terus untuk mengikuti seluruh irama yang semua berubah di sekeliling kita.
Semuanya saling terhubung, tidak ada yang berdiri sendiri, apalagi berdikari. Setiap partikel memiliki eksistensi, setiap individu memiliki komunitas. salah satu kunci kesuksesan individu untuk meraihnya adalah dengan kolaborasi.
Apakah pendidikan, perusahaan, bahkan individu sekalipun, baik keluarga maupun komunitas harus memiliki koneksi satu dengan lainnya. Koneksi tidak terbatas pada benda, bahkan teknologi, seni terlebih agama yang bersifat transendental.
Bila kita memahami bahwa semuanya saling terkait maka kita akan eksis hari ini dan dapat merencanakan dan mampu menghindari arus gelombang masa depan.
Tanggap dan adaptif terhadap berbagai perubahan, dengan sikap terbuka terhadap berbagai tuntutan zaman, maka kitalah kelompok orang yang tak perlu terkejut melihat masa depan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.