Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. (AECT,1986:1)
Beberapa aspek terkait dengan belajarnya seorang manusia sangatlah kompleks, tidak ada yang dominan, semua saling terkait dengan menentukan keberhasilan. Sebagai contoh apa saja yang menentukan seorang anak lulus ujian?
Karena anak memang belajar bersungguh-sungguh buktinya berbeda dengan rekan lain yang tidak melakukan, tetapi ada juga berhasil lulus ujian karena sistem yang telah dirancang untuk ujian, buktinya sebagian besar anak lulus, bahkan lulus 100% itu adalah fakta yang menjadi pemandangan biasa di sekolah.
Bisa saja faktor nasib, faktor doa, atau faktor musim lulus, jadi sebenarnya tidak ada yang luar bisa dalam hal belajar, ujian, lulus sebagai sebuah proses.
Jelaslah jangan sekali-kali kita mengklaim bahwa kelulusan anak kita disebabkan oleh satu faktor, apalagi kita menentukan satu faktor untuk meluluskannya dengan usaha yang tidak benar.
Lahirnya ilmu teknologi pendidikan mencoba menguraikan secara ilmiah dalam perspektif kebaruan bahwa belajar pada seorang anak harus dipahami sebagai sebuah sistem yang terdiri dari orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi.
Orang adalah faktor utama dalam belajar, perkembangan psikologis, sosiologis adalah dua hal utama dalam pertimbangan untuk memberi perlakukan belajar.
Prosedur adalah faktor penting di mana penanganan yang pertama pada anak, dari sejak awal identifikasi bakat dan kemampuan, sampai keinginan hobi, keterbatasan, hambatan yang dialami, upaya pemecahan dan seterusnya.
Ide atau gagasan, yang menjelma jadi kurikulum merupakan faktor utama dalam belajar. Perumusan, pengembangan sampai pada penyesuaian dengan kebutuhan anak apa dan bagaimana mempelajarinya setiap saat harus selalu diupdate, tidak ada ide yang permanen, yang benar adalah kita terus menerus mengubah menyesuaikan dengan keadaan dan tuntutan zaman.
Peralatan merupakan media atau alat bantu, justru ini yang menjadi bagian utama dalam belajar. Pengalaman sehari-hari anak harus dimanfaatkan untuk kegiatan belajar yang berbeda dalam formal, peralatan memberikan pilihan-pilihan agar anak nyaman dalam belajar, guru mengikuti dan mengontrol penggunaannya.
Organisasi merupakan penataan, pengaturan pengontrolan terhadap semua hal terkait belajar. Semua dapat berjalan sendiri-sendiri, jadi yang menyatukannya sebagai sebuah sistem belajar adalah organisasi, dengan inilah maka siapa melakukan apa, bagaimana melakukan dengan bantuan apa, semua dapat direncanakan, dikelola, dikendalikan dan dikembangkan.
Itulah teknologi pendidikan, diawali dari analisis terhadap berbagai potensi yang mungkin dilakukan untuk kegiatan belajar, dalam teori maupun lapangan.
Sudah pasti ada hal yang tidak sesuai dengan konsep timbul berbagai masalah, bagaimana memecahkannya, dalam pengendalian yang terkontrol, maka teknologi pendidikan selalu memberi pedoman.
Dalam perspektif kami, teknologi pendidikan adalah alat yang membantu mengorganisir kegiatan belajar pada anak.
Namun tugas seorang guru sebagai pendidik tidaklah tergantikan oleh apapun, nilai-nilai keteladanan, mungkin saja dapat diambilalih oleh plowcatnya sebuah prosedur komputer, tetapi emosi dan keberkahan sampai kapanpun tetap diperlukan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.