Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Pendidikan adalah upaya terencana untuk membangun lingkungan belajar dan proses pendidikan, sehingga siswa dapat secara aktif mengembangkan potensi diri untuk mendapatkan tingkat religius dan spiritual, kesadaran, kepribadian, kecerdasan, perilaku dan kreativitas bagi dirinya, warga negara lainnya dan bagi bangsanya. Tujuan utama proses belajar mengajar adalah keberhasilan siswa untuk memperoleh pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan, dan salah satu kunci sukses dalam meraih tujuan belajar mengajar adalah peran guru. (Fachriany, 2016).
Mendapatkan ilmu tidak mesti dengan hadirnya seorang guru, tetapi peran guru untuk memberi bimbingan kepada peserta didik mendapatkan ilmu sangat penting.
Guru, peserta didik, dan ilmu tiga hal yang memang dapat dipisahkan, bahkan penelitian juga dapat dibedakan mau di mana kita jadikan subyek utama atau pelengkap.
Guru pendidik atau apa pun sebutannya hari ini terkesan bermasalah, maka penelitian banyak dilakukan terhadap mereka. Hasilnya para guru lebih berkesan formal lebih dekat dengan taksonomi regulasi, berbagai aturan, kompetensi, bahkan administratif.
Tugas, kewajiban dan kewenangan sepertinya telah diformat sesuai dengan kebijakan tertentu, akhirnya guru adalah petugas kegiatan pendidikan.
Peserta didik bila dalam perkembangannya lebih dipengaruhi oleh lingkungan, maka benar peran orang tua kini digugat dan diperbincangkan, bahkan digugat oleh keturunannya sendiri, atau oleh zaman yang dikendalikan oleh anaknya.
Peserta didik lebih dipahami sebagai sebuah generasi penguasa zaman, bukan peserta didik yang memiliki potensi untuk menggantikan zaman, apalagi menyelamatkan zaman.
Ilmu, ilmu pengetahuan, ilmu mendidik dan lain sebagainya hari ini semakin kaya dengan penelitian. Tetapi penelitian lebih mengarah kepada labilnya satu keadaan yang menyebabkan kita harus mencari solusi secepatnya tentang dunia pendidikan.
Pendidikan lebih banyak meneliti tentang upaya mengatasi, bukan terobosan terhadap satu keadaan di masa depan. Penyebabnya jelas, karena kegamangan, ketidakpastian dan kekhawatiran sebuah zaman.
Pendidik inspiratif tidak mesti khawatir terhadap semua keadaan, tetapi justru menjadikan situasi ini menjadi bagian dari selangkah ke belakang setelah dua langkah menjelajah.
Merenung, menata diri, mencari solusi itulah langkah penting seorang pendidik inspiratif. Pendidikan tidak mesti berjalan secara linieritas tetapi justru zigzag yang terencana dengan baik dan disadari, itulah hakikat pendidikan yang baik.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.