Mendidik anak-anak dilakukan dengan mengajarkan sesuatu perbuatan keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya kepada anak didiknya. Tidak semua perbuatan mengajar adalah mendidik. Setiap perbuatan mendidik selalu dilakukan dengan sadar dan sengaja, dan mempunyai tujuan tertentu yang baik, demi kepentingan perkembangan diri pribadi anak didik. Jadi, tujuan perbuatan itu adalah demi kepentingan dan kebutuhan anak didik, dan bukan untuk kepentingan dan kebutuhan si pendidik atau yang lain. (Purwanto,1994:138).
Ketika kita mendidik, maka ada anak yang memang perlu dididik, ketika kita mengajar karena memang ada anak yang perlu diajar, sementara ketika kita melatih, karena memang sebagian anak perlu dilatih.
Mendidik, mengajar dan melatih ketiganya sama penting sebagai sebuah proses di mana anak akan mendapatkan pengalaman baru diharapkan permanen menjadi bagian dari kehidupannya kelas.
Taksonomi pendidikan selalu disandarkan pada menambah pengetahuan (kognitif), membentuk sikap (afektif) dan mengasah keterampilan (psikomotorik).
Mengajar lebih diarahkan pada upaya untuk menambah wawasan seseorang. Dalam hal ini kegiatan mengajar dapat dihandalkan, di mana seorang guru bertugas mentransfer knowledge, sebanyak mungkin apa yang diketahuinya diberikan kepada anak didik.
Perlu dicatat, kini guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, ia hanyalah sebagian dari banyaknya faktor pendidikan, apalagi orang yang paling menentukan.
Melatih lebih diarahkan pada upaya memberi keterampilan yang mumpuni, kemampuan guru untuk mengembangkan bakat anak sangat penting. Dengan pelatihan tertentu diharapkan anak memiliki keahlian, sehingga ia mampu menguasai, bahkan ahli dalam bidang yang ditekuni.
Perlu diingat, keterampilan yang baik adalah bila didasarkan pada analisis kebutuhan pekerjaan, sehingga orang yang terampil akan terkait dengan dimana ia dapat menerapkan sebagai sebuah pekerjaan.
Mendidik tidak mendominasi hanya untuk membentuk sikap, tetapi memberikan nilai terhadap anak apa itu belajar, bagaimana belajar yang baik, dan apa maksud serta tujuan seseorang untuk belajar.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bila kita telah melakukan pendidikan maka kita berarti sudah memberikan kesempatan anak untuk melakukan kegiatan belajar, inilah yang disebut dengan konsep pemberdayaan.
Seorang guru yang baik mengutamakan apa yang dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bertanggungjawab, maka guru pun berperan saat kapan ia mengajar, kapan pula melatih, saat kapan harus menjadi pembimbing atau bahkan harus menjadi suri tauladan.
Bila kita berangkat dari paradigma mendidik, jelas kita mendahulukan bagaimana anak belajar, baru bagaimana kita mengajar. Kita selalu mempertimbangkan bagaimana anak mampu berlatih baru kita rancang pelatihan apa yang tepat untuk dirinya.
Seorang pendidik yang baik, tidak membuat ketergantungan pada anak untuk belajar, berlatih, apalagi memberdayai.
Guru pendidik adalah yang bangga, ketika seorang anak menyatakan, saya tak butuh bapak lagi, karena saya sudah bisa melakukan sendiri.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.