Ilmu mawaris adalah ilmu untuk menentukan ahli waris yang berhak dan tidak berhak mendapat harta warisan daripada pewaris, sekaligus dapat menentukan porsi atau bagian masing-masing ahli waris. Ilmu mawaris ini erat kaitannya dengan ilmu hisab atau matematika, sebab dalam menentukan perhitungan atau pembagian harta warisan menggunakan rumus-rumus ilmu hitung atau matematika. Orang yang tidak mengerti ilmu matematika tentunya akan sulit menyelesaikan pembagian harta warisan. (Asmuni, 2021:5).
Dengan teknologi hidup ini akan semakin mudah, dengan seni hidup ini semakin indah, dan dengan agama hidup ini akan lebih terarah. Itulah bekal satu bangsa, sehingga investasi untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dilakuan dengan baik, lewat perencanaan, pengelolaan bahkan pengendalian.
Begitu juga menempatkan seni baik itu seniman, penggiat kerajinan sampai mereka penikmat seni selalu diberi ruang, bahkan investasi menjadi industri hiburan.
Sampai pada penghormatan keagamaan, nilai agama dijunjung tinggi, bukan sekadar memberi satu departemen atau kementerian tetapi dari negara, sampai rumah tangga agama selalu terhubung, bahkan sedikit saja ada yang salah, semua orang bisa tersinggung.
Betapa idealnya bila ketiga hal di atas dirawat dikembangkan, dan setiap kali perencanaan menjadi prioritas untuk membangun peradaban yang berkelanjutan.
Ilmu pengetahuan, seni dan agama memang ketiganya adalah kunci utama membangun peradaban, sekaligus dengan itu pula peradaban akan dapat dipertahankan atau diwariskan apabila masyarakatnya telah memiliki ketiganya.
Sekali lagi kita harus ingat, hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan, seni dan agama yang layak mendapatkan warisan peradaban dunia, bila satu saja tidak dimiliki, maka ada kepincangan.
Kepincangan mengakibatkan ketidakstabilan dalam mengelola dunia, karena kurangnya ilmu pengetahuan tidak tepat dalam membagi, mengatur dan mengendalikan.
Ilmu pengetahuan harus diberikan kepada generasi muda siapa saja di mana saja lewat berbagai program seperti educational of all, atau learning society adalah upaya memberikan pendidikan yang terbaik bagi semua ummat.
Begitu juga dengan seni, semua orang memiliki kemampuan untuk berekspresi, tetapi dengan seni yang dikelola secara proporsional, maka semua orang dapat terhibur. Industri olahraga, pagelaran seni, serta tumbuhnya desain kreativitas anak bangsa adalah tempat di mana kita memberikan apresiasi.
Bila arena kreasi ini tidak mendapat support apalagi penghalangan, maka tempat lain akan menjadi sasaran, kita bisa bayangkan anak yang tidak diberi kertas, maka ia akan menulis di dinding. Sebenarnya sama, ilmuwan yang tidak diberi mimbar akan bicara di mana saja termasuk di jalanan.
Bagaimana agama dapat menjadi bagian dari peradaban, tidak lain adalah upaya memberi kesadaran bahwa hidup ini harus diberi makna, dihargai dan dihormati. Setiap orang, dari anak, remaja, orang tua harus mengalami kegiatan bermakna dan harus memiliki tujuan hidup agar terkontrol apa, bagaimana ia melakukannya.
Seseorang harus dihargai, apapun latar belakang keadaannya, ia adalah orang yang berusaha menjadi hidup di tengah orang lain. Bila kita menghargai apapun yang ada dihadapan kita maka kita pun akan mendapat tempat di lingkungan yang mendukung.
Dengan itu pula semua mendapat penghormatan, bukan bermakna gila hormat, tetapi kegiatan yang dilakukan akan menjadi bagian dari kebahagiaan hidup.
Sampai pada keberkahan dalam pembagian yakni menjadikan pedoman utama yakni agama untuk pegangan segala macam peraturan. Generasi awal yang menjadi teladan, harus sadar bahwa kelebihannya akan menjadi inspirasi, tetapi ia juga memiliki kelemahan untuk segera dicarikan solusi.
Generasi sekarang adalah mereka yang penuh dengan kreativitas untuk mendapatkan identitas diri bagaimana cara hidup sesuai dengan zaman, maka penghargaan terhadap kreasi mereka harus digelorakan.
Akhirnya kepada generasi yang akan datang kita tetap berharap dan mendoakan bahwa mereka adalah pewaris peradaban, persiapan dengan pendidikan, pemberian ruang kreativitas yang baik, serta teladan yang membahagiakan terus dilakukan.
Prof Asmuni mengingatkan kepada kita bahwa, ilmu mawaris bukan sekadar membagi-bagi harta secara material dalam lingkungan keluarga, lebih dari itu bagaimana kita mengelola siapa yang berhak atau tidak berhak sampai pada menentukan porsi dari bagian.
Jadi jelas kita yang sedang menerima warisan peradaban masa lalu adalah juga sedang bertanggungjawab untuk mewariskannya pada generasi mendatang. Generasi itu akan siap bila dilengkapi dengan ilmu pengetahuan yang mumpuni, kreativitas seni yang diapresiasi, serta agama yang menjadi pengendali.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.