Diskusi tentang monodisiplin dengan dwidisiplin sampai multidisiplin sebenarnya sarat dengan kontekstual. Ketika seorang dukun dapat mengobati segala macam obat, maka disiplin kedokteran justru mengarahkan spesialisasi. Maka lahirnya apa yang disebut disiplin bidang keilmuan, dan bila ingin mengembangkannya maka perlu ilmu lain.
Ilmu itu satu yang membedakannya adalah ontologi pengetahuan, ada pengetahuan diperoleh dari cara memercayai, atau meyakini, ada pula dari spekulasi dan penelitian, ada pula lewat apresiasi.
Baru-baru ini kita sedikit tergugah terkait berita dari kementerian Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, bahwa mahasiswa yang mendapatkan beasiswa LPDP ada sebaiknya pilihannya adalah pulang ke Indonesia dan membangun negeri.
Mereka yang belajar ke luar negeri, diawali dari memilih perguruan tinggi terbaik di dunia, diniatkan untuk mendalami satu disiplin ilmu pengetahuan yang lebih baik dan mungkin tidak ada di Indonesia.
Dengan metodologi pembelajaran yang mumpuni, serta kelengkapan laboratorium sebagai fasilitas pendidikan, menjadikan pengetahuan mereka lebih baik. Itulah sebagian alasan mengapa anak-anak kita memilih meneruskan studi lanjutnya ke luar negeri atau ke perguruan tinggi di belahan lain dunia ini.
Boleh saja belajar di mana saja, dan tentang ilmu apa saja, tetapi tujuan akhirnya adalah untuk kemaslahatan umat manusia di muka bumi. Dan atas alasan beasiswa yang diperoleh dari pajak rakyat, maka eloknya dipersembahkan untuk mereka yang turut serta membiayainya.
Maka ilmu yang dipelajari di luar negeri diharapkan memberikan impak terhadap kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia, bila perlu langsung berdampak pada masyarakat luas.
Tidak ada prinsip keilmuan yang berbeda antara yang mereka pelajari di luar negeri dengan yang ada di Indonesia. Maka benar bila ilmu itu satu yang membedakannya adalah ontologi pengetahuan, ada pengetahuan diperoleh dari cara mempercayai, atau meyakini, ada pula dari spekulasi dan penelitian, ada pula lewat apresiasi.
Kita percaya bahwa dasar ilmu dipelajari untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, maka melanglangbuana untuk memperdalamnya itu sah saja. ontologi keilmuan memang dirancang oleh program studi agar mahasiswa memperoleh kemampuan menganalisis satu fenomena. Namun ketiak epistimologi semuaul diberi prinsip yakni kejujuran, kebenaran, universalitas serta kemaslahatan.
Prinsip penting dalam keilmuan adalah aksiologi, ilmu yang dikembangkan oleh program studi harus ingat, berangkat dari fakta maka harus diakhiri (diujicobakan lagi) menjadi fakta di lapangan. Kita berharap praktik ilmu yang dipelajari di luar negeri sebaiknya diujicobakan di negeri sendiri.
Bukan hanya kebermanfaatan yang akan diperoleh tetapi akan melahirkan keilmuan baru. Benturan antara teori atau epistimologi dari luar negeri dengan aksiologi yang dituntut oleh bangsa Indonesia, maka akan meliharkan banyak hal;
Pertama, lahirnya disiplin ilmu baru, dengan varian yang lebih kaya, dimana ilmu ketika diterapkan akan mendapatkan hal yang berbeda dari sebelumnya.
Kedua, lahirnya kreativitas baru, bagi sang ilmuan mendapat tantangan bagaimana tempat yang berbeda dalam mendalami ilmu pengetahuan, dengan tuntutan yang lebih nyata diiringi pesan ideologi kebangsaan.
Ketiga; di sinilah maka lahirnya apa yang disebut disiplin bidang keilmuan, dan bila ingin mengembangkannya maka perlu ilmu lain. Sebagai dasar kita untuk memberikan persetujuan bahwa; diskusi tentang monodisiplin dengan dwidisiplin sampai multidisiplin sebenarnya sarat dengan kontekstual. Ketika seorang dukun dapat mengobati segala macam obat, maka disiplin kedokteran justru mengarahkan spesialisasi.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh ilmuan bila ia harus kembali ke Indonesia, ilmu akan terus berkembang, justru dengan tantangan baru berbagai antitesa muncul menjadi tantangan. Solusi sudah menanti dengan tesa baru, dan lahirlah ilmu baru, kemudian kreativitas menghadapi berbagai masalah negeri akan tersaji untuk negeri ini.
Bila kita tetap bertahan dengan monodisiplin, apalagi linieritas yang fanatik, maka kita mungkin cocok menjadi penghuni ruang hampa, sendiri tanpa gangguan.
Tetapi keberanian kita keluar dari disiplin keilmuan kita, menerima tantangan, maka itulah sesungguhnya fakta baru dimana ilmu mendapatkan varian yang mampu menjawab tuntutan zaman.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.