Profesi sebagai guru Pak Marmuj selalu menjadi tumpuan untuk pengaduan berbagai hal, dari masalah hidup rumah tangga, masalah anak, apalagi masalah sekolah.
Sampailah Pak Marmuj mendapat curhatan dari rekannya yang kebetulan pimpinan pondok pesantren atau Pak Kyai ketika musim tamat sekolah.
Dalam cerita ini Pak Kyai menceritakan apa yang dialami dan kemudian disalahartikan oleh orangtua santri, pak Marmuj pun semangat mendengar cerita sambil ngobrol bakda asrah di teras rumah areal pesantren.
Satu ketika datang seorang tua menghantarkan anaknya untuk masuk pesantren.
Orang tua; izin pak kyai alhamdulillah saya sudah punya anak, ingin masuk pesantren, bolehkah pak kyai bantu agar dapat diterima di pesantren bapak kyai?
Kyai; boleh mohon dilengkapi syaratnya ya, ikuti prosedur pendaftaran.
Orang tua; siap pak kyai.
Seperti yang direncanakan anak orang tua pun menjadi santri di pesantren beberapa pekan, bulan dan hampir tak terasa tiga tahun nyantri di pesantren. Memang menyekolahkan anak kadang tidak terasa apalagi di pesantren karena memang tidak tinggal di rumah seakan tiga tahun seperti tiga hari saja.
Tibalah saatnya anak ingin masuk ke perguruan tinggi, orang tua santri pun sibuk ingin memasukkan anak kuliah ke universitas terbaik di kota. Namun kembali ke pak kyai juga orang tua anak minta tolong bagaimana caranya.
Orang tua; pak kyai anakku kan sudah selesai nyantri, alhamdulillah sudah 20 juz hafalannya, mohon bantuannya pak kyai supaya bisa kuliah sekaligus meneruskan hafalannya.
Pak kyai; hem….ok…ntar saya hubungi teman saya yang jadi dosen.
Tak lama kemudian jadilah santri menjadi mahasiswa kuliah di universitas sesuai dengan jurusan yang diinginkan.
Belum satu bulan kuliah tiba-tiba pak kyai mendapat telepon dari orang tua.
Orang tua; terima kasih pak kyai anak saya sudah lulus dan sudah belajar di kampus, namun ada satu lagi pak kyai mohon bantuannya.
Pak kyai; ya…syukurlah, ini apa lagi yang bisa dibantu.
Orang tua; tolong lah pak kyai kalau bisa usahakan agar anak saya bisa dapat beasiswa.
Pak kyai; ya nanti kita usahakan saya cari teman yang bisa membantu di kampus ya…
Sesuai dengan syarat, ketentuan dan keadaan latar belakang akhirnya santri pun mendapat beasiswa bidik misi.
Begitulah empat tahun seperti tidak terasa, kuliah semester satu, tahun kedua, berangkat KKN kabar berikutnya sudah wisuda. Mendapatkan ijazah, setelah sebulan di rumah orang tua pun ingin menghubungi pak kyai di pesantren.
Orangtua; pak kyai, anak kita sudah tamat kuliah terima kasih selama ini sudah membantu, namun sampai saat ini dia di rumah saja.
Pak kyai; ya syukurlah, ada apa ya pak, mengapa anak yang sudah sarjana kok di rumah saja.
Orangtua; inilah pak kyai, maksud saya mohon bantuan sekali lagi agar anak saya dapat menjadi tanaga pengajar atau ustadzah di pesantren pak kyai.
Pak kyai; boleh silahkan antar anaknya, mungkin bisa bantu-bantu disini.
Orang tua; alhamdulillah, terima kasih pak kyai.
Setelah beberapa bulan kemudian berganti tahun santriwati yang telah sarjana pun menjadi guru atau ustadzah di pesantren. Namun sebagai orang tua masih ada tugas satu lagi untuk mendapatkan pendamping atau jodoh karena memang sudah pantas dari usia untuk berumah tangga.
Tetapi orang tua sedikit malu karena berkali-kali minta pak kyai untuk membantu. Dengan cara lain orang tua mencoba mendekati pak kyai.
Orang tua; pak kyai berkat dari pesantren ini anak saya sudah sarjana bahkan sudah bekerja, dan hafalannya masih terus terjaga. Semua itu adalah berkat doa dan pertolongan pak kyai. Begini pak kyai ada satu lagi agar anak saya tidak hilang hafalannya, bagaimana kalau dia bisa dapat jodoh di pesantren ini.
Pak Kyai; begini, sehubungan dengan seluruh ustadz di pesantren ini sudah punya istri semua, maka mungkin dua tiga hari ini akan saya carikan solusinya ya. Orangtua; siap pak kyai, yang penting anakku tetap di pesantren ya pak kyai.
Serius mendengarkan cerita pak kyai menjelang magrib, kedua sahabat itu pun larut dalam kisah semruput habiskan teh yang terhidang di meja.
Pak Marmuj; jadi pak kyai setelah itu….
Pak Kyai; ya dia itulah yang tadi menyajikan minuman dan kudapan.
Pak Marmuj; jadi dia……..
Pak Kyai; ya….dia istri saya yang ketiga, memang nya ada apa Pak Marmuj.
Pak Marmuj; kapan ya saya naik pangkat.
Pak Kyai; naik pangkat apa maksudnya Pak Marmuj.
Pak Marmuj; naik pangkat dari guru menjadi pemilik pesantren agar menjadi kyai seperti bapak..
Pak Kyai; jangan berfikir yang bukan-bukan, berfikirlah yang wajar.
Pak Marmuj; siap pak Kyai.
Hem…..Pak Marmuj, Pak Marmuj…..memanglah…..
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Pertama; kewajiban orang tua adalah mendidik anak sesuai dengan kemampuannya, tidak dibebankan sesuatu yang tidak sanggup memikulnya.
Kedua; kewajiban orang tua terhadap anak sampai dewasa, dan dapat melepaskan tanggungjawabnya sampai anak memiliki pasangan hidup atau berumah tangga.
Ketiga; saling tolong menolong dalam kehidupan adalah kebaikan, namun tidak ada yang harus dijadikan alasan berbalas kebaikan dengan sesuatu yang mengorbankan satu pihak.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita mencari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.