Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat dan negara ditentukan oleh kemampuan para pendidik menerangkan menjelaskan dan mengungkapkan masalah masalah ilmiyah dengan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga tercapai kesatuan bahasa antara pendidik dan anak didiknya. (Rousydiy, 1989:28).
Tidak ada yang lebih pintar dari guru, karena kepintarannya ia menjadi guru dari orang-orang yang ingin pintar seperti dirinya, itulah bayangan yang ada pada anak didik ketika di depan kelas. Tampilan guru semakin sempurna karena apa saja yang ditanya apalagi masalah selalu dapat dijawab dan diselesaikan di kelas maupun di luar kelas.
Padahal dari hal di atas terselip guru itu adalah karena kita menjadikan diri sebagai anak didik untuk belajar kepadanya. Banyak orang ingin menjadi guru, tetapi guru yang sebenarnya adalah ketika ada murid yang belajar kepadanya, dan mengakui kita adalah muridnya.
Terdapat tiga tingkatan dalam hal kepintaran guru sehingga ia mampu menjadi seorang pendidik di depan kelas yakni sebagai berikut:
Pertama; Guru yang menguasai ilmu pengetahuan, secara formal seorang guru harus menempuh pendidikan sarjana untuk mengajar ditingkat sekolah dasar sampai sekolah lanjutan. Begitu juga untuk mengajar di perguruan tinggi, guru besar harus menjadi syarat formal agar dapat mengajar seluruh jenjang atau strata. Menguasai ilmu pengetahuan dengan cara mempelajari kunci-kunci ilmu yakni filsafat, sosiologi dan psikologi. Dari ketiganya biasanya orang yang ingin menguasai ilmu pengetahuan semakin menyadari ternyata tidak dapat dilakukan kecuali spesifikasi adalah pilihan. Artinya orang yang menguasai ilmu pengetahuan itu adalah orang yang menyadari bahwa ilmu itu sangat luas, maka ia harus terus belajar, dan konsentrasi untuk satu bidang keahlian.
Kedua; Guru yang menguasai ilmu pendidikan. Filsafat tentang kemanusiaan itu sangat penting untuk mengetahui dari mana manusia, sedang di mana dan akan ke mana. Sosiologi itu perlu untuk mencari tahu apa yang hari ini sedang terjadi, bagaimana mengatasi persoalan dan apa upaya untuk mencapai tujuan hidup. Ilmu pendidikan sangat progresif, di mana guru bukan harus mempelajari apalagi menguasai seluruh ilmu pengetahuan, ia adalah orang yang memberi contoh bagaimana belajar tentang kemanusiaan, tentang menghadapi persoalan, dan kreatif dalam mencapai tujuan.
Ketiga; Guru yang menguasai diri sendiri. Banyak ilmu yang membahas tentang diri sendiri, diantaranya psikologi. Psikologi adalah ilmu tentang jiwa, lebih utama adalah membahas mana gejala umum yang terjadi pada setiap manusia, tetapi yang lebih khusus adalah apa yang unik pada setiap individu. Seorang guru yang mengenal dirinya ia akan mengerti dan memahami potensi diri kelebihan dan kelemahannya, dari sanalah ia kembangkan bakat dan menjadikan kelengkapan hidup untuk semua orang. Membantu, membina, membimbing dan mengarahkan orang lain dengan kemampuan diri sendiri adalah bagian penting seorang guru untuk mendidik.
Pendidik inspiratif tidak berhenti hanya pada gelar profesor, apalagi ahli analisis atau pengamat sosial kebijakan, atau sekadar membaca psikologi kepribadian, tetapi orang yang terus belajar tentang kehidupan. Kehidupan seorang guru adalah ketika ada murid yang ingin belajar pada dirinya, itu berarti ia masih menjadi guru lagi.
Pendidik yang percaya kepada diri sendiri, maka ia akan berguna bagi masyarakat dan negara, bukan ia yang menentukan, tetapi dari hasil karyanya apakah mampu menyelesaikan masalah secara filsafat, sosiologi dan psikologi. Kesemuanya tidak lebih untuk membantu anak didik dan masyarakat dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.