Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Kita harus lebih banyak belajar tentang cara menanamkan kekuatan, harga diri, sikap berani karena benar, sikap tidak menyerah pada dominasi dan pemerasan, sikap tidak menyerah pada propaganda dan ketidakbenaran. (Maslow,1962).
Yang benar itu benar, yang salah itu salah, membenarkan yang benar itu adalah ilmu pengetahuan dengan pembuktian, sementara menyalahkan yang salah itu adalah konfirmasi dalam kehidupan nyata.
Membenarkan yang salah hampir sama dengan menyalahkan yang benar, maka mengetahui hakikat kebenaran dan kesalahan adalah hal penting dalam menuntut ilmu pengetahuan.
Karakteristik kebenaran menurut ilmu adalah berdasarkan logika;
Pertama; Dengan logika kita membangun ilmu pengetahuan dimana berusaha untuk mengerti dan memahami fenomena apa yang ada di alam semesta. Dengan menjelaskan, kemudian menemukan gejala dan akhirnya menghubung-hubungkan satu gejala dengan gejala lain, maka ditemukan aturan dan itulah salah satu cara merumuskan kebenaran. Tetapi yang paling utama adalah secara berkala bahkan setiap saat terus menerus kebenaran logika dikoreksi, direvisi dan diperbaiki oleh siapa saja yang ingin melakukannya.
Kedua; kebenaran ilmu pengetahuan tidak pernah menyatakan satu-satunya jawaban terhadap fenomena alam. Ia memposisikan diri sebagai satu jalan mencari kebenaran, dengan teori relativitas, tidak mutlak tetapi berusaha kepada kesempurnaan. Setiap orang berhak untuk memberikan konsltribusi terhadap usaha tersebut bukan saja ilmuwan, calon sarjana sekalipun diberi ruang untuk mendiskusikan bahkan membantah tentang kebenaran logika, bila mengikuti prosedur yang disepakati.
Ketiga; kebenaran logika tidak untuk dipertentangkan dengan pengetahuan lain, masing-masing memiliki kesadaran bahwa domain pengetahuan tentang logika, berbeda dengan etika, apalagi dengan estetika. Tetapi justru kebenaran logika dapat disandingkan, untuk berkolaborasi membangun pengetahuan agar lebih bermanaat dalam kehidupan manusia. Beribadah itu persoalan etika, maka ilmu pengetahuan membantu mempermudah ibadah dengan menggunakan teknologi seperti berangkat haji menggunakan pesawat terbang. Walaupun sama-sama menutup kepala tetapi jubah dan peci atau kupiah, dan songkok itu adalah seni agar terlihat indah.
Pendidik inspiratif harus menjadikan kebenaran awal dari kegiatan pembelajaran, bila ini dilakukan maka konsistensi tidak akan tergoyahkan.
Karena pendidikan itu proses yang cukup panjang maka kebenaran dengan relativitas waktu harus selalu diperhatikan.
Jangan sekali kali diajarkan hanya untuk kepentingan sesaat, apalagi hanya untuk sepihak. Inginnya semua pendidik bersama menyadari, dan menjadi kekuatan pendidikan, maka politisasi pendidikan itu tidak akan terjadi.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.
Terimakasih atas paparan nya pak prof