Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Dalam pembelajaran perlu dilakukan pengembangan strategi blended learning berbasis contextual teaching and learning (CTL), ini harus dibuktikan dengan penelitian berupa penelitian pengembangan dengan produk, prosedur penelitian mengacu pada desain penelitian pengembangan yaitu: (1) mencari potensi dan masalah, (2) studi literatur yang sejalan dengan pengumpulan informasi, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) desain teruji. (Pebri Rakhmawati dkk, 2022).
Pembelajaran disusun berdasarkan kegiatan kegiatan yang ditata sedemikian rupa. Belajar adalah satu kegiatan, bila kegiatan itu disengaja, maka harus direncanakan, kemudian disusun sebagai sebuah rangkaian, dan dievaluasi.
Direncanakan artinya tidak ada yang kebetulan dalam belajar, semua harus disadari baik oleh peserta didik, terlebih oleh pendidik.
Maka peserta didik yang benar merencanakan ia harus mendaftarkan diri, menyediakan waktu, serta siap dengan meninggalkan yang lain untuk satu kegiatan yang disebut dengan belajar.
Terlebih pendidik, ia dengan sengaja menjadikan kegiatan mengajar adalah sebagai satu dalam waktu, setuju dengan tempat untuk kesepakatan yakni kegiatan.
Bila ditelusuri lebih jauh, maka inilah yang disebut pekerjaan profesional, dimana satu-satunya kegiatan dengan meninggalkan kegiatan lain itu intinya.
Dalam pembelajaran, kegiatan melibatkan peserta didik. Mengapa mesti berangkat dari peserta didik, karena merekalah pelaku utama pembelajaran, baru pendidik dan lingkungan.
Perkembangan psikologi belajar membuktikan bahwa perubahan yang terjadi pada anak-anak, anak, remaja, dewasa, orang tua adalah bagian dari psikologi perkembangan sudah ditinggalkan oleh sebagian ahli pendidikan.
Taksonomi psikologi belajar lebih mengarah pada bagaimana peserta didik dengan kemajuan, kebebasan, kemerdekaan, serta hidup mencari pilihan adalah penting untuk memberikan tuntunan dalam belajar.
Beberapa faktor atau unsur terkait dengan ini adalah kurikulum, bahan ajar, lingkungan. Sekali lagi apa yang ada pada peserta didik memang hal penting, tetapi bagaimana mereka mempersepsi lingkungan sebagai sebuah keadaan itu lebih utama.
Teknologi informasi memberi lingkungan yang berbeda antara satu anak dengan lainnya, keterampilan menggunakan, keahlian dalam mengoperasikan, sampai pada kebijakan dalam mengendalikan gadget, gawai kini menjadi bagian penting.
Strategi adalah pilihan terhadap langkah langkah yang akan kita lalui dalam mencapai tujuan. Seorang pendidik harus kaya dengan berbagai informasi tentang anak, tentang pembelajaran, bahkan tentang lingkungan sebagai sebuah keadaan yang progresif.
Tidak ada satu model pendidikan yang dapat digunakan di semua tempat, apalagi di semua keadaan bahkan lain waktu lain model yang dikembangkan. Itulah strategi pembelajaran, di mana pilihan-pilihan yang kaya harus dilakukan oleh seorang pendidik.
Dalam penelitiannya Fibri mencoba menghadirkan data, betapa pentingnya analisis terhadap perencanaan pembelajaran, karena akan memengaruhi rangkaian berikutnya.
Begitu juga dengan rancangan kegiatan dalam bentuk kurikulum yang mengorkestra berbagai situasi, faktor, serta lingkungan.
Pada akhirnya penilaian terhadap semua yang merujuk pada perencanaan apa yang ditetapkan itulah validnya sebuah pemaknaan kita tentang kegiatan pembelajaran.
Pendidik inspiratif selalu berangkat dari apa adanya, di mana peserta didik dengan keadaan apapun itulah yang harus dihadapi.
Dari sana ia akan merencanakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang mungkin bermanfaat bagi mereka demi masa depan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.