Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Murid-murid tidak belajar dari guru, tetapi belajar atas dasar faktor-faktor yang berada di dalam diri mereka sendiri. Dalam analisis yang terakhir, kegiatan yang menjadi acuan sekolah bertolak dari murid-murid. Merekalah yang melakukan kegiatan. Tugas guru hanyalah menciptakan suasana yang membuat belajar seefektif mungkin. Tiada seorangpun akan belajar hanya karena diberi perintah orang. (Husen, 1988:223).
Puncak kesadaran seseorang adalah ia belajar dengan sendirinya memiliki kebebasan tetapi tetap bertanggungjawab.
Bagaimana itu bisa tercipta, apakah lewat Latihan dengan sungguh-sungguh, dengan peraturan yang ketat, atau kita tunggu secara alami akan diperoleh sendiri oleh individu.
Semua kita tidak menginginkan hal ini, walau belajar ada yang disadari atau tidak, tetapi kita lebih percaya bahwa belajar sesungguhnya adalah proses alami, hanya situasi yang membedakan seseorang belajar dengan tantangan atau tidak.
Belajar karena diperintah, sebagian besar anak-anak belajar karena perintah orang tua, atau orang dewasa, belajar karena tuntutan dari apa yang sedang ia alami untuk mendapatkan kompetensi tertentu.
Kita tidak akan mendapatkan sesuatu yang alami, bila kegiatan karena perintah, karena kegiatan itu hanya untuk menjawab atau memenuhi tuntutan dari perintah, sebatas itu saja.
Belajar karena peraturan. Peraturan sengaja diciptakan, walaupun berangkat dari orang yang sedang belajar, tetapi pada dasarnya peraturan lebih mengarah pada rambu-rambu yang sengaja diciptakan agar banyak kegiatan, bahkan panjang jalan untuk mencapainya.
Sebagian orang tau justru ada yang memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan yang ketat dengan peraturan, mereka tidak menyadari bahwa kemerdekaan dalam memilih adalah hak anak.
Belajar karena kesadaran. Hal yang alami adalah kita melakukan dengan senang hati, tentang apa saja, dengan siapa saja, kapan saja kita mau. Belajar yang berbasis individu seperti ini sangat “merdeka”, sehingga hasilnya lebih permanen.
Namun atas dasar keterbatasan ruang dan waktu, maka belajar dengan kesadaran sulit ditunggu, dan kapan datangnya kita tidak tahu.
Ketika kita menyadari bahwa belajar memerlukan kemerdekaan, tetapi disisi yang sama memerlukan bimbingan maka peraturan juga disandingkan. Kesatuan kesadaran inilah yang menjadi cikal bakal dari learning society atau masyarakat belajar.
Torsten menggagas bahwa belajar yang merdeka akan menjadi kesadaran yang lebih alami, permanen dan menghasilkan hal yang lebih positif. Mungkin pendidik inspiratif lahir di tengah-tengah masyarakat belajar seperti itu.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.