Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Apa yang guru-guru butuhkan untuk turut meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran? Menurut kami, para guru membutuhkan sebuah kerangka (framework) yang akan memudahkan mereka memahami, menata, dan mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan. Kerangka ini, sekali lagi, diharapkan dapat membantu mereka merencanakan pengajaran dan mengajar dengan tepat merancang asesmen dan strateginya yang valid dan menyelaraskan pengajaran dan asesmen tersebut dengan tujuan-tujuan pendidikan. (Anderson & Krathwohl, 2010:ix).
Seorang guru yang berdiri di depan kelas, maka pada dirinya terdapat empat tugas utama yakni; mempertimbangkan, mengelola dan mengembangkan serta mengambil keputusan.
Keempat tugas tersebut secara sistematis dilakukan pada setiap siklus pembelajaran. Jadi dapat saja berubah disebabkan input, lingkungan maupun kebutuhan, di sinilah letak seorang pendidik yang progresif tetapi fleksibel.
Tugas pertama mempertimbangkan adalah merujuk pada berbagai nilai yang dianut dalam kegiatan pendidikan, apakah itu nilai agama, nilai budaya, nilai segala aturan terkait dengan tugas mendidik dan mengajar. Dalam hal ini seorang guru biasanya tidak lagi bertanya, apa yang harus saya ajarkan, tetapi apalagi yang tidak boleh saya sampaikan.
Pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh pendidik dalam hal ini adalah filsafat pendidikan, psikologi belajar, sampai pada kurikulum.
Tentu sungguh sulit dibayangkan seorang yang berdiri di depan kelas tidak memiliki arah dalam belajar tidak mengenal siapa yang dididik, dan kurang memahami rangkaian materi yang akan disampaikan.
Tugas kedua mengelola kegiatan pendidikan, hal ini dapat disamakan dengan menata dari sejak administrasi, sampai pertimbangan dalam interaksi.
Bila tujuan pendidikan telah ditetapkan, peserta didik telah disiapkan, materi siap disajikan, seorang pendidik harus mampu meramu menjadi sebuah kegiatan.
Ramuan ini disebut dengan strategi pembelajaran, dari mana dimulai memang ada aturan, tetapi kadang di lapangan guru lebih mengerti karena pengalaman adalah guru tak pernah berhenti.
Seketat apapun rancangan dan ketentuan, namun kemampuan menghadapi atau adaptasi terhadap situasi itu hal utama bagi seorang guru, di sinilah makna pengalaman menghadapi masalah ternyata itulah guru yang sesungguhnya.
Tugas ketiga adalah mengembangkan kegiatan pembelajaran. Betapa progresifnya kegiatan pendidikan apalagi tugas utama seorang guru, setiap kali pertemuan pasti ada yang berbeda. Pekan ini berbeda materi pelajaran akan disampaikan, semester depan berbeda murid yang akan diajarkan, periode berikutnya mungkin berbeda kebijakan pemerintah akan dijalankan.
Sungguh luar biasa dunia pendidikan, semua warganya tak pernah statis, terlebih guru yang setiap saat harus taat aturan atau sekadar menjalankan perintah atasan. Mengembangkan kegiatan pendidikan adalah mengerti dan memahami serta menjalankan prinsip utama landasan pendidikan.
Tetapi di dunia nyata, lingkungan yang terus berubah, tetapi dukungan juga yang mungkin surplus, atau kemampuan anak yang fluktuatif adalah tantangan.
Mengembangkan kegiatan pendidikan bukan hal mudah, tetapi sekali lagi pengalaman sangat menjadi penting, dengan tidak sekadar trial and error.
Tugas keempat adalah memutuskan. Sebagai seorang pendidik, maka statusnya memiliki wewenang terhadap apa yang dilakukannya, adalah mendidik anak, menetapkan strata, dan kemudian memberikan rekomendasi.
Apakah seseorang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, baik standar input boleh mengikuti pelajaran, standar proses diterima dalam kegiatan pembelajaran, atau standar output, sudah layak memperoleh satu kompetensi.
Pendidik memiliki otoritas terhadap standar hal ini dengan cara ia yang membuat keputusan. Keputusan tentu sesuai dengan ranah yang menyatu pada jabatannya seperti guru di tingkat sekolah dasar memutuskan anak boleh naik kelas atau tidak, di tingkat sekolah menengah anak memperoleh nilai seberapa untuk mata pelajaran tertentu, di tingkat perguruan tinggi mahasiswa diperkenankan lanjut ke strata berikutnya atau tidak.
Para pendidik inspiratif memang benar membutuhkan panduan tetapi pengalaman lebih utama untuk turut meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran.
Kebutuhan dimaksud tidak lebih adalah berbagai kerangka (framework) yang diperolehnya dari pengalaman dalam mengelola pendidikan dan pembelajaran.
Kita percaya setiap pengalaman pasti ada nilai pendidikan di dalamnya, tergantung pada siapa yang mencari ibrah dari apa yang terjadi di sekitar kita.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.