Cara yang paling benar menafsirkan Al Qur`an adalah dengan menafsirkan Al Qur`an dengan Al Qur`an. Maka apa yang diterangkan secara global di satu tempat (surat atau ayat), ditafsirkan di tempat lain. Namun, jika itu dirasa sulit, hendaklah Anda melihat As-Sunnah, karena ia merupakan penjelas Al-Qur`an. (Abul Fida`,2019:)
Al Qur`an adalah bacaan yang didalamnya memiliki berbagai pengetahuan, inspirasi sampai pada nilai pengendali hidup. Secara garis besar paha ahli banyak menuliskan bahwa kandungan Al Qur`an terdiri dari enam bagian utama yakn;
Pertama Aqidah, yakni pengetahuan manusia tentang keyakinan terhadap Al Qur`an dan Sunnah Rasulallah adalah menjadi sumber hukum dalam Islam. Dengan Al Qur`an ini, maka aqidah akan terpelihara, sekaligus menjadi pengendali diri bagaimana kita harus berfikir, berbuat dan melakukan sesuatu tentang kehidupan.
Kedua Ibadah, adalah cara menghambakan diri kepada Allah Swt, semua harus dipelajari dari Al Qur`an dan Sunnahnya. Beribadah yang tidak menggunakan landasan Al Qur`an akan tertolak, walaupun inspirasi muncul dari pikiran manusia, tetapi kendali harus dipulangkan kepada Sunnah Rasulullah.
Ketiga Muamalah, di mana manusia memiliki keharusan untuk melakukan interaksi dengan sesama manusia. Apakah menjadi nilai kebaikan atau tidak, atau justru akan membahayakan dirinya, maka tuntutan Al Qur`an dan Sunnah harus selalu menjadi landasan dalam bermuamalah.
Keempat Akhlak di mana implementasi nilai-nilai Al Qur`an dalam kehidupan di dunia ini menjadikan Rasulullah adalah fatron utama. Dalam diri Rasulallah itulah kesempurnaan Akhlak, darinyalah kita bercermin maka sunnah-sunnahnya harus dihidupkan dalam diri manusia. Apakah itu amalah dalam mencari ilmu pengetahuan, menginspirasi segala hal terkait dengan kehidupan, sampai bagaimana mengendalikan diri terhadap kenikmatan.
Kelima Hukum, bagi manusia interaksi baik dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan alam maka akan menimbulkan berbagai hal apakah itu kebaikan maupun keburukan. Diperlukan panduan atau pedoman yang dapat menyelamatkan diri dari berbagai hal tidak diinginkan, di sinilah hukum harus ditegakkan. Hukum yang benar adalah dari Al Qur`an dan Sunnah bukan dari manusia itu sendiri.
Keenam Sejarah, tautan antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang semua tercatat dalam sejarah manusia. Al Qur`an secara rinci memberikan gambaran nyata bagaimana manusia masa lalu yang mengikuti ajaran Tuhan, bagaimana pula catatan terhadap orang yang sedang menerima atau menolaknya. Dan semua catatan itu adalah pelajaran sejarah untuk menatap masa depan.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua dapat berjalan dengan baik, bila semuanya dikembalikan kepada yang hak yakni Allah SWT lewat firmanNya itulah Al Qur`an. Satu saja ayat yang kita coba memaknai sebagian dari pesannya yakni;
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S An-Nisa: 59)
Di sinilah Abul Fida`memberikan argumentasi yang kuat, bahwa cara yang paling benar menafsirkan Al Qur`an adalah dengan menafsirkan Al Qur`an dengan Al Qur`an. Semua ayat dalam Al Qur`an walaupun enam bagian dalam penjabarannya menurut manusia tetapi semuanya menjadi satu kesatuan saling terkait dan saling menjelaskan.
Dari sini Abul Fida` merangkai makna lewat tafsir Ibnu Katsir nya mencoba memahami bahwa apa yang diterangkan secara global di satu tempat (surat atau ayat), ditafsirkan di tempat lain. Lebih lanjut beliau memberi catatan bahwa jika itu dirasa sulit, hendaklah Anda melihat As-Sunnah, karena ia merupakan penjelas Al-Qur`an.
Abul Fida` yang bernama lengkap Imaduddin Isma`il bin Umar bin Katsir al-Quraysi al-Bushrawi, seperti tidak dapat dilepaskan dengan Tafsir Ibnu Katsir.
Wawasan kita tentang Al Qur`an tidak berhenti sampai di sini, beliau telah memulai memberikan pengetahuan yang luas tentang ilmu Al Qur`an. Tentu diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi setelahnya termasuk kita hari ini.
Dari tafsir Ibn Katsir yang menjadi karya monumental tersebut kita boleh berharap dapat dijadikan salah satu kendali ilmu pengetahuan bagaimana meracik peradaban untuk hari ini dan masa mendatang lewat pemahaman Al Qur`an dengan Al Qur`an itu sendiri.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.