Keberadaan leadership dan manajemen perguruan tinggi dirasakan sangat penting, mengingat perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan yang akan menghasilkan kader bangsa melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegagalan mengelola perguruan tinggi, akan berdampak pada kegagalan bangsa mewujudkan generasinya yang berkualitas dan akhirnya akan berpengaruh pada kemampuan bangsa tersebut membangun dirinya. (Abbas, 2009:30).
Kampus adalah sebuah tempat yang didalamnya terdapat pendidik disebut dosen, peserta didik disebut mahasiswa, serta tenaga kependidikan dari sejak kepala biro sampai satuan pengaman.
Tetapi di dalam kampus bukan hanya orang, ada bangunan seperti kelas, laboratorium kantor, biro, kantin, rumah ibadah dan lain sebagainya.
Kampus biasanya juga memiliki kebun, lahan, serta transportasi untuk memfasilitasi seluruh warganya dalam melakukan berbagai aktivitas khususnya terkait pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Orang, lahan, dan barang semua adalah unsur yang melekat pada perguruan tinggi, semua orang harus didayagunakan sebagai sumber daya manusia.
Semua lahan harus didayagunakan sebagai sumber daya alam yang mendukung dan menyenangkan, serta semua barang harus didayagunakan sebagai sumber daya dukung untuk memfasilitasi agar perguruan tinggi dapat berjalan dengan baik.
Caranya adalah dengan sistem, sistem adalah satu aturan yang menjadi pedoman, panduan dan padanan bagaimana orang, lahan dan barang berinteraksi bersinergi dan berkonstribusi.
Di perguruan tinggi sistem paling tinggi disebut dengan statuta, organisasi tata kerja, kemudian rencana induk program, rencana strategis, sampai keputusan dan kebijakan.
Bila statuta adalah pedoman dasar, atau dalam bahasa lainnya disebut nyawa nya sebuah perguruan tinggi, maka statuta harus dibangun dari paradigma yang melandasi perguruan tinggi.
Landasan tersebut adalah sejarah berdirinya, perkembangan sampai cita-cita atau mimpi perguruan tinggi tersebut dan eksistensinya sebagai lembaga sub sistem dari sebuah sistem yang lebih besar.
Statuta memang bisa saja menjadi buku suci, karena semua orang yang ada di perguruan tinggi harus membaca, merujuk dan menjadikan pedoman dalam beraktivitas.
Namun demikian sebagai sebuah perguruan tinggi yang progresif, maka buku suci pun harus mengikuti perkembangan zaman, sejarah tidak boleh ditinggalkan. Hari ini adalah adaptasi yang harus dilakukan, sementara harapan masa depan itu lebih utama untuk dijadikan pertimbangan.
Bagaimana perguruan tinggi melakukan kegiatan untuk mencapai visi, misi, tujuan dan program, maka pimpinan atau rektor adalah orang yang paling terdepan untuk menakhodainya.
Rektor adalah pimpinan tertinggi di sebuah perguruan tinggi, pada dirinya terletak nakhoda bagaimana menata orang, bangunan, lahan, serta aktivitas.
Dari input apakah itu calon mahasiswa, penerimaan pegawai, sampai analisis kebutuhan sarana dan fasilitas, seorang rektor harus mampu melakukan perencanaan yang baik.
Begitu juga tugas kedua yakni mengelola bagaimana mahasiswa agar memiliki aktivitas yang baik, dosen yang berkualitas sampai pada memaksimalkan pendayagunaan kantor.
Dan pada akhirnya mengendalikan seluruh hal yang terkait dengan perguruan tinggi apakah itu akreditasi, hubungan dengan pemerintah daerah, komunitas forum rektor semua harus ditangani dengan baik.
Bila semua pekerjaan terdistribusi dengan baik, maka dengan pikiran yang tenang seorang rektor dapat merencanakan masa depan kampus yang lebih baik lagi. Rektor, wakil rektor, dekan dan seluruh staf dalam tim.
Mereka bersama bekerja, dari sinilah lahir istilah “hebat supermen tetapi lebih dahsyat supertim”. Tidak ada keberhasilan sektoral yang ada semua merupakan sistem terkait, begitu juga ketika ada masalah dalam sistem, maka semuanya pasti terkait, seperti satu anggota tubuh dalam satu nyawa.
Mengelola perguruan tinggi di samping menggunakan ilmu manajemen tetapi juga seni dalam memimpin, dan lengkaplah bila semuanya diserahkan sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan.
Tak dapat disangkal lagi bahwa perguruan tinggi, rektor, pengelolaan semuanya ada dalam satu sistem yang saling interdependensi. Dari sini kita dapat berharap bahwa perguruan tinggi merupakan bagian dari sub-sistem nasional yang akan membawa kebaikan anak bangsa.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.