Pemikiran menurut pola umum kaum ilmuwan itu dikenal sebagai scientific thinking, sceinteric thought, scientific way of thinking atau kadang-kadang scientific apporach, sedangkan sikap perseorangan masing masing ilmuwan dapat disebut scientific attitude. Pemikiran ilmiah dan sikap keilmuan bukan merupakan monopoli para ilmuwan semata-mata. Setiap orang dalam masyarakat yang cukup menghargai lmu dapat mempunyai pemikiran ilmiah dan menunjukkan sikap keilmuan. (The Liang Gie, 96).
Ilmu dikembangkan untuk memecahkan masalah, tetapi dalam ilmu itu sendiri juga ada masalah, masalahnya adalah apakah rangkaian ilmu dapat dikembangkan secara konsisten dalam kehidupan ini. Sesungguhnya di sana ada diskusi tentang ilmuwan, penerapan ilmu, etika dan bahkan adab dalam menggunakan ilmu.
Kesemua hal di atas menjadi rambu-rambu merangkai penyusunan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada ontologi, epistimologi dan aksiologi. Kemudian memberi petunjuk dan pembeda antar pengetahuan ilmu dengan pengetahuan lainnya seperti agama dan seni.
Ontologi keilmuan didasarkan pada hasil terhadap pengamatan indrawi, analisis silogisme, jadi empirisme dan rasionalisme keduanya dibutuhkan dan memang menjadi instrumen utama ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan yang tidak menerima pengalaman sebagai bagian dari dasar ilmu tentu akan tersingkirkan oleh ilmuwan lain. Sebagai contoh seorang doktor yang tidak pernah meneliti atau tidak pernah menguji hasil tesis atu disertasi, maka ia sama saja berhenti dari kegiatan ilmu.
Epistimologi keilmuan menerapkan proses uji kebenaran ilmu dengan logiko-hipotico-veripikatiko. Siklus ini menggambarkan bahwa ilmu itu tidak final tetapi terus mengalami uji di satu teman ke tempat lain, dari satu waktu ke waktu berikutnya bahkan dari satu keadaan ke pada keadaan selanjutnya.
Semakin banyak dilakukan pengujian maka semakin handal teori ilmu yang ditemukan. Dalam hal ini bila ada doktor satu bidang tertentu berhenti tidak lagi membaca, meneliti dan menulis setelah lima tahun menyelesaikan disertasinya, maka pantas dipertanyakan apakah ia masuk kalangan ilmuwan atau tidak.
Contoh lain dalam logiko adalah kemampuan ilmuan menghadirkan mengidentifikasi berbagai thesa atau thesis, kemudian menemukan antitesis apakah di lapangan atau laboratorium, dan akhirnya lahirlah sintesis baru sebagai karya ilmiah.
Kita merasa sedih bila ada doktor yang tidak nyaman bila ditanggapi pendapatnya, apalagi kontra opini, padahal dari sanalah lahir sintesa baru untuk memberi kontribusi pada ilmu itu sendiri.
Aksiologi keilmuan ditujukan untuk membantu kehidupan manusia agar dapat diperolah sesuai dengan bidangnya. Ilmu alam bertujuan untuk mengekplorasi kemudian dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kehidupan manusia.
Ilmu biologi dikembangkan bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagimana anatomi manusia dapat diketahui apabila ada yang sakit untuk disembuhkan.
Namun demikian apakah pembuatan bom dari ilmu fisika dapat dikendalikan oleh sang ilmuwan, di sini ilmuwan selalu dipengaruhi oleh pihak lain seperti politisi, ekonomi dan lingkungan.
Jadi tujuan utama ilmuan bukan bukan merusak kehidupan manusia tetapi untuk memberikan kemudahan agar hidup ini efektif efisien dalam menggapai harapan.
Hati-hati kalau seorang ilmuwan sudah doktor dan memiliki otoritas keilmuannya, maka politik atau jabatan selalu menggoda untuk mengelabui keputusan setiap tindakan. Dan ilmuwan yang tunduk pada jabatan atau pada nilai aksiologi yang lebih luas memang kadang sulit menghadapinya.
Sekali lagi ujian dalam membuat keputusan sangat dinantikan atas dasar kemaslahatan bukan untuk kepentingan sesaat apalagi untuk tujuan pihak tertentu.
The Liang Gie mendalami filsafat ilmu sudah sejak lama, dan ia memberi arahan bahwa ilmu bukan hanya untuk ilmu itu sendiri tetapi dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia dengan mempertimbangkan nilai.
Menurut beliau segenap nilai ilmu sebagai suatu kebulatan merupakan suatu sasaran dari cita atau tujuan yang diterima umum dan diusahakan tercapai oleh masyarakat ilmuwan.
Selanjutnya segenap nilai itu juga menjadi ukuran-ukuran kultural untuk menilai tindakan yang dianut bersama maupun asas-asas perilaku khusus yang masing-masing ilmuwan perlu merasakan sebagai suatu pemikiran kuat untuk melaksanakannya.
Dengan demikian keseluruhan nilai-nilai ilmu sebagai scientific ideal akan tercermin pada pemikiran para ilmuwan umumnya dalam menghadapi pesoalan-persoalan dan terwujud dalam sikap masing-masing ilmuwan dalam menanggapi keadaan sekeliling.
Kalau mau jadi ilmuwan belajarlah filsafat ilmu, bila sudah jadi doktor pasti ditanya bidang ilmu apa yang menjadi keahliannya. Maka menelitilah, diskusilah dan menulislah tentang keilmuan yang menjadi keahlian yang ditekuninya.
Sekecil apapun tulisan ilmuan pasti ada manfaatnya bagi orang yang membaca apalagi menerapkan sebagai awal dari ilmu pengetahuan baru untuk memecahkan masalah kehidupan.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.