Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Salah satu wujud pengaplikasian cinta kepada Alqur`an adalah mengemukakan nilai-nilai yang terkandung dalam Alqur`an agar mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dibutuhkan model dan metodologi baru dalam pembacaan dan pemahaman atas Alqur`an agar kitab suci Alqur`an banar-benar menjadi kitab petunjuk yang senantiasa relevan untuk setiap zaman dan tempat serta mampu merespon setiap problem sosial keagamaan yang dihadapi umat manusia (Sugengwanto, 2019:7).
Sebagai sebuah kitab maka Alqur`an menjadi bagian penting dalam kehidupan ummat khususnya untuk pembangunan masyarakat madani. Timbul tiga pertanyaan:
Pertama, bagaimana Alqur`an dalam merespon problem masyarakat? Kita menyadari bahwa selama ini masyarakat menggunakan nilai budaya, peraturan pemerintah serta ajaran agama yang menyatu dalam kehidupan baik untuk diri sendiri, berkeluarga, bermasyarakat. Ketika masyarakat mengalami perkembangan baik itu ilmu pengetahuan, teknologi, etika, bahkan persoalan perbatasan tanah dengan tetangga apakah menggunakan Alqur`an? Tentu inilah yang harus dibimbing oleh para ahli. Bila dapat dilakukan maka maqom pertama mengamalkan nilai Alqur`an telah dilampaui.
Kedua, apakah model dan metodologi baru dalam memahami Alqur`an? Semakin banyak masalah, ragam persoalan bahkan terus berubah, maka diperlukan cara dan metodologi yang lebih update memahami makna Al Qur`an. Kajian tentang Alqur'an tidaklah mesti berangkat dari sejarah, tetapi sentuhan teknologi, berbagai aplikasi serta kemudahan akses terhadap Alqur`an kini menjadi kebutuhan. Kepuasan seorang ilmuwan dalam mengembangkan metodologi bukan pada popularitas atau terbit di jurnal internasional, tetapi kebermanfaatannya menjawab kebutuhan masyarakat hari ini. Maka sampailah pada maqom kedua, karena Alqur`an dapat digunakan sesuai dengan ilmu pengetahuan dan dipertanggungjawabkan secara profesional.
Ketiga, mungkinkah kita dapat mewujudkan cinta kepada Alqur`an? Apabila Alqur`an menjadi ilmu pengetahuan untuk menelusuri hikmah yang terkandung dalam kehidupan, secara praktis maka dapat dimanfaatkan untuk mengatasi persoalan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Itulah hal yang luar biasa. Namun demikian adalah hal lain di balik itu semua, di mana Alqur`an akan hadir dalam kedamaian, dengannya orang mendapatkan ketenangan, cinta dan kasih sayang terhadap dirinya, orang lain, serta untuk alam semesta.
Maqom ketiga ini hanya didapatkan apabila seseorang telah mengalami kehidupan yang menyatu dengan nilai-nilai Alqur`an, baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam merencanakan masa depan terlebih dalam memaknai kebahagiaan.
Bukankah pendidik inspiratif menyadari bahwa apa pun yang dilakukan bukan untuk dirinya, bahkan bukan sekadar untuk siswa di hadapannya, tetapi untuk mencari keridhaan Tuhan.
Mendidik adalah tugas mulai, ia tidak akan lelah karena administrasi, semangat dengan berbagai ilmu pengetahuan, karena yang dicari adalah kecintaan terhadap profesi yang menjadi jalan sebagai ibadah kepada sang Ilahi.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.